FOKUS PADA RENCANA ALLAH (Renungan SENIN, 9 JANUARI 2017: PESTA PEMBAPTISAN TUHAN)

FOKUS PADA RENCANA ALLAH
Pesta Pembaptisan Tuhan (9 Januari 2017)
Yes 42:1-4,6-7; Kis 10:34-38;
Mat 3:13-17

HARI INI kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Pembaptisan Yesus menandai permulaan karya Yesus. Dengan baptisan-Nya, Yesus mulai berkarya mewartakan Kerajaan Allah. Yang menarik dari peristiwa pembaptisan Yesus ini adalah penampilan Yesus yang sederhana dan rendah hati. Berbeda dengan tokoh-tokoh politik yang selalu ingin tampil hebat, pandai, kritis, orator, ingin dipuja-puji, dan seterusnya.

Dimanakah kerendahan hati Yesus? Injil menampilkan dialog kecil antara Yesus dengan Yohanes Pembaptis. Ketika Yesus datang untuk minta dibaptis, semula Yohanes tidak mau membaptis, sebab ia tahu, Yesus lebih besar daripadanya. Ada masalah besar dalam hidup jemaat yang melatarbelakangi teks itu. Baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, untuk menerima pengampunan dosa. Mengapa Yesus yang tidak punya dosa sama sekali, juga minta dibaptis? Itulah masalahnya. Pada masa itu ada rasa tidak enak dalam hubungan jemaat Yohanes Pembaptis dan jemaat Yesus. Jemaat Yohanes merasa lebih tinggi daripada jemaat Yesus. Karena Yesus dibaptis Yohanes, berarti Yohanes lebih besar dari Yesus. Dialog antara Yesus dan Yohanes dijawab oleh Matius dengan kata-kata Yesus: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah (Mat 3:15).

Dua hal tampil di situ: pertama, Yesus mau dibaptis Yohanes karena memang demikianlah kehendak Allah. Baik Yesus maupun Yohanes Pembaptis sama-sama berorientasi pada terlaksananya kehendak Allah, juga kalau itu berarti suatu perendahan bagi Yesus. Bukankah di situ Yesus rela dianggap sebagai pendosa? Mengapa? Karena kalau orang ikut baptisan Yohanes, berarti ia mempunyai dosa yang harus diakui dan mohon pengampunan dari Allah. Ternyata sudah sejak awal penampilan-Nya, Yesus rela dihitung sebagai pendosa. Bukankah Dia juga ditampilkan berkali-kali makan di antara orang berdosa? Bukankah kematian-Nya di salib juga kematian menurut cara orang berdosa berat?

Kedua, peristiwa pembaptisan Yesus, ternyata bagi Allah justru menjadi pewahyuan akan identitas dan tugas perutusan Yesus. Yesus adalah anak Allah sendiri. Suara dari surga berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi; kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17). Peristiwa tersebut menjawab hal yang telah dinubuatkan oleh Yesaya dalam bacaan pertama, “Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan” (Yes 42:1). Demikianlah, kini dengan baptisan, Yesus dilantik dan dinyatakan sebagai Hamba Tuhan yang adalah Anak Allah sendiri. Dalam peristiwa pembaptisan ini, kita dapat merenungkan bahwa hendaklah kita memiliki orientasi hidup untuk hanya ingin dan mau melaksanakan kehendak Allah saja. Biarlah kehendak dan rencana Allah terjadi, juga kalau itu pahit dan pengorbanan bagi kita. Pengorbanan bisa melibatkan nama baik, harta, waktu, karier, kesempatan studi, jabatan, kuasa, dll. Kalau seorang Katolik dihambat kariernya di kantor, dalam bidang sosial dan politik hanya karena ia Katolik, nah saat itulah ia ditantang. Kesediaan diri untuk kehilangan kesempatan, karier, dan jabatan demi kesetiaan pada iman merupakan sikap yang sejalan dengan misteri iman hari ini. Kalau seorang mahasiswa hidup jujur, tidak nyontek saat ujian, meskipun banyak teman nyontek, dia sudah hidup sesuai kehendak Allah. Juga seandainya nilai temannya yang nyontek lebih tinggi dan nilainya kurang baik. Kita rela mengorbankan nama, harga diri, kesenangan pribadi, kalau itu memang menghambat terlaksananya rencana dan kehendak Allah. Apabila kita bisa melayani Tuhan dan sesama dengan lebih baik, maka laksanakan itu apa konsekuensinya.

Hal lain adalah bahwa rencana dan kehendak Tuhan bukan hanya diketahui melalui doa, meditasi, dan membaca Kitab Suci saja, tetapi melalui dialog bersama. Ketika Yohanes tidak sependapat dengan maksud Yesus yang ingin dibaptis, mereka berdialog. Dialog itu memang singkat, tetapi berarti. Marilah kita mohon kepada Allah agar kita selalu mementingkan rencana dan kehendak Allah daripada rencana dan keinginanan diri sendiri. Kita juga mohon agar kita menyadari bahwa ada begitu banyak cara bagi Allah dalam menyampaikan rencana dan kehendak-Nya.

Oleh karena itu, marilahnkita di mana pun berada selalu mencari dan menemukan rencana dan kehendak Allah, serta siap unntuk melaksanakannya, apa risikonya. Bila kita berserah dan mengandalkan kekuatan Tuhan, segala risiko dan rintangan, betapa pun berat akan mampu kita atas. Sebab Tuhanlah sumber kekuatan dan pertolongan kita. (sw)

Liturgi Hari ini: SENIN, 9 JANUARI 2017: PESTA PEMBAPTISAN TUHAN ….klik disini!!

Tinggalkan Balasan