Ekaristi MINGGU BIASA XIV B, 8 JULI 2018
“Bukankah Ia anak tukang kayu, anak Maria?”
Status sosial seseorang kerap kali kita jadikan sebagai patokan untuk menilai dan menghargai seseorang. Kita beranggapan bahwa seseorang yang memiliki orang tua yang berkecukupan langsung kita ambil kesimpulan bahwa anaknya akan berhasil. Sedangkan seorang anak yang sederhana dan berpenampilan sederhana cenderung kita hindari atau malahan kita curigai dengan beranggapan bahwa anak ini tidak akan mungkin berhasil. Benarkah demikian?
Satu contoh berbicara lain. Seorang Imam sangat bahagia bahwa seorang anak misdinar berasal dari keluarga yang pas-pasan dan harus mencicil kredit setiap hari berhasil lulus dengan rata-rata 91,4. Dia bersekolah di negeri. Ketika teman-temannya sibuk les ini dan itu, dia malah setiap sore pergi ke gereja. Setiba di gereja dia biasanya mengambil kunci di pastoran, membuka membuka gereja, mempersiapkan altar bersama adiknya. Dan ketika perayaan Ekaristi berlangsung pun, mereka memperlihatkan penghayatan yang tepat ketika bertugas sebagai misdinar, atau lektor, atau dirigen.
Inilah fakta menyadarkan kita bahwa mereka (anak-anak dari keluarga yang sangat sederhana) memiliki potensi dan sikap yang sama dengan anak-anak lainnya yang menurut anggapan banyak orang memiliki masa depan yang terjamin.
Situasi demikian juga dialami oleh Yesus. Ketika Yesus kembali ke kampung halaman, orang-orang sekampung yang sebelumnya takjub dengan ajaran-Nya berubah menjadi menjadi kecewa dan menolak Dia. Kekecewaan dan penolakan ini muncul ketika mereka mengetahui bahwa Yesus ini adalah anak tukang kayu yang sehari-hari mereka kenal. Yesus inilah yang mengajarkan tentang Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dialah yang membuat kita menyadari akan makna hidup dan perutusannya di dunia. Selamat merayakan Ekaristi hari ini. Tuhan memberkati.
_____________________
Antifon Pembukaan – Mzm. 48:10-11
Kami mengenangkan kasih setia-Mu ya Allah,
dalam rumah-Mu yang kudus. Seperti nama-Mu memenuhi seluruh bumi,
demikian juga kemasyhuran-Mu, ya Allah; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Pengantar
Adanya perasaan kecewa dan patah hati, kehilangan semangat, merupakan hal yang wajar dialami ketika para nabi, bahkan Yesus pun mengalami hal yang sama. Namun, penolakan tidak dibalas Yesus dengan kemarahan, tetapi justru dengan sikap yang lemah lembut. Cinta akan perutusan menjadi pondasi dasar untuk mengatasi penolakan yang dialami. Kita diteguhkan melalui Ekaristi ini agar menghayati kelembutan hati dalam menghadapi penolakan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Tobat
Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Nabi Agung, Utusan Allah, yang dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asal-Mu sendoro.
Tuhan, kasihanilah kami.
Engkaulah utusan Allah, yang disertai Roh Allah dan mewartakan Kabar Gembira kepada kaum papa miskin.
Kristus, kasihanilah kami.
Engkaulah utusan Allah, yang dengan kata dan karya mau mengembalikan umat yang tidak setia kepada Bapa di surga.
Tuhan, kasihanilah kami.
Doa Pembukaan
Marilah kita berdoa:
Allah Bapa yang penuh kasih,
Engkau telah mengutus putra-Mu untuk menyapa dan mengajar kami.
Kami mohon bukalah hati kami untuk mengenal, mengagumi dan menerima-Nya. Berilah kami keberanian untuk menjadi saksi-Nya di lingkungan hidup kami. Sebab, Dialah Tuhan dan Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.
Bacaan Pertama – Yehezkiel 2:2-5
Kabar sukacita keselamatan harus terus menerus diwartakan, entah didengarkan entah tidak. Meskipun ada penolakan, tetapi sikap seorang nabi yang menjadi pewarta harus dilanjutkan. Meskipun terasa sia-sia, tetapi kegigihan itu akan membuahkan hasil sebab Firman Tuhan bekerja dengan lembut menyapa setiap orang yang mendengarnya.
“Mereka adalah kaum pemberontak! Tetapi mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.
Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:
Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku, dan aku ditegakkannya. Maka, aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku. Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga. Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak — sebab mereka adalah kaum pemberontak — mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Reff. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Kepada-Mu aku melayangkan mataku, Engkau yang bersemayam di surga, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya.
Seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demkianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihi kita.
Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; sudah cukup kenyang jiwa kami dengan olok-olok orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.
Bacaan Kedua – 2Kor. 12:7-10
Kelemahan sering kali membuat orang terpuruk. Tetapi ini tidak berlaku bagi Paulus. Paulus bersaksi “jika aku lemah, maka aku kuta”. Penganiayaan yang dialami Paulus karena mewartakan Kristus menjadikan Paulus semakin kuat dan berakar pada Kristus. Penderitaan yang dialami Paulus menjadi daya dorong untuk terus mewartakan Kristus kepada setiap orang.
“Aku lebih suka bermegah atas kelemahanku agar kuasa Kristus turun menaungi aku”.
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudar, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengeocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil
S:Alleluya. U: Alleluya.
Roh Tuhan ada pada-Ku Ia mengutus Aku menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin.
Alleluya.
Bacaan Injil – Mrk 6:1-6
Sanak saudara dan orang-orang sekota tidak mau menerima Yesus. Kesulitan yang mereka hadapi adalah bagaimana mungkin seorang yang mereka tahu latar belakangnya memiliki wibawa Ilahi? Yesus tidak patah semangat karena penolakan-penolakan itu. Bahkan Ia sudah melihat bahwa itu akan menjadi nasib hidup-Nya. Yesus tidak marah, tetapi justru Ia tetap lemah lembut dan rendah hati. Kelemahlembutan dan kerendahan hati adalah kunci utama untuk mengenali rencana Allah.
“Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri”
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Sekali peristiwa Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedangkan murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Doa Umat
Tuhan Yesus mengajari kita untuk tetap setia dan teguh mewartakan karya keselamatan Allah meski mengalami berbagai macam tantangan dan kesulitan. Marilah kita panjatkan doa kepada Allah Bapa agar kita mampu siap sedia dalam mengikuti Sabda-sabda-Nya.
Bagi Sri Paus, para uskup dan para Imam
Ya Bapa, semoga Sabda kenabian para pemimpin Gereja didengarkan dan diperhatikan oleh semua orang yang berkehendak baik. Marilah kita mohon….
Bagi para orang tua dan para pendidik.
Ya Bapa, dampingilah para orang tua dan para pendidik dalam melaksanakan tugas mereka, agar dapat membimbing kaum muda menuju kedewasaan yang penuh sesuai dengan kehendak-Mu. Marilah kita mohon,..
Bagi para penganggur
Ya Bapa, berilah pekerjaan yang layak kepada para penganggur, dan juga berilah mereka semangat bekerja penuh kesetiaan serta ketekunan. Marilah kita mohon, …
Bagi kita bersama.
Ya Bapa, semoga kami tetap setia dalam mewartakan karya keselamatan-Mu meski mengalami berbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup kami. Marilah kita mohon,…
Bapa Yang Mahabaik, dengarkanlah doa-doa kami dan bantulah kami dalam kelemahan kami. Perkenankanlah kami lebih menghayati keutamaan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin
Doa Persembahan
Ya Allah,
berkenanlah menerima perembahan yang kami hunjukkan kepada-Mu
sebagai ungkapan kesediaan kami untuk menerima dan mengimani Putra-Mu.
Semoga dengan demikian kami pun mengalami karya penyelamatan-Nya.
Sebab, Dialah Tuhan dan Pengantara kami.
Amin
Antifon Komuni – Mzm. 34:9
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berharap pada-Nya!
Doa sesudah Komuni
Marilah berdoa:
Ya Allah,
kami bersyukur karena Putra-Mu telah menjadi kekuatan bagi kami, umat-Mu yang lemah ini.
Semoga dengan menerima kehadiran-Nya, kami tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang penuh cinta kasih
dalam membangun dunia sambil mengharapkan datang-Nya dunia baru yang Kaujanjikan.
Dengan pengaraan Kristus, Tuhan kami.
Amin
Menghayati Ekaristi dalam hidup
Seorang nabi adalah seorang yang ikut serta menghayati kehidupan umatnya secara mendalam. Ia ambil bagian dalam pemikiran dan keprihatinan mereka. Tetapi ia juga berhubungan mesra dengan Tuhan. Sebab ia menyoroti kejadian-kejadian dari fihak Tuhan. Tentu saja hal itu menimbulkan ketegangan-ketegangan di dalam hidupnya. Yesus, Sang Nabi Angung, mengenal benar ketegangan-ketegangan itu, sebab Ia sungguh manusia. Maka tak mudah melihat kelebihan-Nya dari seorang manusia biasa. Dapat dikatakan kemanusiaan-Nya diabdikan kepada ke-Allahan-Nya. Bukankah Gereja demikian pula? Kesalahan-kesalahannya, kerut kisut dan noda pada wajah manusiawinya menyuramkan sinar kenabiannya. Namun melalui Gereja Tuhan bersabda kepada kita.