Jalan Salib
Jalan Salib
Jalan Salib termasuk salah satu devosi (ulah kesalehan) dalam Gereja Katolik. Kegiatan ini amat dianjurkan oleh Gereja, dan penyelenggaraannya sebaiknya disesuaikan dengan masa liturgi, yang bersumber dan mengarah pada Jumat Agung. Oleh karena itu paling cocok kalau dilaksanakan pada Jumat Agung pagi hari, karena sore hari selalu dipakai untuk Liturgi Jumat Agung. Jalan Salib juga baik dilaksanakan selama Masa Prapaskah, terutama setiap hari Jumat. Di luar Masa Prapaskah, ulah kesalehan ini dapat juga dilaksanakan misalnya dalam suatu ziarah atau dalam suatu kegiatan rohani lainnya.
Ulah kesalehan ini cukup popular di kalangan kaum beriman. Lewat ulah kesalehan ini kaum beriman bergerak mengikuti perjalanan akhir Kristus di bumi: dari bukit Zaitun, tempat Tuhan masuk dalam sakratul maut, menuju Kalvari tempat Ia disalibkan diantara dua orang penjahat, sampai ke taman tempat jenazah-Nya dibaringkan dalam makam yang baru digali.
Cinta kaum beriman kristiani pada ulah kesalehan ini terbukti dari banyaknya Jalan Salib yang dibangun di begitu banyak gereja, tempat ziarah, biara, baik di perkotaan, di pedalaman, maupun di lorong bukit-bukit di mana perhentian-perhentian jalan salib dibangun sangat mencolok.
Jalan salib adalah perpaduan aneka ulah kesalehan yang sudah muncul sejak puncak abad pertengahan: ziarah ke tanah suci di mana kaum beriman dengan saleh mengunjungi tempat-tempat yang dikaitkan dengan sengsara Tuhan; ulah kesalehan kepada Kristus yang jatuh tiga kali di bawah beban salib; ulah kesalehan kepada perjalanan Kristus yang penuh dukacita yang meliputi prosesi dari gereja yang satu ke gereja yang lain untuk mengenang sengsara Kristus; ulah kesalehan kepada tempat-tempat perhentian Kristus dalam perjalanan-Nya ke Kalvari – entah karena dipaksa oleh para penyiksa, entah karena lelah, atau karena tergerak hati-Nya untuk berdialog dengan mereka yang hadir pada saat sengsara-Nya.
Dalam bentuk yang sekarang, Jalan Salib yang disebarluaskan oleh St. Leonardo dari Mauritio (1751), disahkan oleh Tahta Apostolik dan beroleh indulgensi, terdiri atas 14 perhentian: (1) Yesus Dihukum Mati, (2) Yesus Memanggul Salib, (3) Yesus Jatuh yang Pertama Kali Di Bawah Salib, (4) Yesus Berjumpa Dengan Ibu-Nya, (5) Yesus Ditolong Simon Dari Kirene, (6) Veronika Mengusapi Wajah Yesus, (7) Yesus Jatuh Kedua Kalinya di Bawah Salib, (8) Yesus Menasihati Wanita-wanita yang Menangis, (9) Yesus Jatuh Ketiga Kalinya di Bawah Salib, (10) Pakaian Yesus Ditanggalkan, (11) Yesus Dipaku pada Kayu Salib, (12) Yesus Wafat Di Salib, (13) Yesus Diturunkan dari Salib, (14) Yesus Dimakamkan.
Jalan salib adalah perjalanan yang dibuat dalam Roh Kudus, api Ilahi yang membara dalam hati Yesus (Luk 12:49-50) dan mengantar Dia ke Kalvari. Inilah perjalanan yang dijunjung tinggi oleh Gereja karena membangkitkan kenangan yang hidup akan kata-kata dan tata gerak Sang Pengantin dan Tuhannya pada hari-hari terakhir hidup-Nya di dunia.
Dalam Jalan Salib, beragam untaian kesalehan Kristiani berpadu: gagasan tentang hidup yang ibarat perjalanan atau ziarah, sebagai peralihan dari pembuangan di dunia ke rumah sejati di surga; kerinduan untuk serupa dengan sengsara Kristus; tuntutan-tuntutan untuk mengikuti Kristus yang mencakup bahwa murid-murid Kristus harus mengikuti Sang Guru, dengan memanggul salib mereka setiap hari.
Saran-saran berikut kiranya bermanfaat untuk pelaksanaan Jalan Salib:
- Bentuk tradisional Jalan Salib, dengan empat belas perhentian, harus dipertahankan sebagai bentuk khas ulah kesalehan ini. Namun, dari waktu ke waktu, kalau saatnya cocok, satu atau lain perhentian tradisional dapat diganti dengan renungan atas segi-segi lain dari kisah Injil terkait dengan perjalanan Yesus ke Kalvari.
- Bentuk-bentuk alternatif Jalan Salib telah disahkan oleh Tahta Apostolik atau digunakan secara publik oleh Paus. Ini dapat dilihat sebagai bentuk asli ulah kesalehan dan boleh digunakan kalau situasinya cocok.
- Jalan Salib adalah ulah kesalehan yang terkait dengan sengsara Kristus. Namun, harus diakhiri sedemikian rupa sehingga kaum beriman berada dalam harapan akan kebangkitan dalam iman dan harapan.
Tak terbilang jumlah teks untuk perayaan Jalan Salib. Banyak diantaranya digubah oleh para pastor yang sangat tertarik kepada ulah kesalehan ini dan yakin akan kemanjuran rohaninya. Juga tersedia teks yang digubah oleh pengarang awam yang terkenal karena teladan kesalehannya, kekudusan hidup dan mutu tulisannya.
Dengan tetap mengingat instruksi-instruksi yang telah ditetapkan oleh para Uskup, pemilihan teks untuk Jalan Salib hendaknya mempertimbangkan keadaan umat yang berpartisipasi dalam ulah kesalehan itu dan asas pastoral yang bijaksana yang memadukan kesinambungan dan pembaruan. Selalu lebih disarankan memilih teks-teks yang menggemakan kisah biblis dan ditulis dengan gaya yang sederhana, tetapi jelas. Sebagai acuan dapat digunakan teks Jalan Salib yang terdapat dalam Buku Madah Bakti No. 31C dan 31D, atau buku Puji Syukur halaman 224-245. Dapat pula digunakan buku-buku lain atas izin Pastor Paroki.
Jalan Salib dengan nyanyian, keheningan, prosesi, dan jeda untuk renungan dipadukan secara bijaksana dan seimbang, memberikan sumbangan yang penting untuk memperoleh buah-buah rohani ulah kesalehan ini. Oleh karena itu para petugas, utamanya pemimpin ulah kesalehan ini hendaknya berperan sedemikian rupa sehingga umat yang mengikutinya benar-benar terbantu untuk menyerap seluruh kekayaan rohani yang terdapat di dalamnya. Hendaknya dihindari sikap terburu-buru dan kesan tanpa persiapan yang memadai. (Diolah dari berbagai sumber)