Hidup dan Mati Untuk Tuhan (Misa Requiem Pastor Frans Halim Pr.)
Hidup dan Mati Untuk Tuhan
Tinggallah bersama-sama dengan kami ya Tuhan, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam, demikianlah Kata-kata yang diucapkan Pastor Frans Halim 3 hari menjelang wafatnya. Hal itu disampaikan oleh Pator Alex Suwandi Pr. ketika membacakan riwayat hidup Pastor Frans Firmansyah Halim Pr. yang telah meninggal 3 Juni 2016 lalu. Pembacaan riwayat hidup ini dilakukan pada misa requiem P. Frans Halim Pr. pada Senin, 6 Juni 2016 di Gereja Katedral St. Theresia Kanak-kanak Yesus, Padang yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFM Cap.
“Mari kita bersyukur kepada Tuhan atas anugrah-Nya lewat gembala kita ini, P. Frans Halim. Beliau menancapkan iman dan nilai-nilai Kristiani yang dapat kita teruskan, yaitu kejujuran, kesederhanaan, kesalehan dan tanggung jawab. Kutipan dari Surat Santo Paulus kepada Timotius, II Timotius 4:7-8, disukai oleh P. Frans, untuk orangtuanya yang meninggal dan kiranya dapat mengenangkan kita pada beliau saat ini, yaitu: Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil,” ucap Pastor Alex.
Misa requiem P. Frans Halim Pr. dihadiri 16 orang imam yang berkarya di Keuskupan Padang, Para suster dan ribuan umat. Dalam homilinya Uskup Mgr. Martinus D. Situmorang OFM Cap mengatakan kalau kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan kalau kita mati, kita mati untuk Tuhan. Hidup dan mati bagi Tuhan itulah yang telah dijalani dan dihidupi oleh Pastor Frans secara sempurna dan total dalam hidupnya. “Saya berkesempatan untuk bertemu dengan Pastor Frans pada saat dia sakit, dan saya merasa gembira dan terharu. Karena dalam pembicaraan dengannya, dia mengungkapkan bahwa dia siap dan gembira untuk bersama-sama dengan Allah. Oleh karena totalitas itu, saya rasa, P. Frans akan mengatakan kepada kita semua, untuk tidak usah menangisinya dan membicarakan hal-hal yang menghibur tentangnya. Tetapi hidupilah hidupmu untuk menjadi hidup yang berpusat kepada Allah dan bersama Allah saja. Sehingga tiba waktunya kita akan mati bersama dan bagi Allah juga,”ungkap Bapa Uskup.
Lebih lanjut, Bapa Uskup mengatakan bahwa P.Frans dengan totalitas dan kekurangannya telah memberikan dirinya sebagai bagian pelayanan kepada Tuhan. Maka marilah kita juga memberikan diri kita kepada rencana Tuhan agar selalu berbuah dan berguna bagi sesama. Sambil bersyukur kepada Tuhan, atas berkatnya yang telah memberikan P. Frans kepada kita, umat Gerejanya, kita doakan juga keselamatannya, dan bisa menjadi pendoa bagi kita semua. Pesan bagi kita semua, hari ini waktuku, besok waktumu, maka hiduplah bersama Tuhan supaya dapat menerima kehidupan dan kebahagian sempurna. Setelah misa requiem berakhir, jenazah P. Frans Halim Pr. dikebumikan di komplek Biara Serikat Xaverian, Kota Padang.***
Riwayat Hidup Pastor Frans Halim, Pr
Pastor Frans Firmansyah Halim lahir di Padang, tanggal 1 Oktober 1947, sebagai anak ketiga dari 14 bersaudara dari pasangan suami istri almarhum Bapak Henricus Lim Keng Soei (Halim Kusuma, yang biasa dikenal dengan nama Meneer Lim) dan almarhumah Ibu Chatarina Tjoa Kim Lian Nio (Rina Fatima).
Panggilan imamat telah tertanam dalam hati Frans sejak kecil. Setelah menyelesaikan kelas III di SD RK II St. Fransiskus Padang pada usia 9 tahun, Frans kecil menjawab panggilan suci tersebut dengan masuk ke Seminari Maria Nirmala Padang atas keinginan sendiri. Kemudian, beliau dikirim melanjutkan pendidikan ke SMP Mardiyuwana, Bogor, dan SMA di Seminari Menengah Stella Maris, Cicurug Bogor.
Setelah persiapan kuliah Filsafat di Cicurug selama 1 tahun, beliau dikirim ke Seminari Genoa Italia, dan kuliah S1 Teologi di Collegio Brignole Sale-Negroni, Genoa, Italia selama 4 tahun, pada tahun 1968-1972. Tahbisan Diakon diterimanya di Paroki Arino di Dolo, Venezia, pada tahun 1971.
Setelah selesai study teologi, beliau kembali ke Padang, dan ditahbiskan menjadi imam di Gereja Katedral Padang, pada tanggal 12 Agustus 1972, dalam usia 25 tahun, oleh Uskup Padang, Mgr. Raimundo Bergamin, SX. Pastor Frans Halim adalah putera Padang pertama yang menjadi pastor diocesan di Keuskupan Padang.
Setelah ditahbiskan, beliau bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Katedral Padang selama 5 tahun (1972-1977), dengan tugas khusus membina Orang Muda Katolik. Selain itu, mengurus pewartaan iman Gereja Katolik lewat Suara Paroki, Siaran Mirnbar Katolik di RRI, dan Radio Dirgan Bravo (sekarang Radio Dikara Bawana). Selain itu mengajar agama Katolik di sekolah-sekolah Yayasan Prayoga Padang.
Pada tahun 1973, beliau mendirikan Oratorium Sukma Indah (OSI) sebagai bagian dari karya kerasulan mendampingi kaum muda, khusus bagi murid SMP dan SMA. Pada tahun 1974, bersama dengan Fr. Andre De Veer, CMM, Pastor Frans mendirikan Pencinta Alam Fransiskus Asisi (PAFA), di mana kaum muda belajar tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab melalui pendidikan yang terintegrasi antara badan, jiwa dan roh
Thn 1975-1977: menjadi Vikaris Jendral Keuskupan Padang.
Thn 1977-1979: P. Frans melanjutkan kuliah S2 (Licensiat) Hukum Gereja di Universitas Urbaniana, Roma, Italia. Tetapi, pada Februari 1979 harus kembali ke Padang karena ayah meninggal dan tidak tega meninggaIkan ibu yang kondisi kesehatannya menurun. P. Frans tidak melanjutkan study lagi, walau hanya tinggal satu semester lagi.
Thn 1979-1985: bertugas sebagai Rektor Seminari Menengah Maria Nirmala di Padang.
Thn 1983, ikut serta membenahi manajemen RS Yos Sudarso Padang.
September 1985 – Juni 1987: melanjutkan lagi study S2 dan S3 Hukum Gereja di Universitas Urbaniana, Roma, Italia, dan lulus Doktor Hukum Gereja dengan yudisium Summa Cum Laude.
1987-1992 menjadi Delegatus Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Padang, memimpin Majalah Gema Keuskupan, dan menerbitkan majalah dalam bahasa Mentawai, Laggai Simaeru, sebagai perhatian khusus bagi umat di Mentawai.
1989-1995: menjadi Ketua dan Administrator Yayasan Prayoga Padang, dan memikirkan katekese anak dengan menerbitkan majalah rohani khusus untuk anak-anak, bernama Mekar (Media Ekspresi Kreasi Anak Rohani), yang sempat beredar ke seluruh pelosok Indonesia. Selain itu, dibentuk juga perpustakaan anak Gemil (Gema Kecil) dan kegiatan Caca (Boca-boca), yang ditujukan untuk anak-anak kecil dengan kegiatan seperti pemberian makanan tambahan, bermain, dan belajar budi pekerti, serta paduan suara anak-anak Piyung (Upik Buyung).
Pastor Frans tidak pernah berhenti untuk mewartakan cinta kasih Tuhan kepada umat dan tetap setia pada imannya bahkan hingga akhir hidupnya. Pastor Frans meninggal tgl 3 Juni 2016, pada usia 69 tahun, pukul 11.55 WIB, di RS St. Carolus Jakarta, setelah lama menderita sakit.
Pastor Frans meninggal pada hari Raya Hati Kudus Yesus, di tahun Yubileum Kerahiman Ilahi. Kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya lewat gembala kita Pastor Frans Halim. Beliau mengajarkan kita nilai-nilai Kristiani yang dapat kita teruskan, yaitu kejujuran, kesederhanaan, kesalehan, dan tanggung jawab.
Selamat Jalan Pastor Frans. Doa kami menyertai Pastor.***