Kenakanlah Senjata Terang: Renungan Minggu Biasa XXXIII/B, 15 November 2015
SESEORANG YANG biasa memimpin Ibadat Sabda di suatu stasi terkesan dengan kutipan yang berbunyi: “Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat”. Kutipan ini dilafalkannya berulang-ulang agar hafal ketika mempersiapkan khotbahnya. Ternyata seekor burung beo yang sudah terlatih yang diletakkan di dekat kapel oleh penjaga kapel beberapa kali menirukan ucapan petugas tadi. Rupanya burung beo juga sangat fasih menirukannya. Karena beo itu sering menirukan kata-katanya, pemimpin ibadat itu meminta koster untuk memindahkan burung itu.
Di belakang kapel itu ada sumur tempat anak-anak sering mandi. Kalau anak-anak mandi, koster memerintahkan, “Buka baju, buka celana, kalau tidak saya tembak!” Rupanya burung beo pun pandai menirukan kata-kata koster itu. Suatu hari beo itu lepas dari sangkarnya. Setelah terbang berputar-putar, hingga burung beo itu di atap gereja. Koster gereja itu terkejut, sebab ketika ia sedang membersihkan gereja mendengar suara dari atas yang berbunyi: ”Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah dekat.” Koster lalu memanggil pastor untuk diajak bersama-sama mendengarkan suara itu. Pastor menyuruh koster untuk membunyikan lonceng agar umat berkumpul di gereja. Tak berapa lama gedung gereja di tengah kampung itu pun segera penuh oleh umat. Pastor menceritakan bahwa dia dan koster mendengar suara dari sorga yang menandakan hari kiamat sudah dekat. Pastor meminta umat untuk berdoa dan bertobat. Saat suasana hening mencekam, tiba-tiba terdengar: “Buka baju, buka celana, kalau tidak saya tembak!”
Cerita di atas fiktif belaka. Walaupun begitu dapat dipakai untuk memberi gambaran bahwa orang beriman percaya akan adanya hari kiamat dan penghakiman oleh Allah. Bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini menyinggung soal akhir zaman. Dalam bacaan pertama dikatakan bahwa banyak dari antara orang-orang yang telah di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kengerian yang kekal. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Kapan datangnya akhir zaman itu tak seorang pun yang tahu. Malaikat-malaikat di sorga juga tidak tahu. Bahkan Yesus pun tidak tahu. Yang tahu hanyalah Bapa. Justru karena kita tidak tahu kapan saatnya tiba, kita mesti berjaga-jaga selalu.
Berjaga-jaga berarti menjaga diri terhadap segala hal yang jahat, berdoa supaya jangan jatuh ke dalam pencobaan, berdiri teguh dalam iman. Berjaga-jaga berarti senantiasa mengarahkan seluruh hidup kepada Allah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang telah diteladankan oleh para nabi dan Yesus serta para orang kudus. Perbuatan baik yang dituntut Allah antara lain perbuatan cinta kasih dan keberanian membela kebenaran dan keadilan. Perbuatan kita selama hidup di dunia menentukan nasib kita nanti di akhirat. “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman (Rom 2:6-8).
Dalam penghakiman terakhir dikisahkan orang yang telah berbuat baik terhadap sesamanya menerima Kerajaan, orang yang tidak peduli terhadap penderitaan sesamanya diusir Allah dan masuk ke api yang kekal. Namun hal itu tidak berarti Allah mengadakan transaksi antara perbuatan dengan sorga dan neraka. Allah tidak membayar upah orang yang berbuat baik dengan keselamatan. Dialah yang menyelamatkan dan memanggil manusia dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri yang dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus (2 Tim 1:9). Kita menjawab panggilan kudus itu dengan iman. Manusia diselamatkan oleh iman (Mrk 5:34, ef 2:8). Marilah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang.