“DERMA DENGAN IKHLAS HATI, JANGAN TERPAKSA” Majalah Mekar ed. Maret 2018
DERMA DENGAN IKHLAS HATI, JANGAN TERPAKSA
Adik-adik terkasih, selama hidup-Nya di dunia ini, Yesus selalu berbuat baik dan menyelamatkan orang yang berkesusahan, apakah mereka ditimpa penyakit, ditindas, dikucilkan, bahkan mengalami kematian. Ia adalah Raja yang adil dan peduli pada mereka yang miskin dan terlupakan. Yesus ingin semua pengikut-Nya melakukan hal yang sama, yakni melakukan karya amal dan penuh kasih selama hidup di dunia ini, sebab melalui karya itu kita disadarkan akan adanya kehidupan abadi di Surga yang dijanjikan Yesus.
Hukum yang paling utama kata Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri “(Markus 12: 30-31). Hukum inilah yang hendaknya kita ingat dan laksanakan sebagai anak-anak yang dikasihi Yesus.
Dalam masa Prapaskah (masa tobat), Yesus tidak hanya berharap kita bermatiraga dengan berpuasa dan berpantang, tetapi lebih daripada itu sebagai anak-Nya, kita belajar memperbaiki diri dari semua kelemahan dan kesalahan, belajar berbuat baik dan taat pada-Nya. Kita dapat menunjukkan solidaritas pada sesama yang berkesusahan dan menderita melalui pemberian derma APP dengan hati ikhlas, bukan dengan keterpaksaan. Kamu dapat berbagi dalam banyak hal, baik materi ataupun dalam sikap yang baik. Seperti design sampul edisi ini, kamu dapat memberi payung pada anak miskin yang membutuhkan pertolonganmu dan masih banyak perbuatan baik lain yang dapat kamu lakukan. Ayo… kumpulkan harta di Surga dan kamu akan bahagia bersama Yesus.
SANTO YOHANES A DEO
Santo Yohanes dilahirkan di Portugal 8 M aret 1495. Orangtuanya miskin, tetapi mereka adalah orang Kristen yang taat. Yohanes seorang pemuda yang tidak punya pendirian tetap. Sebentar ia menjadi seorang gembala, sebentar menjadi tentara, dan kemudian menjadi penjaga toko. Ketika dewasa, ia bukanlah seorang yang religius. Ia dan teman-temannya tidak menyadari kehadiran Tuhan.
Ketika usianya empatpuluh tahun, Yohanes mulai merasa hampa. Ia merasa sedih akan hidupnya yang telah ia sia-siakan. Di gereja, ia mendengarkan suatu khotbah yang disampaikan oleh seorang misionaris yang kudus, Yohanes dari Avila. Misionaris tersebut memberikan pengaruh yang kuat kepadanya. Yohanes mulai menangis meraung-raung. Hari-hari selanjutnya, St. Yohanes dari Avila membantu Yohanes untuk memulai hidupnya kembali dengan harapan dan keberanian.
Yohanes mengubah hidupnya secara drastis. Ia berdoa serta melakukan matiraga setiap hari. Seorang uskup memberinya nama a Deo (= dari Tuhan), karena ia secara total mengubah hidupnya yang dahulu hanya mementingkan diri sendiri dan kini sepenuhnya menjadi manusia baru yang “dari Tuhan”. Perlahan-lahan Yohanes a Deo menyadari betapa hidup rakyat penuh dengan kemiskinan serta penderitaan.
Ia mulai mempergunakan waktunya untuk merawat mereka yang sakit di rumah-rumah sakit dan di tempat-tempat penampungan. Kemudian ia menjadi sadar akan betapa banyaknya orang-orang yang terlalu miskin untuk dapat memperoleh perawatan di rumah sakit. Siapakah yang mau merawat mereka? Yohanes bertekad, demi cintanya kepada Tuhan, ia mau melakukannya.
Ketika usianya empatpuluh lima tahun, Yohanes mendapatkan sebuah rumah untuk merawat para fakir miskin yang sakit. Rumah itu kemudian menjadi sebuah rumah sakit kecil di mana setiap orang yang membutuhkan pertolongan akan diterima dengan baik. Orang-orang yang datang membantu Yohanes mulai membentuk suatu ordo religius untuk mengabdikan diri bagi mereka yang miskin. Ordo mereka disebut Para Broeder St. Yohanes a Deo.
Sebagian orang tentulah bertanya-tanya apakah Yohanes sungguh kudus seperti anggapan orang. Suatu ketika, seorang bangsawan menyamar sebagai seorang pengemis. Ia mengetuk pintu Yohanes untuk meminta-minta. Yohanes dengan suka hati memberikan semua yang ia miliki, yang jumlahnya hanya beberapa dolar saja. Bangsawan tersebut tidak membuka rahasianya saat itu, melainkan segera pergi dengan kesan mendalam. Keesokan harinya, seorang pesuruh tiba di depan pintu Yohanes dengan sepucuk surat penjelasan beserta uang dermanya yang dikembalikan. Di samping itu, sang bangsawan menyertakan 150 keping uang emas. Ia juga mengirimkan roti, daging serta telur yang dikirimkan setiap pagi ke rumah sakit cukup untuk memberi makan segenap pasien dan para pekerja rumah sakit.
Setelah sepuluh tahun bekerja keras bagi rumah sakitnya, St. Yohanes sendiri akhirnya jatuh sakit. Ia wafat pada hari ulang tahunnya pada tahun 1550. Yohanes a Deo dinyatakan kudus oleh Beato Paus Inosensius XI pada tahun 1690. Gereja merayakan hari pesta St. Yohanes a Deo setiap 8 Maret.
Adik-adik yang terkasih, St. Yohanes a Deo berkata, “Jika kita rindu untuk menerima belas kasihan Tuhan, pastilah kita akan melakukan kebajikan selama kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Sebab, jika kita berbagi dengan mereka yang miskin, oleh karena kasih kita kepada Tuhan, apa pun yang Ia berikan kepada kita, kita akan menerimanya, sesuai dengan janji-Nya, seratus kali lipat dalam kebahagiaan abadi”. Semoga dalam masa Prapaskah ini kamu pun semakin giat untuk melakukan karya amal kasih dengan tulus hati dan bukan karena terpaksa atau hanya demi melaksanakan tugas dari para pastor/suster, guru agama, atau orangtua.