Kerendahan Hati Menunjukkan Kasih (Renungan MINGGU BIASA XI/C, 12 JUNI 2016 Oleh Fr. Win Hendri)

Kerendahan Hati Menunjukkan Kasih

Hari Minggu Biasa XI (12 Juni 2016)
2Sam 12:7-10,13; Gal 2:16,19-21;
Luk 7:36-8:3

Suatu hari saya dan beberapa teman pergi menikmati mie pansit di restoran mini. Ketika sedang asyik melahap mie pansit, sejenak saya memperhatikan anak kecil (mungkin putri dari pemilik restoran) datang menghampiri seorang kakek bersama istrinya yang sedang memesan mie pansit. Dengan polos ia berkata “kek…, nek… mau makan apa ?, aku bilang sama papa ya…, biar dimasakin ya… tapi kakek dan nenek duduk dulu ya…” kemudian sianak itu menarik tangan kedua orangtua itu ke meja untuk menunggu. Serentak semua orang yang ada di restoran itu tersenyum melihat tingkah polos anak itu. Tingkah anak kecil penuh dengan kepolosan menawarkan diri, bersedia menyapa, mempersilahkan kedua orang tua tersebut untuk masuk ke restoran menikmati mie pansit masakan bapaknya, membuat saya merenungkan betapa terbuka dan rendah hatinya sianak kecil menerima orang masuk untuk mengenal dan menikmati bagian dari kehidupan keluarganya.

Bacaan hari ini mengajak kita untuk kembali menerawang pengalaman hidup kita sendiri. Perempuan berdosa menunjukkan sikap hidupnya kepada Yesus, tunduk menyeka kaki Yesus dengan minyak yang mahal dan mencium kaki-Nya. Hal ini menunjukkan kerendahan hati yang penuh Kasih untuk kembali memulai kehidupan baru artinya memulai suasana hidup yang dibarui dengan sikap merendahkan diri dihadapan Allah melalui pertobatan. Manusia memang tidak pernah luput dari dosa, oleh kata dan tindakan kita yang membuat kelabunya dunia hidup kita sendiri. Namun sebagai orang yang beriman akan makna kehadiran Allah dalam rentetan peristiwa hidup, kita diajak untuk terus-menerus berproses melukis cerita hidup kita dengan kebaikan dan kerendahan hati yang penuh kasih.

Kerendahan hati membawa kita pada ketulusan dalam pelayanan hidup kita sehari-hari, melayani tidak perlu harus punya status yang menjadikan diri kita famous dihadapan orang banyak. Melayani berarti meluangkan sejenak waktu kita untuk orang lain yang membutuhkan ‘tangan-tangan hangat’ yang penuh kasih dari diri kita sendiri. Kisah pengalaman singkat di atas memang tidak sama dengan peristiwa perempuan berdosa yang mengurapi Yesus.  Namun, sekurang-kurangnya kerendahan hati dapat kita lihat dengan cara yang sederhana namun menuai makna. Sebab Yesus menginginkan kita kembali kepada-Nya dengan sikap rendah hati membuka diri pada tuntunan kasih-Nya. (Fr. Win Hendri)

Liturgi Hari ini: MINGGU BIASA XI/C, 12 JUNI 2016… Klik disini!!

Tinggalkan Balasan