KEIKHLASAN DALAM BERBELASKASIH (Renungan 20 Juni 2017)

Selasa, 20 Juni 2017 (Hari Biasa Pekan XI)
Bacaan: 2Kor 8:1-9; Mzm 146: 2, 5-6, 7, 8-9a; Mat 5:43-48

KEIKHLASAN DALAM BERBELASKASIH

Tahun 2016 yang lalu kita merayakan Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahiman Allah yang dibuka pada tanggal 8 Desember 2015 (Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda) dan ditutup pada tanggal 20 November 2016 (Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam). Paus Fransiskus, melalui Bulla “Misericordia Vultus” (Wajah Kerahiman), mengajak kita untuk kembali kepada tahta kerahiman Allah dan mewartakan kerahiman Allah kepada setiap orang yang kita jumpai. Dunia saat ini membutuhkan terang kerahiman Allah untuk menerangi hati setiap orang yang telah ditutupi oleh kabut keegoisan dan nafsu untuk menguasai dunia seturut keinginannya sendiri.

Bacaan-bacaan kita renungkan hari ini mengantar kita pada permenungan tema tentang Allah yang berbelaskasih. Paulus, dalam bacaan pertama, memberikan semacam laporan tentang kehidupan jemaat Makedonia. Paulus memuji kerelaan diri jemaat Makedonia untuk memberikan harta dan diri mereka sendiri untuk pelayanan jemaat dan pewartaan Injil, sekalipun mereka sendiri adalah orang-orang yang miskin. Paulus membandingkan hal tersebut dengan gambaran Yesus Kristus yang turun ke dunia sebagai orang miskin, walaupun Yesus Kristus adalah Allah yang kaya dalam segala hal (bdk. 2Kor 8:9). Yesus Kristus merendahkan diri menjadi manusia (bdk. Flp 2:7) untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan menampakkan wajah kerahiman Allah bagi umat manusia yang merana. Yesus Kristus menampakkan wajah kerahiman Allah melalui pewartaan Sabda dan tindakan penyembuhan dan mukjizat yang dilakukan-Nya. Pengajaran-Nya yang kita dengar hari ini dalam bacaan Injil adalah upaya Yesus untuk mengajak para pengikut-Nya untuk ikut serta pula menampakkan wajah kerahiman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Yesus menuntut para pengikut-Nya untuk tidak membeda-bedakan cinta yang diberikan menurut pribadi/kelompok. Allah Bapa berbelaskasih terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan, maka sebagai umat manusia yang adalah citra Allah, Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk secitra dengan Allah dalam hal berbelaskasih.

Bacaan-bacaan ini sangat cocok bagi kita yang sedang merayakan Tahun Martyria. Cinta hendaknya menjadi dasar hidup kita. Sangat sulit bagi kita untuk mewujudkannya. Ada sekian banyak tantangan yang harus kita hadapi kala kita berjuang demi kebaikan bersama. Ada berbagai kepentingan yang perlu dipertimbangkan sehingga kita sulit mewujudkan cinta kasih tersebut dalam hidup kita. Kita kesulitan untuk memberikan kesaksian hidup tentang pengalaman mencintai dan dicintai. Namun, kesulitan itu sebenarnya dapat diatasi dengan keikhlasan hati untuk terbuka terhadap semua orang dan kesabaran untuk menerima semua orang. Ikhlas untuk membuka diri adalah kunci untuk mencintai dan dicintai. Dengan membuka diri terhadap orang lain, kita akan dimampukan untuk mencintai dan dicintai. Sabar menerima setiap orang yang berbeda kepribadian dan kebudayaan akan mendukung kita dalam usaha untuk mencintai dan dicintai. Banyak hal yang dapat kita lakukan. Kita bisa memulainya dengan menyapa orang-orang yang kita jumpai di jalan atau di kantor ataupun di sekolah. Kita juga bisa membuat kerja sama dalam mengerjakan suatu proyek atau tugas sekolah. Saling menerima satu sama lain adalah salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk semakin menyerupai Allah yang adalah Sang Cinta Kasih itu sendiri.

Tuhan, jadikanlah aku bentara cinta kasih-Mu bagi semua makhluk ciptaan-Mu di dunia ini. Amin. (Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)

Tinggalkan Balasan