Biografi Fr. John Mezer Manullang

Data Diri

Nama Lengkap

Sesuai Surat Baptis

Sesuai Ijazah

Nama Panggilan

Tempat, Tanggal Lahir

Tempat, Tanggal Baptis

Tempat, Tanggal Krisma

Pelantikan Lektor dan Akolit

Asal Stasi / Paroki / Keuskupan

Calon Imam Keuskupan

: Jon Mezer Manullang

: Jhon Mejer Simanullang

: Jon Mezer Manullang

: Jon

: Duri, 27 Februari 1994

: Jl. Sejahtera – Duri, 14 Mei 1995

: Paroki Hati Kudus Yesus – Pangkalan Kerinci, 18 Oktober 2009

: Seminari Tinggi Santo Petrus Pematangsiantar, 22 Februari 2018

: Stasi Santo Stefanus, Zamrud/Paroki Santo Yohanes Pembaptis, Perawang/Keuskupan Padang

: Padang

Keluarga

Nama Lengkap Ayah

Nama Lengkap Ibu

Anak Ke

: Kayaman Manullang

: Tiar Marisne Lumbantobing

: 3 dari 5 Orang Bersaudara

Pendidikan

Taman Kanak-Kanak

Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Tahun Orientasi Rohani

Tahun Orientasi Pastoral

Tahun Orientasi Pastoral

: -

: SD N 001 Dayun  (2000-2007)

: SMP N 14 Siak (2007-2009)

: SMA Xaverius 1 Palembang (2010-2013)

: Tor Santo Markus Pematangsiantar (2014-2015)

: Paroki Santa Barbara, Sawalunto Dan Paroki Santa Maria Assumpta, Kayu Aro – Kerinci (2019-2020)

: Sekolah Tinggi Filsafat Dan Teologi Santo Yohanes Pematangsiantar (2015-2022)

Program S1 (2015-2019) s/d Program Post-S1 (2020-2022)

Motivasi Panggilan

Saya Adalah Anak Ketiga Dari Lima Bersaudara. Ketertarikan Untuk Menjadi Seorang Imam Berawal Atau Pada Saat Saya Kelas I Smp, Pada Saat Itu Saya Dan Ibu Mengikuti Perayaan Ekaristi Di Suatu Stasi. Ketertarikan Untuk Menjadi Imam Karena Dua Hal. Pertama, Saya Terkesan Dan Senang Pada Hal Fisik Yang Mudah Dilihat Dan Bersifat Attractive (Menarik Bagi Banyak Orang Lain) Pada Diri Seorang Imam Yang Saya Lihat. Misalnya, Melihat Pakaian Alba Seorang Imam, Melihat Pribadi Seorang Imam Yang Berpenampilan Penuh Dengan Kewibawaan. Kedua, Motivasi Terletak Pada Hal Psikologis. Pada Bagian Ini, Saya Termotivasi Untuk Menjadi Imam Karena Tersentuh Sisi Psikologisnya. Misalnya, Imam Tersebut Sangat Dekat Dengan Umat, Perhatian, Dan Sabar. Akhirnya Dari Ketertarikan Itu Saya Mulai Penasaran Dan Bertanya-Tanya Dalam Diri Tentang Tugas Seorang Imam Dan Bagaimana Prosesnya. Ketiga, Adanya Unsur Ikut-Ikutan Dengan Seorang Teman Yang Juga Masuk Seminari Menengah Santo Paulus Palembang. Di Dalam Benak Saya Pada Waktu Itu Belum Ada Gambaran Tentang Apa Itu Seminari, Bagaimana Proses Pendidikannya, Dan Apa Yang Harus Dilakukan Di Sana. Apalagi Pada Saat Itu Saya Belum Mengetahui Yang Namanya Imam Diosesan Maupun Imam Tarekat Atau Kongregasi.

Ketertarikan Menjadi Imam Menjadi Semakin Kuat Dalam Diri Saya Ketika Menyelesaikan Tahap Akhir Pendidikan Sekolah Menengah. Ketika Pendidikan Sekolah Menengah Selesai, Tepatnya Pada Bulan Maret Tahun 2010 Saya Memutuskan Untuk Berangkat Dan Menjalani Test Di Seminari Menengah Santo Paulus Palembang Pada Gelombang Kedua. Pilihan Saya Untuk Berangkat Dan Menjalani Tes Di Seminari Mendapat Dukungan Dan Motivasi Dari Kedua Orangtua. Ketika Saya Diterima Masuk Seminari Melalui Berbagai Macam Test Dan Wawancara, Ada Suatu Ungkapan Yang Memotivasi Dari Kedua Orangtua Yang Sampai Sekarang Masih Teringat Di Memori Kecil Saya, Yaitu: “Jika Mandi Seluruh Tubuh Harus Ikut Basah, Begitu Juga Dengan Pilihan Yang Sekarang Ini Kau Pilih, Jika Kau Memilih Untuk Menjalani Panggilan Tuhan, Jalanilah Dengan Sepenuh Hati Dan Serahkan Semuanya Kepada Tuhan”.

Panggilan Yang Saya Jalani Sampai Saat Ini Merupakan Misteri Yang Tidak Mudah Untuk Saya Mengerti. Ketika Saya Masuk Rumah Pembinaan Tor St. Markus, Saya Memahami Bahwa Motivasi Yang Awalnya Hanya Sebatas Pada Ketertarikan Fisik Dan Psikologis, Tapi Berkat Pembinaan Di Rumah Pembinaan Tersebut Pikiran Dan Hati Saya Semakin Dicerahi Dan Diarahkan Oleh Tuhan. Saya Mau Menjadi Imam Dengan Masuk Seminari Adalah Karena Dorongan Dari Dalam Diri Atau Karena Intensi Murni. Panggilan Ini Saya Renungkan Sebagai Sebuah Perjuangan Untuk Mempersembahkan Diri Kepada Tuhan. Saya Berusaha Untuk Melakukan Yang Terbaik Untuk Tuhan Bersama Dengan Segala Kelemahan Dan Kekurangan Yang Saya Miliki. Dengan Persembahan Diri Kepada Tuhan Berarti Saya Mau Menjadi Pribadi Yang Bebas (Merdeka) Atas Pilihan Hidup Yang Saya Putuskan Dan Jalani. Saya Tidak Ingin Pikiran Dibebani Oleh Hal-Hal Yang Menghambat Perjalanan Panggilan. Untuk Mengatasi Hal Tersebut, Saya Berusaha Menjalani Hidup Harian Dengan Penuh Makna, Baik Bagi Tuhan Maupun Sesama. Saya Merasa Tuhan Sungguh Luar Biasa Atas Diri Saya Dalam Perjalanan Panggilan Saya Hingga Saat Ini. Panggilan Yang Saya Tekuni Hingga Akhir Ini Saya Jalani Dengan Penuh Semangat Dan Tentunya Dengan Ketulusan Dalam Menjawab Panggilan-Nya Dalam Ritme Kehidupan Di Rumah Pembinaan Tercinta Ini. Saya Yakin Tuhan Selalu Ada Dan Hidup Dalam Diri Saya.

Tinggalkan Balasan