ANDALKANLAH ALLAH SAJA (Renungan Pesta Pembaptisan Tuhan-10 Januari 2016)
ANDALKANLAH ALLAH SAJA
Pesta Pembaptisan Tuhan (10 Januari 2016)
Yes 40:1-5,9-11; Tit 2:11-14; 3:4-7;
Luk 3:15-22
MALAM PERGANTIAN tahun belum dua pekan kita lewati. Di tahun baru ini banyak orang membuat hal-hal baru; rencana, kiat, target, dan sebagainya. Paling tidak, di tahun yang baru orang ingin memperbarui hidup.
Pesta pembaptisan Tuhan adalah perayaan iman Gereja akan peristiwa Yesus tatkala memulai hidup “baru” di tengah masyarakat. Setelah 30 tahun “bersembunyi”, Yesus tampil untuk pertama kalinya. Peristiwa pembaptisan merupakan penampilan pertama Yesus di tengah publik. Yesus memulai seluruh tugas pewartaan-Nya dengan dibaptis. Ia membiarkan diri bersama orang banyak dibaptis Yohanes.
Yang menarik peristiwa pembaptisan Yesus hanya dirumuskan sebagai anak kalimat dan bukan sebagai kalimat pokok. “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya” (Luk 3:21-22). Yang menjadi kalimat pokok di situ adalah: “terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus”. Dengan struktur kalimat demikian kiranya Lukas tidak terlalu menekankan peristiwa baptisan Yesus sendiri, melainkan tanda eskatologis (terbukalah langit) dan turunlah Roh Kudus. Roh Kudus, dalam Kitab Suci sebagai tanda karunia akhir zaman atau eskatologis, sebab akhir zaman dimulai ketika Roh Allah dicurahkan dan Roh Kudus itu menjadi jaminan keselamatan kekal (Ef 1:14, 2Kor 1:22;5:5). Kalau Roh Kudus itu telah dicurahkan kepada Yesus, maka akhir zaman sudah dimulai dalam diri Yesus. Ungkapan akhir zaman menunjuk pada zaman keselamatan sendiri. Kesimpulannya, dengan baptisan-Nya, Yesus dilantik sebagai Mesias oleh Allah sendiri melalui pencurahan Roh Kudus.
Yesus adalah Mesias. Mesianisme Yesus itu ditegaskan sendiri oleh-Nya pada khotbah perdana di Nazareth, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin… untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberikan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19). Dialah Mesias yang menyatakan kemuliaan Tuhan, Dialah Gembala yang akan menuntun domba-domba-Nya ke tanah air mereka, seperti terungkap dalam bacaan pertama. Mesias yang menjadi harapan dan dinanti-nantikan oleh banyak orang seperti diberitakan dalam awal Injil yang tidak terpenuhi dalam diri Yohanes Pembaptis, tetapi dalam diri Yesus. Allahlah yang menyatakan dan melantik Yesus sebagai Mesias. “Dan terdengarlah suara dari langit: Engkaulah Putera kesayangan-Ku. Engkau berkenan di hatiku” (Luk 3:22). Seluruh proses pelantikan terjadi ketika Yesus “sedang berdoa”. Hal ini menunjukkan cara Yesus membuka diri dan mengandalkan segalanya pada Allah saja. Yesus memandang hidup dan seluruh karya pelayanan-Nya melulu sebagai karunia, pilihan dan perutusan Allah sendiri. Ia ingin melaksanakan tugas pelayanan-Nya sebagai Mesias juga menurut rencana dan kesanggupan Allah sendiri.
Manusia yang hidup di zaman modern ini begitu biasa dengan segala hal yang ditentukan oleh diri sendiri. Manusia modern mengagungkan martabat dan nilai pribadi. Manusia modern yakin bahwa kebahagiaan terjadi kalau orang bisa bebas menentukan segala hal menurut kemauan, kepuasan, kecondongan, perasaan, keyakinan, minat, kemampuan dan cita-citanya sendiri. Orang lupa bahwa seluruh hidup, martabat dan kegiatannya tidak boleh dilepaskan dari rencana Allah. Manusia modern merasa sulit untuk bersifat terbuka, luwes dan fleksibel dengan gerak pimpinan dan tuntutan Roh Allah. Roh Kudus sering membawa dan memimpin kepada bentuk hidup dan karya yang sering tidak kita kehendaki dan harapkan. Roh Kudus sering membiarkan kita mengalami hal tidak tergambarkan atau pikirkan. Tetapi itulah kehendak Allah. Sebab yang dipikirkan manusia, kadang bukan yang dipikirkan Allah; yang dikehendaki manusia, kadang bukan kehendak Allah.