“Kamu juga harus bersaksi”
“Kamu juga harus bersaksi”
(Paskah Para Imam dan Pendeta 21 April 2017)
Semangat ekumenis Konsili Vatikan II, sebagaimana tertuang dalam dekrit Unitatis Redintegratio, menjadi dasar Rawil Sumbar untuk mengadakan Paskah bersama dengan para pendeta dari gereja-gereja yang ada di kota Padang. “Sebab yang didirikan oleh Kristus Tuhan ialah Gereja yang satu dan tunggal. Sedangkan banyak persekutuan kristen membawakan diri sebagai pusaka warisan Yesus Kristus yang sejati bagi umat manusia. Mereka semua mengaku sebagai murid-murid Tuhan, tetapi berbeda-beda pandangan dan menempuh jalan yang berlain-lainan pula, seolah-olah Kristus sendiri terbagi-bagi. Jelaslah perpecahan itu terang-terangan berlawanan dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua makhluk. “ Demikian para bapa Konsili merumuskan (Dokumen Konsili Vatikan II, UR no. 1)
Kegiatan yang berlangsung di Paroki Santo Fransiskus Assisi Padang (21 April 2017) dalam bingkai Paskah Bersama mengambil tema: “Kamu juga harus bersaksi” (Yoh 15:27), dihadiri oleh Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFM.Cap, 13 imam dan 11 pendeta dari berbagai gereja Kristen: GKSI Padang, GBI, CWS, GBI-Agape, GKN Rantau, GSJA Padang, GKSI Anugerah, Gereja Baptis, GBI Kp. Nias 2, GPDI Bethesda.
Di awal pertemuan, Mgr. Martinus mengajak para gembala umat yang hadir untuk merefleksikan makna kesaksian dalam realitas masa kini dalam perspektif Tuhan sendiri. “Kesaksian tentang Allah yang menyelamatkan kita harus membangun manusia” namun sebagai gembala “iman umat yang kita gembalakanlah yang harus kita pelihara, umat kitalah masing-masing yang pertama kita animasi” ajak Mgr. Martinus. “Saya percaya kesahajaan kita, kesahajaan yang jernih, yang setia tentang kebenaran adalah suatu kesaksian yang sangat penting. Saya melihat dalam Gereja kita keinginan untuk tampil lebih dari yang sebenarnya dan malah mengemukakan seolah-olah tampilan itulah kebenaran, nilai dan keindahan diri kita, persekutuan kita, Gereja kita adalah kontra kesaksian da yang sesungguhnya tidak berkenan kepada Tuhan dan tidak merupakan kesaksian yang efektif. Kesaksian kita adalah bahwa Tuhan mengerjakan keselamatan-Nya dengan cara yang baru yakni dengan memberikan diri, dengan berkorban, dengan menjadi satu dengan umat manusia”, demikian ungkap Mgr. Martinus.
Setelah refleksi singkat tentang kesaksian, dilanjutkan dengan sharing tentang pengalaman gereja-gereja dalam bidang kesaksian. Dalam sharing, beberapa pendeta mengungkapkan pengalaman sebagai minoritas dan beberapa pengalaman pahit yang mendewasakan sebagai hamba Tuhan dalam mengasihi sesama. Pendeta Afolo Waruwu M.Th, misalnya bercerita tentang pengalamannya dalam mengasihi dengan memberikan bantuan kepada masyarakat, meskipun awalnya ditolak namun akhirnya diterima oleh masyarakat. Pendeta Djohan Makmur mensharingkan bahwa Kristus yang hidup di dalam dirinya telah mendewasakan panggilannya melalui pengalaman pahit, rumahnya dibakar oleh warga namun Tuhan itu pula yang menuntunnya untuk membuktikan kasihnya sebagai hamba Tuhan dengan memberikan bantuan kepada warga masyarakat yang membutuhkan, mereka itu adalah warga yang membakar rumahnya. Hal yang menarik bahwa semua pendeta yang bersharing mengungkapkan kegembiraan atas inisiatif para imam yang mengundang mereka serta berharapan “lebih sering kita bertemu”.
Ibadat ekumenis para pastor dan pendeta merupakan puncak dari paskah bersama. Ibadat dipimpin oleh RP. Robledo SX. Bacaaan Injil dan Homili dibawakan oleh Mgr. Martinus. “Tidak ada pembagian pasar dan altar. Pasar itu adalah kehidupan umat kita. Maka mereka terus di pasar. Kita meneguhkan mereka menjadi orang beriman yang handal hidup di pasar dengan derita, dengan kesulitan, dengan beban yang datang dari keberadaan mereka menghadapi hidup baru yang datang dari Tuhan, yang diperoleh oleh Yesus Kristus dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Sehingga dimana pun kita bisa hidup dengan sukacita. … Kerajaan Allah yang kita bangun, bukan (gedung) gereja, Bapak-bapak, para hamba Allah, bukan gereja, tetapi Kerajaan Allah itu, nilai-nilai kasih Tuhan.” Pesan Mrg. Martinus dalam homili.
Kegiatan paskah ekumenis berakhir dengan makan siang bersama.