Aku Ikut Kegiatan di Paroki (Majalah Mekar, Edisi April 2016)
PIYUNG JADI MISDINAR
Setiap Jumat siang, Piyung dan teman-teman latihan bertugas menjadi misdinar bersama Frater Heru. Mekar Cs mewawancarai Piyung tentang perasaannya sejak menjadi misdinar.
Mekar: Yung, sejak kapan kamu menjadi anggota misdinar di paroki?
Piyung: Setelah menerima komuni kudus di kelas IV, memangnya ada apa?
Mekar: Aku merasa ada sesuatu yang berubah darimu, Yung!
Cha-Cha: Ya, Yung! Sikapmu lebih baik dan bicaramu tidak asal-asalan lagi!
Gemil: Kamu rajin berdoa dan ikut Misa Kudus yang pasti..ha..ha…karena bertugas setiap minggu atau pada perayaan hari besar Gereja.
Piyung: Kalau itu sih sudah pasti, Mil! Kamu ada-ada saja!
Mekar: Yang penting kamu bertugas sebagai misdinar dengan kesungguhan hati, bukan karena dipaksa orang lain..ha..ha..ha…
Piyung: Mauku sendiri kok! Aku ingin melayani Yesus dan membantu paroki.
Cha-Cha: Kalau aku sih suka di kelompok koor! Aku hobi nyanyi! Maka kusumbangkan suaraku untuk Yesus dan umat.
Gemil: Aku sih belum terlibat dalam kelompok kategorial yang ada di paroki, tetapi aku paling rajin ke kring!
Mekar: Tidak apa, bila sudah mau boleh bergabung! Yang penting dalam persekutuan di kelompok kategorial kita dapat mengembangkan talenta dan ambil bagian dalam kehidupan menggereja.
SANTO RICHARD DARI CHICHESTER
Santo Richard dilahirkan di Inggris tahun 1197. Ia dan saudaranya menjadi yatim-piatu sejak masih kecil. Saudaranya memiliki beberapa tanah pertanian. Richard berhenti sekolah agar dapat membantu kakaknya menyelamatkan sawahnya dari kehancuran. Richard bekerja demikian giat hingga kakaknya yang penuh rasa terima kasih hendak memberikan tanah pertanian itu kepadanya. Tetapi, Richard tidak mau menerimanya.
Ia juga memilih untuk tidak menikah, sebab ia ingin pergi belajar di perguruan tinggi untuk memperoleh pendidikan yang baik. Ia tahu bahwa uangnya hanya sedikit, karena itu ia harus bekerja keras untuk membiayai hidup dan sekolahnya. Richard belajar di Universitas Oxford. Ia memperoleh kedudukan penting di universitas tersebut. St. Edmund, Uskup Agung Canterbury, memberinya tugas dan tanggung jawab dalam keuskupannya.
Ketika St. Edmund wafat, Richard mengunjungi Wisma Belajar Dominikan di Perancis. Di sana ia ditahbiskan sebagai seorang imam. Tidak lama kemudian, ia ditahbiskan sebagai Uskup Chichester, Inggris. Oleh sebab itu ia disebut Richard dari Chichester. Raja Henry III menghendaki orang lain yang menjadi uskup. Orang tersebut adalah sahabatnya, tetapi tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang uskup. Richard Uskup Chichester yang sesungguhnya.
Raja Henry III tidak memperbolehkan Richard menempati katedralnya sendiri. Raja juga mengancam penduduk Chichester dengan hukuman, apabila mereka bersikap ramah terhadap Richard. Walaupun demikian, orang-orang yang gagah berani tetap saja menolongnya, seperti Pastor Simon dari Tarring – salah seorang imam Chichester. Richard dan Simon kemudian bersahabat karib. Ketika Bapa Suci mengancam Raja Henry untuk di-ekskomunikasi-kan (= mengucilkan, memutuskan seseorang dari hak-hak sebagai anggota Gereja), Raja mulai berhenti mencampuri urusan gerejani dan tidak lagi mengganggu Bapa Uskup.
Sebagai Uskup, St. Richard melaksanakan segala tugasnya dengan baik. Ia selalu lemah lembut dan murah hati kepada semua orang, namun sekali waktu ia juga bersikap tegas. Ia seorang pemberani dan tanpa ragu-ragu menegur umatnya apabila mereka melakukan kesalahan dan tidak menyesali perbuatannya.
Ketika St. Richard jatuh sakit, ia tahu saat kematiannya akan tiba, sebab Tuhan telah memberitahukan kepadanya tempat serta waktu yang tepat bilamana ia akan meninggal. Teman-temannya, termasuk Pastor Simon dari Tarring, berada di sisi pembaringannya. St. Richard wafat dalam usia limapuluh lima tahun pada tahun 1253. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Urbanus IV pada tahun 1262. Hari pestanya dirayakan Gereja setiap 3 April.
Bagaimana kita dapat menjadikan kasih Yesus sebagai pusat dari segala sesuatu yang kita lakukan? St.Richard telah menunjukkan imannya pada Yesus dengan melaksanakan tugasnya sebagai uskup yang baik, lemah lembut dan murah hati pada semua orang, tegas dan berani menegur umat yang melakukan kesalahan.
Bagaimana denganmu adik-adik? Kamu juga dapat membalas cinta Yesus dalam berbagai sikap dan perbuatan yang baik bagi keluarga dan sesama… segeralah perbaiki diri dan buatlah Yesus tersenyum bahagia setiap waktu.