Ekaristi Minggu Biasa VI/C, 17 Februari 2019
Menghayati Ekaristi dalam Hidup
Banyak ungkapan Injil yang menggoncangkan kita. Moral yang berlaku ditentangnya: kehilangan segalanya untuk memperoleh segalanya; mati untuk hidup. Alasan-alasan hidup semacam itu nampaknya tidak wajar. Apalagi mengenai sabda bahagia! Sekurang-kurangnya penuh misteri! Haruskah kita berjalan demikian itu menuju kebahagiaan yang disediakan oleh Tuhan bagi para terkasih-Nya? Suatu dunia baru terbentang di depan kita, bila kita dapat menyesuaikan diri dan membuka hati terhadap nilai-nilai ilahi. Tetapi kerap kali hal-hal semacam dikesampingkan oleh kecenderungan-kecendrungan kita.
Antifon Pembukaan –(bdk. Mzm 31:3-4)
Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku.
Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Oleh karena nama-Mu, Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
Pengantar
Mendengarkan Sabda Bahagia yang disampaikan dalam Injil Lukas memunculkan dua reaksi. Pertama, reaksi orang yang mengerti, memahami, dan menerimanya dengan tenang. Kedua, reaksi orang yang mempertanyakannya, apakah hal itu bisa diterima oleh orang yang mendengarnya? Karena memang tidak mudah untuk dipraktikkan. Kita sering tidak tahan berada dalam kesulitan atau penderitaan. Kita dapat melihat, mana yang muncul dalam diri kita sekarang ini? Marilah kita membangun sikap iman yang benar, yaitu mengandalkan Tuhan dan menaruh segala harapan kita pada Tuhan. Ekaristi ini menegaskan lagi niat hati kita untuk menjadikan Kristus sebagai yang “pertama/sulung” dalam hidup kita
Seruan Tobat
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Nabi Agung yang mewartakan dan melaksanakan penyelamatan umat manusia
Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah Nabi Agung yang demi cinta kasih mengorbankan hidup, namun bangkit jaya mengalahkan maut dan dosa..
Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah Nabi Agung yang membawa pandangan hidup baru yang membahagiakan.
Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pembukaan
Marilah bedoa:
Ya Allah,
Kami bersyukur karena melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, Engkau telah menyampaikan Sabda bahagia kepada kami yang miskin dan lemah ini. Semoga Sabda Putra-Mu itu menjadikan kami kaya akan belas kasih dan perhatian kepada mereka yang kecil, miskin, tersingkir, dan menderita. Sebab Dialah Tuhan dan Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.
Bacaan Pertama Yer 7.5-8
Seorang murid Yeremia dipastikan menyisipkan ayat-ayat ini ke dalam karangan gurunya. Bentuknya mirip sekali dengan ayat-ayat kitab kebijaksanaan. Yang palsu dan yang benar dibandingkan dengan gambaran. Yang palsu ialah kepastian berdasarkan kekuatan menusia sendiri dan akan mandul. Sedangkan yang benar berdasarkan Allah, sumber air hidup (2:13) dan jaminan kesuburan.
Terkutuklah orang mengandalkan manusia. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan.
Pembacaan dari Kitab Yeremia
Inilah sabda Tuhan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan
Bahagiaku terikat pada Yahwe, harapanku pada Allah Tuhanku
Ayat.
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bacaan Kedua (I Kor 15:12.16-20)
Paskah orang Kristen adalah perjalanan dari kematian menuju kehidupan. Kristuslah yang pertama-tama melaksanakan perjalanan itu. Tetapi sebagai anggota Tubuh Kristus, di mana Kristus sendiri sebagai kepalanya, kita pun akan mengikuti Dia. Bila kita bersatu dengan-Nya dalam kematian, maka kita akan bersatu pula dalam kebangkitan Kristus, prinsip kita bersama
Andai kata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu.
Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus
Saudara-saudara, jika kami wartakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Sebab andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-prang yang meninggal dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam hidup ini, maka kita ini orang-orang yang paling malang dari semua manusia. Namun, ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
BAIT PENGANTAR INJIL – Luk. 6:23ab
S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Bersukacita dan bergembiralah, sabda Tuhan, sebab besarlah ganjaranmu di surga.
U: Alleluya.
Bacaan Injil
Sabda bahagia dengan pertentangan tajam yang kita temui pada Lukas, tak usah menggelisahkan kita. Tuhan mempersilahkan kita memilih antara “berkat dan kutuk” (Ul 11:26). Kebahagiaan manusia selalu dipersoalkan, maka “pilihlah hidup”(Ul 30:19). Tetapi dibandingkan dengan maklumat kerajaan itu, pengertian kebahagiaan insani salah arah. Jalan Tuhan memang bukan jalan kita (Yer 55:8). Si kaya, si kenyang, si pemikat, si pejabat, atau kami “bahagia duniawi” tidak berjalan pada arah yang betul. Sebaliknya kaum miskin, kamu lapar, kaum penderita, kaum tertindas boleh bergembira karena memiliki kerajaan dan akan menerima pahala besar di surga. Tuhan memang secara istimewa memperhatikan kaum pilihan-Nya.
Berbahagialahm hai kamu yang miskin. Tetapi celakalah kamu, hai orang kaya
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas
Pada waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Inilah Injil Tuhan kita!
Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Doa Umat
Saudara-saudara, Yesus memakai ukuran-Nya sendiri untuk menyebyt orang bahagia atau celaka. Marilah kita mohon kepada Allah Bapa kita supaya kita pun tidak menilai dan hidup menurut ukuran-ukuran duniawi, tetapi menurut ukuran Yesus, Tuhan kita.
Kehadiran Allah membahagiakan kita, kendati masih banyak hal yang harus kita benahi dalam Gereja dan kehidupan kita.
Bantulah kami ya Bapa, agar kami semakin menyadari dan mampu menciptkana suasana yang memudahkan kami mengenali kehadiran-Mu di tengah-tengah kami.
Marilah kita mohon, …
Ya Bapa, begitu banyak masalah di negara kami yang harus kami selesaikan bersama para pemimpin kami. Bantulah para pemimpin kami agar dapat bekerja sama mengembangkan masyarakat yang adil dan beradab.
Marilah kita mohon, …
Di antara kita tedapat banyak orang yang menangis karena beban penderitaan, entah karena bencana alam, rusaknya keadaban publik, dan egoisme di antara kita.
Bantulah kami ya Bapa, untuk menyampaikan penghiburan-Mu kepada mereka yang menangis karena beban penderitaan. Bantulah mereka untuk menyadari keagungan kasih-Mu yang sanggup mengatasi segala beban derita yang mereka tanggung.
Marilah kita mohon, …
Sering kali kita tertutup dan tidak peka akan berbagai persoalan kehidupan, namun hanya memikirkan kepentingan pribadi kita saja.
Bantulah kami ya Bapa, agar kami lebih peka terhadap berbagai macam persoalah di sekitar kami. Kuatkanlah dan teguhkanlah iman kepercayaan kami kepada-Mu sehingga dapat kami jadikan dasar untuk terlibat dalam usaha mengatasi persoalan di sekitar kami.
Marilah kita mohon, …
Bapa Yang Mahamurah, bantulah kami agar kami semakin peka dan tergerak menanggapi permintaan saudara-saudari kami yang mengalami kemiskinan, kelaparan, penderitaan, dan penganiayaan. Sebab Engkaulah Tuhan kami untuk selama-lamanya.
Amin
Doa Persiapan Persembahan
Ya Bapa,
terimalah persembahan roti dan anggur yang kami unjukkan sebagai tanda kesediaan kami untuk selalu mengandalkan diri kepada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
Doa sesudah Komuni
Marilah berdoa.
Allah Yang Mahabaik,
kami bersyukur atas Putra-Mu yang telah hadir di tengah-tengah kami untuk menyatakan kebaikan-Mu. Semoga Roh-Nya selalu menjiwai kami sehingga kami pun selalu berusaha untuk menciptakan kebaikan bersama sebagai cerminan dari kebahagiaan surgawi yang kami harapkan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
Amin