“KEJUJURANKU” (Renungan, 17 Juni 2017)

17 Juni 2017
Mat 5: 33-37

“KEJUJURANKU”

  Aku mempunyai sebuah pengalaman yang tidak bisa aku lupakan. Pengalaman itu ialah aku berani mengatakan sumpah kepada temanku. Ceritanya begini, aku mempunyai seorang teman sekolah wanita yang bernama Nia. Nia mempunyai barang yang sangat berharga baginya, sehingga ia tidak pernah mau meninggalkan barang tersebut dengan sembarangan tempat. Karena barang itu adalah pemberian ayahnya ketika ia berulang tahun. karena ingin mengetahui reaksinya tentang barang itu tidak di tangannya. Maka mengerjain dia dengan meyembunyikan barang tersebut di tempat yang tidak di ketahuinya dan hanya aku saja yang mengetahui tempat tersebut. Di saat ia mengetahui bahwa barangnya itu hilang, ia mulai mencari-carinya. Sehingga ia bertanya kepada teman-teman yang ada di kelas. Namun hasilnya tidak dapat juga, akhirnya ia pun bertanya kepadaku untuk mengetahui barang tersebut. Tetapi aku mengatakan kepadanya bahwa aku itu tidak mengetahui barang tersebut. aku pun mengatakan kepadanya bahwa aku bersumpah tidak melihat barangnya itu.

  Dalam perjanjian lama juga tertulis bahwa kita juga dituntut tidak boleh mengatakan sumpah kepada seseorang atas tindakan yang kita lakukan maupun yagn tidak kita lakukan. Dan dalam injil hari ini juga dibahas tentang kata sumpah. Sumpah berarti permohonan kita kepada Tuhan dalam arti permohonan yang sangat tidak baik atau tidak pantas. Dan kata sumpah yang tertulis dalam injil hari ini ingin mengatakan bahwa pada zaman di mana sumpah dan janji itu menjadi kebiasaan dalam Yudaisme, sehingga Yesus menasihati para murid-Nya agar berlaku sopan dan terus terang dalam ucapannya. Tidak seorang pun dapat mengontrol atau memiliki langit, bumi atau Yerusalem, dan yang mampu menguasai itu semua ialah hanya Tuhan. Kita bahkan tidak dapat mengontrol tubuh kita sepenuhnya. maka, tidak seorang pun mempunyai hak untuk bersumpah berdasarkan benda-benda itu sebagai saksi. Oleh sebab itu, marilah kita semua untuk berani mengatakan sesuatu yang benar dan tidak boleh memberikan kesaksian palsu untuk menyelamatkan diri sendiri dan mencelakakan sesama. Apakah aku jujur dan berani mengatakan ya atau tidak?(Fr.Dede Eko Pratama Tumanggor)

Tinggalkan Balasan