Hidup Bakti: Tanda Kehadiran Kristus (Tahun Diakonia)
Hidup Bakti: Tanda Kehadiran Kristus
Paus Fransiskus telah menetapkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Perayaan pembukaan Tahun Hidup Bakti telah diadakan pada hari Minggu Adven, 30 November 2014 dan akan berakhir pada Hari Hidup Bakti, tanggal 2 Februari 2016, yakni pada pesta Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah. Penetapan Tahun Hidup Bakti ini dimaksudkan oleh Paus agar Gereja semakin menyadari secara mendalam panggilan untuk hidup bakti dan peranannya di tengah dunia. Dalam pesannya, Paus menekankan bahwa kaum hidup bakti hendaknya menjadi saksi-saksi dari hidup bersama, sukacita dan Injil, dan keberlanjutan pergi ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Kabar Gembira. Lebih lanjut Paus Fransiskus mengatakan: “Saya mengandalkan Anda untuk membangun dunia, karena tanda khas dari hidup bakti adalah bersaksi,…ini merupakan hal prioritas yang dibutuhkan sekarang.”
Kita bersyukur, dalam pelaksanaan Tahun Diakonia untuk keuskupan kita, atas kehadiran dan pengabdian mereka yang memberikan makna bagi pelayanan Gereja dahulu, sekarang dan yang akan datang.
Hidup Bakti
Sudah sejak Gereja awal terdapat pria dan wanita yang karena taat kepada panggilan Bapa dan dorongan Roh Kudus, berani mengikuti Kritus dalam kemurnian, kemiskinan dan ketaatan untuk mengabdikan diri kepada Allah. Mereka membaktikan diri untuk perkara Kerajaan Allah, meninggalkan segala-galanya serta mengikuti secara dekat bentuk hidup Yesus Kristus. Dengan cara hidup yang khusus, para pemeluk hidup bakti turut-serta menjadikan misteri Allah tetap bersinar dan misi Gereja terlaksana dengan cara yang khas. Itulah makna hidup mereka demi pelayanan umat dan pembaharuan masyarakat.
Dunia masa kini menantikan bisa melihat dalam kaum hidup bakti refleksi konkrit dari tindakan Yesus, dari kasih-Nya, buat setiap orang tanpa membedakan atau menimbang-nimbang. Kerinduan dari dunia masa kini ialah ingin mengalami pertemuan otentik dengan Gereja yang mengandalkan serah diri terus-menerus sebagaimana yang telah dihidupi oleh Rasul Paulus: “Hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal 2:20). Selain itu, dunia masa kini membutuhkan teman yang melayani dengan tulus, mendukung dan menguatkan mereka yang menuju kesucian dan yang memerlukan sebagai perpanjangan dari kehadiran Kristus yang bangkit seperti ketika Dia menemani para murid berjalan ke Emmaus. Dengan cara demikian dunia menyadari bahwa melalui kaum hidup bakti, Allah mampu memenuhi hati setiap orang yang kehausan dan kelaparan sehingga meluapkan kebahagiaan. Pemberian diri mereka dalam pelayanan bagi Gereja, bagi keluarga-keluarga dan orang-orang muda, bagi orang-orang tua dan orang-orang miskin, telah menghadirkan Kristus yang menghantar kepada kepenuhan hidup yang tidak berkesudahan.
Mereka itu (kaum hidup bakti) adalah para rahib dan rubiah, kontemplatif, religius yang dibaktikan untuk karya kerasulan, anggota Institut Sekular dan Serikat Hidup Apostolik, eremit dan perawan-perawan yang dikuduskan, yang hidupnya merupakan tanda kehadiran kasih Kristus di tengah umat manusia, dengan berjalan pada jalan yang diusulkan oleh Injil dan dengan gembira mendalam mereka menyerahkan diri pada corak hidup yang sama yang telah dipilih oleh Kristus. Mereka meneladani Kristus yang murni, miskin dan taat yang seutuhnya dibaktikan pada keluhuran Allah dan kasih pada saudara-saudaranya (Vita Consecrata, 85)
Hidup Rohani
Hidup bakti ditandai oleh kehidupan rohani yang subur dan dijiwai oleh Roh Allah yang berkarya di kedalaman hati serta memancar dalam cara hidup yang khas sesuai dengan karisma pendiri masing-masing. Hidup bakti, atau hidup yang dibaktikan kepada Allah, berasal dari hidup rohani yang matang. Kehidupan rohani yang matang ditandai dengan kesadaran akan kebaikan Allah yang telah mengangkat kita menjadi putera-puteri dan memberi kita keberanian untuk menyebut “Abba-Bapa”(Rom 8:15). Roh itulah pula yang meresapkan kasih dan memberi kelahiran pada persekutuan. Roh itu pula yang menuntun umat beriman untuk berjalan bersama Bapa dalam kesatuan dengan Kristus. Hidup di dalam Kristus berarti hidup di dalam kesucian dan kesederhanaan, di dalam persaudaraan dan pelayanan terhadap tiap orang.
Hidup di dalam bimbingan Roh akan mendekatkan diri dan bersatu dengan Kristus. Kematangan hidup rohani terpancar pada persekutuan yang akrab dengan perutusan Kristus. Persekutuan dengan Kristus telah menghantar kepada sikap penyerahan diri dengan meninggalkan keluarga dan terkadang negeri, mengikuti Dia tanpa syarat, memberikan diri siap untuk memaklumkan Kerajaan Allah dan melakukan kebaikan buat semua orang.
Ketaatan, kemiskinan dan kemurnian sebagai cara hidup kaum hidup bakti merupakan pancaran hidup rohani yang matang. Di dalam kerapuhan hidup mereka dikuatkan oleh Kristus dalam rahmat khusus untuk menyatu dengan Kristus dengan mengenakan budi-Nya dan cara hidup-Nya. Hidup dalam nasehat injil merupakan hidup dalam Kristus sendiri dan mengandalkan rahmat-Nya.
Bagaimanakah kaum hidup bakti membina dan menjaga kehidupan rohani? Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa pertemuan dengan Kristus inti dari kehidupan rohani. Pertemuan dengan Kristus dibina dan dijaga melalui permenungan Sabda Allah, doa dan kontemplatif, Ekaristi sebagai tempat khusus berjumpa dengan Tuhan, sakramen-sakramen lainnya, askese, persaudaraan, serta kegiatan khas sesuai dengan kharisma yang melekat cdengan lembaga hidup bakti tersebut.
Saksi-Saksi Kasih
Hidup bakti merupakan bukti hadirnya kasih Kristus di tengah umat manusia: “sumbangan khas kaum hidup bakti dalam pewartaan Injil terutama kesaksian hidup seutuhnya diserahkan kepada Allah dan kepada sesama mereka, mengikuti Juru selamat yang karena cinta kasih terhadap umat manusia, menjadikan Diri hamba” (Vita consecrate, 76). Demikianlah dalam kesatuan dengan Kristus, kaum hidup baktidipanggil dan ditakdiskan untuk melanjutkan perutusan-Nya dalam dunia: Terbuka buat kebutuhan dunia sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, mereka menuju masa depan dengan harapan akan kebangkitan, siap sedia mengikuti teladan Kristus yang datang di antara kita agar “mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”(Yoh 10:10).
Memang hidup bakti sendiri, dituntun oleh kegiatan Roh Kudus, merupakan perutusan. Perutusan ini tidak hanya tampak dalam kegiatan. Kaum hidup bakti tidak membatasi diri memberikan sebagian waktunya saja melainkan seutuhnya dalam ikut serta pada perutusan Gereja. Makin kaum hidup bakti membiarkan diri dibentuk oleh Kristus, maka Kristus makin hadir dan aktif dalam sejarah manusia. Bahkan apa yang mereka perbuat karena Kristus mereka perbuat untuk Kristus yang mengidentifikasikan diri-Nya dengan manusia-manusia yang miskin dan terpinggirkan. Matius 25:35-36 mengingatkan kita akan hal ini: “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”.
Kesadaran oleh dan untuk Kristus ini telah menjadikan kaum hidup bakti dalam sejarah pelayan martabat manusia dalam masyarakat. Kaum hidup bakti, dalam keanekaragama karismanya, menjadi tanda kehadiran Kristus dan Gereja-Nya dengan melayani mereka yang putusasa akibat tiadanya makna dalam hidup mereka, akibat kecanduan narkoba, akibat rasa takut akan ditinggalkan dalam keadaan lanjut usia atau banyaknya penyakit, akibat marginalisasi atau diskriminasi sosial, dan lain-lain.
Keanekaragaman penderitaan dan kebutuhan manusia semakin menguatkan kehadiran lembaga-lembaga hidup bakti dalam dinamika dan kreativitas karitas, pengampunan dan rekonsiliasi, untuk membaharui dan menyampaikan kemungkinan-kemungkinan untuk hidup dunia dan pribadi yang lebih baik. Dengan semangat kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, lepas dari kepentingan pribadi, mereka telah melaksanakan perutusan Kristus dan Gereja di tengah dunia. Demikianlah mereka dalam kekhasan masing-masing telah menampilkan cintakasih Allah dalam persekutuan dengan Kristus telah melayani dunia. ***