HIDUP DALAM KOMUNITAS YANG DAMAI (Mekar Januari 2016: Majalah Anak Keuskupan Padang)
IKUT PERTEMUAN RAYON/KBG
Mekar, Cha-Cha, Piyung dan Gemil rajin ikut pertemuan rayon/KBG (Komunitas Basis Gerejani). Suatu hari ketika pulang dari rayon mereka berdiskusi di ruang tamu.
Mekar : Teman-teman, mengapa kamu senang ikut pertemuan rayon?
Piyung : Mulanya aku ikut karena tugas dari sekolah, tetapi sekarang bukan karena tugas, tetapi karena jumpa banyak teman.
Cha-Cha : Aku sih senang menambah pengetahuan tentang Sabda Tuhan…
Gemil : Di rayon/KBG kita dapat saling mengenal dan meningkatkan persaudaraan.
Mekar : Ya benar, di rayon/KBG kita diajak belajar dari kehidupan Jemaat Perdana/para murid yang berada di sekitar Yesus. Mereka hidup dan belajar banyak hal baik dari Yesus, terutama hidup sebagai anggota suatu komunitas. “Mereka hidup sehati dan sejiwa” (Kisah Para Rasul 4: 32-37).
Piyung : Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan hidup dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk berdoa dan memecahkan roti/merayakan Ekaristi” (Kisah Para Rasul 2:42-47). Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, ada yang menjual harta dan membagi pada yang membutuhkan, mereka disukai banyak orang, makan bersama dengan tulus hati, Tuhan memberkati dan menambah jumlah mereka.
Cha-Cha : Ha..ha… Piyung ternyata lebih hafal apa yang disampaikan Suster Beata. Semoga dengan ikut kegiatan rayon/KBG, umat semakin beriman pada Yesus dan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya…
SANTO ANTONIUS DARI MESIR
Santo Antonius dilahirkan tahun 251 di sebuah dusun kecil di Mesir. Ketika usianya duapuluh tahun, kedua orangtuanya meninggal dunia. Mereka mewariskan kepadanya harta warisan yang besar dan menghendaki agar ia bertanggung jawab atas hidup adik perempuannya. Antonius merasakan belas kasihan Tuhan yang berlimpah atasnya dan datang kepada Tuhan dalam doa. Semakin lama semakin peka ia akan penyelenggaraan Tuhan dalam hidupnya.
Sekitar enam bulan kemudian, ia mendengar kutipan Sabda Yesus dari Kitab Suci: “Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga” (Markus 10:21). Antonius menerima sabda tersebut sebagai sapaan pribadi Tuhan dan jawaban-Nya atas doanya mohon bimbingan Tuhan. Ia menjual sebagian besar harta miliknya, menyisakan sedikit saja cukup untuk menunjang hidup adiknya dan dirinya. Ia juga membagi-bagikan uangnya kepada mereka yang membutuhkan.
Adik Antonius bergabung dengan kelompok perempuan yang hidup dalam doa dan kontemplasi. Antonius memutuskan untuk hidup sebagai seorang pertapa. Ia mohon pada seorang pertapa senior untuk memberinya pelajaran hidup rohani. Antonius mengunjungi para pertapa lain agar ia dapat belajar kebajikan-kebajikan paling utama dalam diri setiap pertapa. Ia memulai hidupnya sendiri dalam doa dan tobat, hanya dengan Tuhan saja.
Ketika Antonius berusia lima puluh lima tahun, ia mendirikan sebuah biara guna menolong sesama. Banyak orang mendengar tentangnya dan mohon saran serta nasehatnya. Antonius akan memberi mereka nasehat-nasehat praktis, seperti “Setan takut pada kita ketika kita berdoa dan bermatiraga. Setan takut ketika kita rendah hati dan lemah lembut. Terutama, setan takut ketika kita sangat mencintai Yesus. Setan lari terbirit-birit ketika kita membuat Tanda Salib.”
St. Antonius mengunjungi St. Paulus Pertapa. Ia merasa diperkaya dengan teladan hidup St. Paulus yang kudus. Antonius wafat setelah melewatkan hidup yang panjang dalam doa. Usianya mencapai seratus lima tahun. St. Atanasius menuliskan riwayat hidup St. Antonius dari Mesir yang sangat terkenal.
Adik-adik yang manis, hidup St. Antonius merupakan hidup dengan pengabdian total kepada Tuhan. Bersediakah kamu mengabdikan hidupmu kepada Tuhan dan rela mempersembahkan hidup sepenuhnya seperti yang telah dilakukan Yesus? Persembahkanlah perilakumu yang terbaik setiap saat kepada Tuhan dan sesama.
CEPAT SEMBUH, RAT!
Christin hari ini mengunjungi Ratna temannya yang sedang dirawat di rumahsakit. Sudah tiga hari dia dirawat. Christin membawa makanan kesukaan Ratna dan beberapa buku. Ia hafal betul buku yang disukai Ratna.
“Ini buku yang kujanjikan itu, Rat”, kata Christin sembari menyerahkan beberapa buku pada Rat.
“Terimakasih, Tin! Buku ini bisa menemaniku di saat tidak ada yang mengunjungiku”, jawab Ratna sembari tersenyum.
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan keadaanmu hari ini? Apakah sudah mendingan?”, tanya Christin.
“Sudah, Tin! Mungkin beberapa hari lagi aku sudah diperbolehkan pulang”, jawab Ratna.
“Syukurlah, Rat! Aku ikut gembira! Kita dapat bermain dan belajar lagi bersama”, ujar Christin sembari membelai rambut Ratna.
Selain membawa buku-buku dan makanan saat berkunjung ke rumahsakit, Christin terkadang juga mengajak beberapa orang teman. Bahkan mereka membagi giliran jadual kunjungan.
“Hari ini giliran siapa yang mengunjungi Ratna?”, tanya Christin pada teman-teman yang sudah bersedia berkunjung.
“Aku dan Cici, Tin! Kami akan membawa beberapa buku lagi sebagai pengganti yang lama”, jawab Rita.
Christin meminta bantuan pada teman-teman untuk mengunjungi Ratna yang sedang dirawat di rumahsakit, sebab kalau ia sendiri saja yang mengunjungi Ratna tentu tidak banyak cerita yang didapatkan oleh Ratna tentang keadaan atau kejadian sehari-hari di kelas mereka. Hampir dua minggu Ratna dirawat, dan hari ke-16 dia sudah diperbolehkan pulang. Ratna harus istirahat beberapa hari lagi di rumah untuk pemulihan.
“Kalau aku sudah kembali ke rumah, apakah kamu dan teman yang lain masih mau mengunjungiku, Tin?”, tanya Ratna saat bersiap-siap untuk pulang.
“Oh… tentu saja, Rat! Aku dan teman-teman akan tetap mengunjungimu sampai kamu sembuh”, jawab Christin menghibur Ratna.
“Aku sangat berterimakasih karena selama aku dirawat di rumahsakit, kamu dan teman-teman selau mengunjungiku. Aku jadi tidak merasa bosan selama di rumah sakit”, ujar Ratna mengungkapkan rasa gembiranya akan kebaikan teman-teman.
“Ya, itulah gunanya teman, Rat! Kita harus selalu saling membantu, baik di saat senang maupun di saat susah”, jawab Christin.
Teman-teman yang lain pun masih mau mengunjungi Ratna saat beristirahat di rumahnya untuk pemulihan. Mereka ingin Ratna cepat sembuh dan berkumpul lagi bersama mereka. Di rumah Ratna, Christin dan teman-temannya lebih leluasa untuk menghibur Ratna. Kalau di rumahsakit mereka harus berhati-hati agar tidak mengganggu pasien lain.
“Hari ini aku mau membacakan sebuah cerita untuk Ratna”, kata Cici setelah Rita selesai bernyanyi.
“Baiklah, kami akan mendengarkan dengan penuh perhatian!”, jawab Ratna dan semua teman yang hadir saat itu.
Setiap hari Christin dan teman-temannya melakukan sesuatu yang dapat menggembirakan hati Ratna, seperti: membacakan cerita, bernyanyi, membuat cerita-cerita lucu atau mengerjakan tugas-tugas sekolah, sambil membantu membuatkan catatan untuk Ratna sehingga Ratna tidak ketinggalan pelajaran. Keluarga Ratna senang melihat Christin dan teman-temannya bergantian menghibur Ratna selama pemulihan kesehatannya.
“Mudah-mudahan Ratna cepat sembuh dengan kedatangan teman-temannya ini. Hati yang gembira adalah obat yang paling mujarab”, kata Ibu Ratna sembari tersenyum senang melihat anaknya mendapat penghiburan dari teman-temannya.
Ternyata Ratna tidak perlu berlama-lama memulihkan kesehatannya. Hanya dua hari saja ia di rumah. Di hari ketiga ia sudah masuk sekolah lagi. Teman-temannya menyambut gembira kedatangan Ratna di dalam kelas.
“Rat, sepertinya kamu bukan habis dari sakit?”, celetuk salah seorang temannya.
“Ya… wajahmu segar sekali!”, komentar teman yang lain.
“Ini berkat kebaikan kalian yang telah menghiburku selama aku dirawat di rumahsakit dan selama pemulihan kesehatan di rumah. Terimakasih, teman-teman! Hari ini aku kembali belajar bersama-sama kalian lagi. Sekali lagi terimakasih!”, kata Ratna pada semua teman sekelasnya. Semua ikut gembira karena Ratna sudah sembuh dan kembali belajar bersama mereka lagi.