Berkarya Seperti Garam (Renungan SELASA BIASA X, 7 JUNI 2016 Oleh Fr. Bonar Sinabariba)
Berkarya Seperti Garam
7 Juni 2016
Hari SELASA BIASA X
1Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8;
Mat. 5:13-16.
Apalah artinya garam? Melimpah ruah di lautan dan mudah didapatkan di warung-warung dengan harga yang amat sangat terjangkau. Dengan uang seribu rupiah, garam segepok sudah bisa mengasinkan gulai sekuali. Namun, di balik keremehan itu, garam memiliki fungsi yang luar biasa. Tanpa garam, tubuh manusia berada dalam kondisi sakit dan malnutrisi. Tanpa garam, makanan akan terasa hambar. Akibat faktual ini bisa mengakibatkan akibat-akibat yang lebih klise, seperti kemarahan, kemiskinan, dan derita. Hal yang lebih menarik dan menakjubkan dari garam ialah proses kerjanya. Untuk mengasinkan sesuatu, garam meleburkan diri dengan tenang, tanpa hiruk pikuk, dan akhirnya meresap sampai ke dalam makanan. Garam bekerja dengan sangat tenang namun efektif.
Lewat bacaan hari ini, Yesus memotivasi kita, untuk menjadi “garam dan terang dunia”. Motivasi dari Yesus ini mau menyadarkan kita akan kesejatian identitas seorang Kristen. Bila kita sebagai orang Kristen tidak berani menggarami orang-orang di sekitar kita, inilah yang disebut sebagai krisis identitas, yakni ketika kita tidak lagi tahu dan sadar akan siapa diri kita, apa panggilan dan tanggungjawab kita. Atau jangan-jangan, bukan mengasinkan, kita justru membuat pahit kehidupan orang lain atau membuat hati orang lain menjadi kecut lewat perilaku kita.
Mari menggarami, meskipun tidak dihargai dan dipandang, namun memberi arti dengan pasti, sehingga Bapa pun semakin dimuliakan di bumi. (Fr. Bonar Sinabariba)
Liturgi hari ini: SELASA BIASA X, 7 JUNI 2016… Klik disini!!