Katekese Seputar Pekan Suci dan Paskah

Minggu Palma

Pekan Suci dimulai dengan hari Minggu Palma, dilanjutkan dengan hari Senin sampai Kamis dalam Pekan Suci. Dalam Pekan suci, Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan Tuhan Yesus Kristus pada hari-hari terakhir hidup-Nya sejak Ia sebagai Mesias memasuki Yerusalem. Pada hari Kamis dalam Pekan Suci, masa Prapaskah berakhir.

Pekan Suci ini dilanjutkan dengan Tri Hari Paskah atau Tri Hari Suci. Tri Hari Paskah dimulai dengan perayaan Kamis Putih, kemudian hari Jumat Agung, Sabtu Paskah, dan mencapai puncaknya pada Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore Minggu Paskah.

Dalam tata aturan liturgi Gereja, hari-hari Pekan Suci diutamakan di atas semua hari raya. Dalam Pekan Suci ini, Sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma tidak boleh diberikan (Surat Edaran Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen mengenai Perayaan Paskah dan Persiapannya, 16 Januari 1983, no. 27). Begitu pula, kecuali Sakramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit, perayaan-perayaan sakramen lain termasuk Ekaristi, Baptis, Perkawinan tidak diperbolehkan pada hari Jumat Agung dan Sabtu Suci/Paskah (Surat Edaran Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen mengenai Perayaan Paskah dan persiapannya, 16 Januari 1988, no. 61 dan 75).

Tri Hari Suci

Gereja merayakan misteri agung penebusan kita secara meriah dalam Tri Hari Paskah, sambil mengenangkan sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan melalui perayaan-perayaan istimewa.
Bahkan puasa kudus Paskah, yang harus dilaksanakan pada hari Jumat Agung untuk mengenangkan sengsara Tuhan, seyogyanya diperpanjang juga sampai hari Sabtu Suci sehingga setelah semangatnya ditingkatkan, umat diantar ke sukacita kebangkitan Tuhan.

Untuk melaksanakan perayaan Tri Hari Paskah, dituntut petugas liturgi yang memadai. Mereka harus dilatih secara cermat dalam hal-hal yang harus mereka lakukan.
Nyanyian umat, nyanyian petugas, dan nyanyian Imam yang memimpin memiliki makna khusus dalam perayaan hari-hari ini sebab kekuatan teks-teks itu menjadi paling nyata justru ketika teks itu dilagukan.
Maka, para gembala tidak boleh lalai menjelaskan makna dan tata perayaan kepada kaum beriman dengan cara yang sebaik-baiknya, dan menyiapkan mereka untuk berpartisipasi secara aktif agar perayaan menghasilkan buah melimpah.

Perayaan-perayaan Tri Hari Paskah hendaknya dilaksanakan di gereja-gereja katedral, di gereja-gereja paroki, dan kapel-kapel, serta hanya di tempat-tempat yang dapat digunakan untuk melaksanakan perayaan secara pantas, yakni yang dihadiri banyak umat dengan petugas yang cukup, dan dengan kemampuan untuk menyanyikan sekurang-kurangnya beberapa bagian dari perayaan.
Oleh karena itu, seyogyanya komunitas-komunitas kecil, persekutuan, dan kelompok-kelompok khusus apa pun sejenisnya, berhimpun di gereja-gereja itu untuk melaksanakan perayaan dalam bentuk yang lebih meriah.

Sukacita Malam Paskah dan Hari Raya Paskah dilanjutkan selama Masa Paskah. Masa Paskah ini berlangsung selama lima puluh hari yang dimulai dengan hari Minggu Paskah dan berakhir pada hari Minggu Pentakosta yang dirayakan sebagai satu hari raya sebagai Hari Minggu Agung.
Pada Malam Paskah, Gereja merayakan malam tirakatan untuk mengenangkan malam kudus saat Tuhan bangkit dengan jaya. Oleh karena itu, Malam Paskah dipandang sebagai induk segala tirakatan dan menjadi hari raya tertinggi dalam liturgi Gereja. Kemudian pada Minggu Paskah, Gereja melanjutkan sukacita atau kebangkitan Tuhan itu secara meriah.

Masa Paskah diwarnai oelh suasana sukacita karena kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Ia telah mengalahkan kematian dan kini hidup, hadir, dan menyertai umat beriman sebagai Tuhan yang mulia. Selama empat puluh hari, Tuhan Yesus yang bangkit mempersiapkan para murid sebelum akhirnya Tuhan Yesus naik ke Surga. Kenaikan Yesus ke Surga bukanlah perpisahan, tetapi ungkapan Yesus yang dimuliakan dan kini hadir dalam bentuk yang berbeda. Setelah itu para murid menantikan selama sembilanhari kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Tinggalkan Balasan