JANGAN BERSAKSI DUSTA! ( MEKAR EDISI FEBRUARI 2018)

INDAHKAN PERINTAH ALLAH KE VIII

Adik-adik yang terkasih, masih ingkatkah kamu 10 perintah Allah yang diterima Nabi Musa di Gunung Sinai? Perintah yang ke-8, “Jangan Bersaksi Dusta tentang sesamamu manusia” mengajari kita untuk tidak menyakiti hati sesama melalui perkataan yang buruk. Kita diajak untuk menghargai martabat setiap orang sebagai citra Allah dan ciptaan yang dikasihi-Nya. Jangan pernah kita menfitnah, membicarakan buruk, berbohong, apalagi memberi kesaksian palsu tentang sesama. Sayangilah semua teman dan siapa saja yang kamu jumpai setiap hari, sebab dengan menyayangi kamu tidak akan tergoda untuk menyakiti siapa pun. Ketika kamu memberi kesaksian palsu tentang orang lain, kamu akan mendapat catatan buruk di mata Allah.
Marilah mulai dari sekarang, biasakanlah hidup jujur dan berbicara apa adanya tentang kebenaran! Kita indahkan perintah Allah ke-8. Jika kamu menemui seseorang yang melakukan kesalahan tegur dan ingatkan dia baik-baik, dan tidak perlu menceritakan kesalahannya pada orang lain. Dengan demikian kamu telah mengembalikannya pada jalan yang dikehendaki Allah, jalan cinta kasih dan jalan kebenaran

 

 

SANTO GABRIEL DARI BUNDA BERDUKACITA

Santo yang menarik dan baik hati ini dilahirkan di Assisi, Italia pada tahun 1838. Ia diberi nama Fransiskus pada saat dibaptis untuk menghormati St. Fransiskus dari Asisi. Ibunya meninggal dunia ketika Fransiskus baru berusia empat tahun. Ayahnya mendatangkan seorang pendidik untuk mengasuhnya dan saudara-saudaranya.
Fransiskus tumbuh menjadi seorang pemuda yang amat tampan sekaligus menyenangkan. Sering ia menjadi orang yang paling menarik perhatian dalam suatu pesta. Fransiskus senang berpesta-pora, tetapi ia juga terkadang merasa bosan. Ia merasa dalam hatinya ada suatu dorongan kuat kepada Tuhan dan kepada kehidupan rohani yang lebih mendalam.

Dua kali Fransiskus sakit parah hingga hampir kehilangan nyawanya. Setiap kali ia berjanji kepada Bunda Maria bahwa jika Bunda Maria mau mengusahakan kesembuhannya, ia akan menjadi seorang yang religius. Sungguh, dua kali itu ia sembuh dari penyakitnya, tetapi Fransiskus tidak menepati janjinya.

Suatu hari, Fransiskus melihat lukisan Bunda Dukacita sedang diarak dalam suatu prosesi. Tampak olehnya, Bunda Maria menatap langsung kepadanya. Pada saat yang sama, ia mendengar suara dalam hatinya yang mengatakan, “Fransiskus, dunia ini bukan lagi untukmu”. Ternyata tidak lama kemudian, pada usia 18 tahun, Fransiskus masuk biara Passionis. Nama yang dipilihnya adalah Gabriel dari Bunda Dukacita.

Cinta Gabriel yang terdalam ditujukan kepada Ekaristi Kudus dan Maria, Bunda Dukacita. Ia suka menghabiskan waktu dengan merenungkan sengsara Yesus dan betapa Yesus telah banyak menderita untuknya. Gabriel juga melatih diri dalam dua keutamaan dengan cara yang istimewa, yaitu kerendahan hati dan ketaatan. Yang menjadi ciri khasnya adalah sukacita. Ia selalu bergembira dan menyebarkan kegembiraan itu kepada mereka yang ada di sekitarnya. Hanya setelah empat tahun tinggal dalam biara Passionis, Gabriel wafat pada tanggal 27 Februari 1862. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1920 oleh Paus Benediktus XV.

Adik-adik yang terkasih, ciri khas St. Gabriel adalah sukacita. Dia berjuang untuk menyebarkan sukacita kepada orang-orang di sekitarnya. Dia menikmati hidup dalam sukacita bersama Kristus yang dilayani. Apakah kamu mau meneladani St. Gabriel, untuk selalu bersukacita dalam setiap situasi hidup yang kamu alami? Meskipun mengalami derita dan kesusahan dalam berbagai bentuk, sakit, diejek dan diperlakukan kasar oleh orang lain, maukah kamu tetap bersukacita dan mengandalkan Yesus untuk menghibur dan membantumu?



 

Tinggalkan Balasan