GEREJA HARUS TIDAK MENINDAS (Renungan Hari Minggu Paskah III, 10 April 2016)
GEREJA HARUS TIDAK MENINDAS
Hari Minggu Paskah III (10 April 2016)
Kis 5:27b-32; Why 5:11-14;
Yoh 21:1-19
BACAAN INJIL Yohanes hari ini, membawa kita pada permenungan bahwa Yesus yang bangkit, sebagai Anak Domba yang dikurbankan, tetap menjalankan kuasa di dalam Gereja-Nya yang melanjutkan karya-Nya mengumpulkan orang untuk dibawa ke dalam perjamuan surgawi. Situasi mengumpulkan orang untuk dibawa ke perjamuan surgawi digambarkan sebagai kegiatan menjala ikan di danau. Hal itu menggambarkan kenyataan bahwa mengumpulkan orang untuk dibawa ke dalam hidup, yang bagaikan perjamuan surgawi harus dilalui melalui kenyataan hidup di dunia yang bagaikan danau. Danau, laut, dan air merupakan simbol yang menggambarkan kenyataan hidup manusia di dunia, yang rapuh pijakannya. Air di satu pihak merupakan simbol kehidupan, juga mengisyaratkan bahwa kehidupan yang diarungi ditandai ketidakpastian, mudah tergerak oleh berbagai arus, yang membawa manusia kepada ketidakjelasan. Mencari dan mengumpulkan manusia untuk dibawa ke perjamuan surgawi bagaikan mencari dalam kegelapan, yang disimbolkan para rasul mencari ikan pada malam hari.
Lebih lanjut renungan Yohanes mengajak Gereja bahwa dalam menjalankan tugas mengumpulkan orang tidaklah cukup mengandalkan segala macam keahlian dan keterampilan, seperti yang dialami oleh Santo Petrus dan para rasul lainnya. Betapa mereka ahli dalam bidang mencari dan menjala ikan, terampil dan berpengalaman dalam mencari ikan, namun mereka tidak berhasil. Yohanes mengajak kita untuk menyadari bahwa keberhasilan dalam menjalankan misi tergantung Gereja sejauh peka dan mampu mendengarkan suara Tuhan. Suara dan sabda Tuhanlah yang merupakan pengarah dan sumber kesuburan karya Gereja yang mengumpulkan dan menyatukan manusia. Untuk Gereja, suara Tuhan dapat kita dengarkan lewat membaca sabda di dalam Kitab Suci. Kitab Sucilah yang merupakan pegangan, pengarah dan pangkal keberhasilan karya, misi Gereja.
Tuhan Yesus bersabda; “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh” (Yoh 21:6). Sabda itu mengingatkan sabda Tuhan dalam penghakiman terakhir seperti yang ditulis oleh Matius: “Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya (Mat 25:33). Yang di sebelah kanan adalah mereka yang digambarkan sebagai berikut, “Mari hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku,” (Mat 25:34-36). Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku (Mat 25:40).
Menebarkan jala di sebelah kanan perahu, berarti mengumpulkan orang-orang yang punya hati dan mau berbuat bagi mereka yang miskin, lemah dan hina atau tak diperhitungkan. Orang seperti itulah yang akan ikut serta mengadakan perjamuan Tuhan. Karena perjamuan Tuhan adalah perjamuan orang yang mau menyerahkan nyawa untuk sesama, secara istimewa kepada yang miskin, lemah dan tak terperhatikan.
Maka karya Gereja, menurut renungan Yohanes, harus bercirikan menggerakkan orang untuk memiliki hati kepada orang miskin, berbuat bagi yang miskin seperti diharapkan oleh Paus Yohanes XXIII, yaitu Gereja adalah hamba kaum miskin. Gereja yang melanjutkan karya Yesus, seperti yang dipahami oleh Gereja Perdana, adalah Gereja yang mengadakan perjamuan bagi mereka yang miskin. Itu berarti Gereja mampu memberi daya hidup kepada yang lemah dan miskin. Maka tidak mengherankan, kalau dalam karya misinya Gereja, seperti para rasul berhadapan dengan kekuatan dan kuasa yang memperlemah dan memiskinkan bahkan membunuh manusia. Lembaga Gereja harus menjadi lembaga yang tidak menindas, meninggikan orang hina dan menurunkan mereka yang congkak. Kalau demikian, Gereja akan menjadi kabar gembira bagi umat manusia.