Ekaristi MINGGU BIASA III/B, 21 Januari 2018
Menghayati hidup dalam Ekaristi
Banyak orang yang keranjingan mode. Mereka mencari jalan singkat yang ditunjukkan oleh slogan-slogan. Kultus individu dapat menggerakkan banyak orang. Tetapi dapat ditanyakan apakah emosi yang telah menguasai seseorang itu, masih memberi kebebasan sungguh pada orang itu? Sebab seseorang hanya dapat berubah bila ia dapat mengikuti orang lain, yang dapat diserahi dirinya atau merasa dipanggil dan disapa untuk menentukan siap.
Menghayati Ekaristi dalam hidup
Kitab Suci melukiskan tiga tahap perkembangan keagamaan. Mula-mula ditampakkannya orang saleh yang berjalan di sisi Tuhan. Tetapi bila petualangan iman dimulai, maka orang Perjanjian Lama seakan-akan mendahului Tuhan., tanpa tahu kemana tujuan perjalanannya. Sedangkan Injil menciptakan orang beriman baru: seseorang beriman yang tahu ke mana ia pergi. Ia mengikuti seseorang, yaitu Kristus. Dan karena sejak permulaan ia disinari oleh cahaya Kristus, maka tahulah ia siapa dia itu dan apa yang dituntut oleh Kristus, dan bahwa ia selalu harus semakin bertobat. Berkat imannya yang mantap ia dapat merintangi orang mengikuti pribadi atau mode yang fana.
Antifon Pembukaan –(Mzm 96:1.6)
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, bernyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi. Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.
Pengantar
Anak yang hanya mendengarkan orang tuanya, tetapi tidak melakukan apa yang diminta oleh mereka, jarang menyenangkan orang tuanya. Tuhan pun baru akan berkenan, bila kita hanya mendengarkan Dia, tetapi mau bertobat dan mengikuti-Nya. Tuhan tidak berkenan akan keragu-raguan atau pengabdian yang suam-suam kuku. Ia menghendaki pertobatan yang benar-benar dan agar kita mengikuti Dia. Ia baru akan menyelamatkan kita, bila kita bersedia sungguh-sungguh mengarahkan hidup kita kepada-Nya dan membawakan kabar gembira.
Seruan Tobat
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan meminta agar bertobat serta percaya kepada Injil.
Tuhan, kasihanilah kami.
Engkau telah memanggil murid-murid-Mu untuk dijadikan pemukat manusia bagi kerajaan-Mu.
Kristus, kasihanilah kami.
Engkau yang membimbing kami melalui pertobatan dan pengorbanan di jalan menuju keselamatan.
Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pembukaan
Marilah bedoa:
Marilah bedoa:
Allah Bapa kami, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah memanggil kami untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Kami mohon berilah kami keberanian untuk menanggapi panggilan-Mu dan menempuh jalan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan Pertama – Yunus 3:1-5.10
Pada masa umat Yahudi dikuasai oleh agama yang sempit sifatnya, cerita mengenai Yunus ini mau memperingatkan mereka akan sifat menyeluruh penyelamatan oleh Tuhan. Keselamatan itu diarahkan pada semua orang. Pewartaan Yunus di Ninive, sebuah kota bukan Yahudi, langsung berhasil: penduduknya percaya akan Tuhan dan bertobat.
“Orang Niniwe berbalik dari tingkah lakunya yang jahat.”
Pembacaan dari Nubuat Yunus:
Untuk kedua kalinya Tuhan berfirman kepada Yunus, “Bangunlah, dan berangkatlah ke Niniwe, kota besar itu. Sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.” Maka bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru, “Empat puluh hari lagi Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa; baik orang dewasa maupun anak-anak mengenakan kain kabung. Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka; dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.
Tanggapan – Mzm 25:4bc-5ab.6-7bc.8-9
Ref. Tuhan adalah kasih setia bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya.
Mazmur:
1. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku.
2. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.
3. Tuhan itu baik dan benar, sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.
Bacaan Kedua – 1Kor 7:29-31
Dua kutipan dari surat Paulus yang dibacakan hari ini dan Minggu berikut berhubungan dengan umat yang belum kawin dan mau menentukan situasi mereka terhadap Tuhan yang akan datang lagi. Paulus memberikan arti pantangan seutuhnya: oleh karena sesudah kedatangan Kristus di dunia semua orang harus memihak kepada-Nya, maka perkawinan kehilangan artinya yang wxlusif sebagaimana terdapat dalam Perjanjian Lama. Perkawinan bukanlah satu-satunya jalan yang syah. Kristus sendiri menggambarkan jalan lain: pengabdian diri seutuhnya, termasuk sexualitas, kepada Kristus. Barangsiapa secara radikal memilih ini, ia menghimbau sesamanya agar menggunakan harga dunia tanpa tenggelam di dalamnya.
“Dunia seperti yang kita kenal sekarang ini akan berlalu.”
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara, waktunya singkat! Sebab itu dalam waktu yang masih sisa ini mereka yang beristeri hendaknya berlaku seolah-olah tidak beristeri; orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli. Pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang ini akan berlalu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.
BAIT PENGANTAR INJIL – Markus 1:15
S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Kerajaan Allah sudah dekat. Percayalah kepada Injil!
U: Alleluya.
Bacaan Injil – Markus 1:14-20.
Kabar gembira yang diwartakan Kristus, adalah permulaan kegenapan waktu. Maka duntutnya, aga kita bertobat dan secara tegas berima. Mereka yang dipanggil oleh Kristus, hendaknya menjawab dengan penyerahan diri sepenuh hati. Pukat Gereja telah diterbarkan di dunia untuk mengumpulkan semua orang.
“Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Sesudah Yohanes Pembaptis ditangkap, datanglah Yesus ke Galilea, memberitakan Injil Allah. Yesus memberitakan, “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Mereka pun segera meninggalkan jalanya, dan mengikuti Yesus. Setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka, dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di atas perahu bersama orang-orang upahannya. Lalu mereka mengikuti Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus
Doa Umat
Kristus bersabda pada para murid-Nya, “ Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Marilah kita mengikuti Dia dan berdoa:
Bagi para imam, diakon, dan katekis.
Semoga kasih setia Bapa menuntun mereka agar mampu mendekati umat yang menjauhkan diri dari-Mu. Semoga dengan rahmat-Mu, umat yang semakin manjauh itu mampu bertobat dan kembali menempuh jalan baru.
Marilah kita mohon …
Tinggallah bersama kami, ya Tuhan.
Bagi kaum remaja
Semoga kasih setia Allah Bapa menggerakkan para remaja untuk memiliki cita-cita luhu dalam mengikuti panggilan-Nya demi membangun Gereja dan bangsa.
Marilah kita mohon …
Tinggallah bersama kami, ya Tuhan.
Bagi mereka yang sedang tertimpa musibah
Semoga kasih setia Allah Bapa membimbing dan meneguhkan orang-orang yang sedang tertimpa musibah sehingga mampu bangkit kembal dan menyadari bahwa musibah yang menimpa mereka dapat menjadi alat pembuka jalan menuju kepada Tuhan Yesus Kristus
Marilah kita mohon …
Tinggallah bersama kami, ya Tuhan.
Bagi kita bersama
Semoga Allah Bapa Mahabaik memberkati segala perjungan kita dalam mencapai kesejahteraan bersama dan mempersiapkan dunia baru.
Marilah kita mohon …
Tinggallah bersama kami, ya Tuhan.
Bapa Yang Mahakuasa, dengarkanlah permohonan umat-Mu. Semoga kami selalu mengalami belas kasih-Mu berkat pengantaraan Kristus, Putra-Mu dan Tuhan kami. Amin
Doa Persembahan
Ya Allah, berkenanlah menerima persembahan ini, yang kami unjukkan sebagai tanda kesediaan kami untuk mengikuti Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami, kini dan sepanjang masa.
Amin
Antifon Komuni – Mazmur 34:6
Tujukanlah pandanganmu kepada Tuhan maka wajahmu akan berseri-seri dan tidak akan malu tersipu-sipu.
Doa Sesudah Komuni
Marilah berdoa:
Ya Allah, semoga Tubuh Putra-Mu yang telah kami sambut ini menguatkan kami untuk mengalahkan kejahatan. Semoga kami dapat menjadi pengikut-pengikut-Mu yang setia sampai pada saatnya kami memasuki kehidupan abadi. Demi Kritus, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin
Renungan:
“BERTOBAT, HIDUP LEBIH BAIK”
BACAAN Kitab Suci hari ini berbicara tentang pertobatan. Bacaan pertama menceritakan tentang pertobatan rakyat dan raja Ninive setelah mendengar seruan pertobatan nabi Yunus. Nabi Yunus berseru, kalau mereka tak mau bertobat, empat puluh hari lagi Ninive akan ditunggangbalikkan, karena bangsa ini telah bergelimang lumpur dosa, hidup mereka penuh dengan kenajisan dan jauh dari Allah. Dari kisah pertobatan rakyat dan raja Ninive ini, kita memetik dua pelajaran. Pertama, kita menyadari karena kerahiman-Nya, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat. Kerahiman Allah yang penuh pengampunan itu tampak nyata dalam diri Yesus yang mempertobatkan dan mengampuni Maria Magdalena, Lewi, dan Zakheus, Saulus (Paulus), dan orang-orang lain yang bertobat. Yesus pun menjadikan mereka sebagai murid-Nya yang setia. Kedua, seruan pertobatan telah didengar dan dilaksanakan oleh rakyat dan raja Ninive yang menyadari hidupnya jauh dari kebenaran atau kebajikan. Mereka sadar bahwa dengan bertobat, dosa mereka dihapuskan dan diselamatkan.
Sebelum Yesus datang, Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Mrk 1:4). Seruan Yohanes ini disambut baik oleh orang-orang Yudea dan penduduk Yerusalem. Mereka mengakukan dosanya dan dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Kendati demikian Yohanes Pembaptis mengakui bahwa ia membaptis dengan air, dan akan datang seorang tokoh yang membaptis dengan Roh Kudus. Tokoh yang dimaksud Yohanes adalah Yesus. Dalam Kisah Para Rasul, dikatakan, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Roh kudus inilah yang akan membersihkan jiwa orang yang dibaptis, menerangi dan menguatkan hidup kaum beriman serta menggerakkan orang untuk mencintai sesamanya.
Semua orang yang telah dibaptis, mestinya hidup disemangati oleh Roh Kudus. Orang yang disemangati Roh Kudus, hidupnya jauh dari perbuatan jahat, tidak egois dan berbuat adil. Tetapi bagaimana kenyataannya? Tidak sedikit orang Kristiani yang hidupnya belum mencerminkan pertobatan dan hidupnya disemangati Roh Kudus. Pertobatan yang ditandai dengan pembaptisan belumlah selesai. Pembaptisan baru awal dari suatu proses dinamis untuk hidup lebih baik dan dekat dengan Allah. Bertobat berarti mengarahkan diri terus-menerus kepada Allah. Dengan bertobat kita menyadari diri sebagai insan lemah yang senantiasa membutuhkan pertolongan Allah. Dalam bacaan kedua, St. Paulus mengingatkan kita akan waktunya yang singkat! Hidup kita hanyalah sementara dan berlangsung singkat. Orang Jawa mengatakan “urip iku mung mampir ngombe” (hidup itu seperti orang yang singgah minum). Dengan demikian, kita diajak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan melakukan pertobatan sehingga semakin dekat dengan Allah. Pewartaan itu tidak cukup hanya dikaitkan dengan keyakinan akan pengadilan akhir, melainkan juga dalam hubungan dengan mengembangkan mutu kehidupan sehari-hari yang singkat. Maka kemungkinan yang tersedia untuk menyatakan kemuliaan Allah di dalam hidup ini harus dimanfaatkan secara maksimal dan optimal.
Dunia sekarang ini akan berubah dan berlangsung cepat. Waktu yang terbuang tidak pernah kembali, kesempatan yang lewat tidak akan terulang lagi, jarum sejarah kehidupan tidak mungkin diputar mundur lagi. Oleh sebab itu, manusia perlu menentukan arah dan tujuan hidupnya. Ke manakah arah yang kita tuju? Iman Kristen memberikan jawaban, dunia yang berubah ini menjadi persiapan untuk kedatangan-Nya kembali. Maka selagi masih ada waktu, bertobatlah dan berusahalah untuk hidup yang lebih baik sehingga kita layak bersatu dalam kemuliaan-Nya. (GEMA)