Kembali ke Citra Allah (Renungan Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis, Jumat 24 Juni 2016 Oleh Fr. Lukas Lumban Gaol)
Kembali ke Citra Allah
Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
Bacaan I : Yes 49 : 1 – 6
Bacaan II: Kis 13 : 22 – 26
Bacaan Injil : Luk 1 : 57 – 56, 80
Ada ungkapan inspiratif demikian “Kita adalah manusia memiliki satu sayap, apabila dapat terbang bila saling berangkulan satu sama lain.” Ungkapan ini sangat menarik untuk saya secara pribadi. Bila kita mengkaji lebih dalam mengandung arti yang sangat indah. Bagi saya bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk saling menyempurnakan satu sama lain. Indah bila direalisasikan, mungkin tidak ada lagi gejolak manusia yang melecit di sana – sini.
Bacaan – bacaan hari ini sedikit banyak mengulas tentang panggilan. Bacaan pertama mengulas tentang seseorang yang dipanggil dan dipilih oleh Allah. Bacaan kedua menceritakan tentang keterpilihan Daud oleh Allah. Melalui Daud, Allah mengutus Yesus sebagai Juruselamat tunggal manusia. Dalam injil, Yohanes yang kita rayakan hari ini telah diberitakan kelahirannya. Dia adalah utusan yang menyiapkan jalan untukNya dalam berkarya. Yohanes menyerukan agar bertobat dan kembali ke Citra Allah. Cara yang ditempuh untuk kembali yakni memberi diri untuk dibaptis.
Kita sebagai manusia yakin bahwa kita berasal dari Allah dan secitra denganNya. Masing – masing dari pribadi kita telah dirancang untuk menempuh suatu panggilan hidup yang telah disediakanNya. Kita juga tentu memiliki rencana dan kehendak baik di dalam panggilan hidup kita. Sekarang yang menjadi persoalan mengapa dalam diri kita masih terdapat ego? Apakah ini juga menjadi kehendak Allah? Saya sangka tidak. Mengapa? Masih ingatkah kita akan peristiwa Israel di Padang Gurun saat pulang dari tanah Mesir menuju tanah terjanji? Bukankah banyak peristiwa yang terjadi karena keegoan Israel?
Saudara – saudari, kita dipanggil, dipilih dan ditetapkan oleh Allah untuk menyebarkan kebenaran dan kebaikan yang sesuai dengan hukum kasihNya. Dalam menjalankan tugas perutusan kita masing – masing mari kita saling berangkulan satu sama lain dalam terang iman. Sungguhlah indah bila semua saling menyempurnakan demi cinta kasih. Dengan demikian jiwa – jiwa terselamatkan kelak sama dan saling menikmati indahnya sukacita surgawi. (Fr. Lukas Lumban Gaol)