Hari Orang Muda Katolik Keuskupan Padang, Siberut, Kep. Mentawai 2-8 juli 2016
Bersekutu dengan Kristus dalam Sukacita Pelayanan
(Hari Orang Muda Katolik Keuskupan Padang, Siberut, Kep. Mentawai 2-8 juli 2016)
Sebelum menginjakkan kaki ke Kepulauan Mentawai, bayangan menakutkan tentang pulau itu menghantui Nova Sri Yolanda Sinaga, 27 tahun. Cerita mengenai adat dan budaya masyarakatnya yang mengerikan dan primitif serta ganasnya cuaca yang harus dihadapi selalu muncul di dalam pemikiran bendahara Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki Santo Yohanes Pembabtis Perawang ini. Semua pemikiran itu berubah, ketika pertama kali dirinya menginjakkan kaki dan mengikuti “Live In” di tengah masyarakat Suku Mentawai. Live in ini termasuk dalam rangkaian Perayaan Hari Orang Muda Katolik (Diocese Youth Day-DYD) Keuskupan Padang di Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, 2-8 Juli 2016 yang diikuti oleh 563 orang OMK dari 21 paroki se-Keuskupan Padang. DYD 2016 mengambil tema Bersekutu dengan Kristus dalam Sukacita Pelayanan.
Nova mengatakan bahwa keramahan dan sambutan hangat dari umat di Siberut Selatan di tengah keterbatasan mereka, membuat dirinya tersentuh hingga merubah pola pikirnya. “Live in, pemberian materi, dan semua kegiatan DYD telah merubah pola pikir saya. apa yang didapat di Siberut membuat saya ingin lebih tulus melayani terutama bagi orang muda di stasi-stasi yang ada di paroki asal saya,” ungkap gadis yang kini bekerja sebagai guru mata pelajaran bahasa Inggris di SMP Marsudirini Perawang ini.
Hal yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Datmalem Febrialdi Ginting, 26 Tahun. Pendamping OMK Paroki Santo Yoseph Sipora ini mengungkapkan bahwa bergabungnya orang muda yang ia dampingi dengan OMK dari berbagai paroki membuat cara pandang mereka berubah. “OMK Sipora jadi bisa menilai bahwa kami belum ada apa-apanya dengan yang ada di luar sana. Seperti dalam hal bergaul, biasanya kami hanya bergaul dengan teman sekampung saja, tetapi kini kami bisa belajar bagaimana OMK lain begitu mudah membaur walau berbeda paroki dan latar belakang. Begitu juga hal paduan suara, kami jadi lebih tahu dan bisa mencontoh cara bernyanyi teman-teman paroki lain yang datang pada DYD kali ini,” kata Febri. Pria yang sedang menjalani pendidikan di STP Santo Bonaventura Medan ini juga merasa tersentuh dengan cara hidup masyarakat Mentawai di Siberut karena mau menerima peserta DYD dengan penuh sukacita dan menganggap peserta sebagai keluarga mereka walau baru dikenal. Febri pun mengajak seluruh peserta DYD untuk menghidupi nilai-nilai tersebut di tempat masing-masing, menerima sesama dengan tulus ikhlas dengan segala keterbatasan yang dimiliki.
Perayaan hari orang muda katolik Keuskupan Padang, dihadiri oleh 563 peserta dari 21 paroki (kecuali paroki Padang Panjang, Bukit Tinggi, Payakumbuh serta Sungai Penuh), diawali dengan live in selama 3 hari di 4 stasi, yaitu Stasi Muntei, Stasi Pasakiat, Stasi Puro, dan di pusat Paroki Muara Siberut Selatan. Setelah mengikuti live in, pada Selasa 5/7 pagi, semua peserta berkumpul di Lapangan Sekolah Yos Sudarso Siberut Selatan untuk mengikuti pembukaan DYD 2016 secara resmi oleh Uskup Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap. bersama Bupati Kep. Mentawai, Yudas Sabaggalet SE. MM. Dalam sambutan pembukaannya, Bapa Uskup menyampaikan harapannya agar OMK secara pribadi terus berusaha untuk maju dalam segala kebaikan. “Karena pribadi-pribadi bermutulah yang akan membentuk kumpulan OMK yang jauh lebih baik. Belajar dan bercita-citalah kepada yang tinggi dan benar sehingga bisa berguna bagi orang lain” undang Bapa Uskup kepada peserta DYD.
Sedangkan Bupati Kep. Mentawai, Yudas Sabaggalet lebih menekankan agar OMK bisa menghilangkan jarak antara mereka yang kini terlihat masih terkotak-kotak. Ia juga mengajak peserta untuk tidak saja bergerak di seputar altar saja, namun juga bertindak nyata di lingkungan sekitar kita demi perubahan bangsa. “Lebih baik bertindak kecil dari pada berbicara besar tanpa tindakan. OMK tidak hanya disiapkan untuk lingkungan sendiri, tetapi harus siap untuk menghadapi masyarakat yang lebih luas,”tutupnya.
Pada homili perayaan Ekaristi pembukaan, Bapa Uskup kembali mengajak peserta untuk memberi diri kepada Tuhan dan sesama, melayani walau seperti apapun kehidupan kita. “Keindahan dan kesempurnaan diri kita yang lemah ini, adalah untuk menjadi pelayan kehidupan dan kemanusiaan di dalam Gereja dan di tengah masyarakat. Dengan pelayanan yang tulus, kita akan lebih rajin bekerja dan berkarya untuk kepentingan orang banyak.”katanya. Sesi pertama pertemuan dihantarkan oleh Uskup Mgr. Martinus D. Situmorang OFMCap. yang memulai dengan melihat siapa Yesus bagi OMK. Sebagaimana Yesus melayani orang lemah dan berdosa, demikian juga hendaknya OMK melayani orang lain.
Turut menjadi pembicara pada pertemuan orang muda Keuskupan Padang kali ini adalah para pastor, suster, dan katekis yang berbicara mengenai pengalaman dan karya pelayanan mereka selama di Kep. Mentawai. Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Padang, P. Riduan Fransiskus Naibaho Pr. yang mengantarkan materi OMK ditengah Gereja, dialog tentang pelayanan yang menggembirakan dan materi tentang pemeliharaan alam (ekologi). Bupati Yudas Sabaggalet yang memaparkan mengenai pelayanan di tengah masyarakat. Antropolog Mentawai dan Research Fellow di Earth Observatory of Singapore – Nanyang Technological University, Dr. Juniator Tulius, S.Sos, M.A. yang membicarakan nilai manusia dan pelayanan dalam budaya Mentawai. Sedangkan psikologi orang muda dalam menata masa depan Gereja dihantarkan oleh P. Aloysius Suyoto SCJ.
Juga diadakan lomba paduan suara antar paroki yang dimenangkan oleh OMK Paroki Santa Teresia Kanak-kanak Yesus Katedral sebagai juara pertama, dan OMK Paroki Santo Paulus Pekanbaru dan OMK Santa Teresia Air Molek sebagai juara kedua dan ketiga. Pada malam terakhir ditampilkan pentas seni dari masing-masing paroki seperti tarian daerah, tarian colosal, drama musikal, musikalisasi puisi, tarian modern, vokal group, dan teatrikal. Pentas seni ini disaksikan juga oleh orang tua “angkat” peserta dalam live in, serta seluruh umat di Siberut Selatan.
Pada homili perayaan Ekaristi penutupan, P. Riduan mengatakan sering kali OMK lebih memilih untuk lari dari tanggung jawab, bahkan dalam hal kecil. “OMK yang hadir harus mampu memaknai hari-hari selama di Siberut sebagai peristiwa penting dalam hidup yang penuh rahmat. Bukalah pintu hatimu, biarkan Allah hadir di dalam hatimu, membentuk dan membimbingmu. Janganlah kita mengandalkan kemampuan sendiri.”ungkapnya. Imam diosesan Keuskupan Padang ini juga mengajak pembina dan pendamping serta para pastor yang hadir, untuk “merendahkan diri”, melalui kata-kata, sikap dan perbuatan. Demikianlah OMK akan mampu melukiskan masa kini dan depan Gereja dan bangsa yang indah. Masura Bagata. (Sil)
Foto lebih lengkap klik disini…!!!