Cinta yang Menggerakkan (Renungan Selasa Biasa XXX, 25 Oktober 2016 Oleh Fr. Benediktus Bagus Hanggoro)

Selasa, 25 Oktober 2016 (Hari Selasa Biasa XXX)
Bacaan: Ef. 5: 21-33; Luk. 13: 18-21

“Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi ia mengasuh dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat-Nya.” (bdk. Ef. 5:29)

Orang tua saya bukanlah tipe orang tua ideal karena hidup rumah tangga mereka selalu penuh dinamika. Ada pertengkaran, salah paham, romantisme, dukacita, dan lain-lain. Tetapi saya sangat bangga dengan orang tua saya bukan karena mereka selalu salah paham atau selalu romantis. Saya bangga dengan orang tua saya karena mereka berusaha untuk menghidupi semangat rumah tangga Kristiani dalam keseharian mereka. Sebelum ayah pergi bekerja, ia tak pernah lupa untuk pamit dengan ibu. Begitu pula dengan ibu. Ketika ayah membutuhkan ibu untuk mendampinginya dalam acara dinas ataupun hal lain, ibu menemani ayah dengan setia.

Saudara-saudari terkasih, hari ini Rasul Paulus menasehatkan bagaimana semangat rumah tangga Kristiani pertama-tama dibangun atas dasar cinta kasih yang menggembirakan antara suami dan istri. Suami dan istri hendaknya saling mencintai seperti Yesus Kristus mencintai umat-Nya. Nasehat ini sering saya temukan saat saya mengikuti beberapa Upacara Pernikahan di dalam Gereja Katolik. Sebenarnya ini adalah hal yang dasar dan utama tetapi seringkali sulit dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini saya amati dari kehidupan rumah tangga orang tua saya yang pasang-surut.

Cinta tidak hanya diperlukan untuk pasangan suami-istri saja melainkan juga diri kita masing-masing memerlukan cinta. Bagi saya sendiri -dan semoga kita semua setuju-, cinta mampu menggerakkan kita untuk berbuat hal-hal baik sesederhana apapun. Bacaan Injil kemarin (Senin, 24 Oktober 2016) menunjukkan perbuatan kasih Yesus membebaskan manusia dari penderitaan dan bacaan Injil hari ini menegaskan bahwa perbuatan kasih diibaratkan sebagai biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon yang berguna bagi banyak makhluk dan ragi yang mengembangkan adonan roti. Perbuatan kasih adalah wujud keikutsertaan kita membangun Kerajaan Allah.

Kerajaan Allah adalah Kerajaan Kasih. Yesus mengundang kita untuk mengembangkan Kerajaan Allah di dunia ini lewat perbuatan-perbuatan kasih yang membebaskan manusia dari penderitaan.

Tuhan, semoga kami menjadi bentara kasih bagi keluarga, komunitas, lingkungan, dan masyarakat kami. Berkatilah setiap usaha kasih kami dan semoga itu semua berkenan di hati-Mu. Amin. (Fr. Benediktus Bagus Hanggoro K.)

Ekaristi hari ini: SELASA BIASA XXX, 25 OKTOBER 2016….Klik disini!!

Tinggalkan Balasan