“Kesaksian yang Benar” (Renungan 17 April 2017)

Kesaksian yang Benar
(Fr. Marudut Xaverius Nainggolan)

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!
Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan tentang kabar sukacita atas kebangkitan Yesus. Pada hari minggu pagi, Maria Magdalena dan Maria yang lain datang ke kubur Yesus. Di sana mereka tidak mendapatkan Yesus, melainkan mereka disapa oleh malaikat dan diberitahukan bahwa Yesus telah bangkit seperti yang telah pernah dikatakan-Nya. Segera sesudah mereka mendapat kabar tersebut, berlarilah mereka pulang dari kubur dan mendapatkan para murid yang lain dengan membawa sukacita yang besar, sukacita kebangkitan Yesus.
Pada ayat berikutnya dikisahkan mengenai dusta imam-imam kepala, dalam persekongkolan dengan para penjaga kubur, yang mengaburkan berita tentang kebangkitan Yesus dengan cerita bahwa Yesus telah dicurioleh para murid-Nya pada malam hari. Kesaksian yang benar dan kesaksian yang salah termuat menjadi satu perikop dalam bacaan Injil hari ini.

Kesaksian yang benar ialah kesaksian Maria Magdalena yang bertemu dan mendapat keterangan dari malaikat bahwa Yesus telah bangkit. Sementara kesaksian yang salah atau dusta ialah kesaksian yang berasal dari penjaga-penjaga kubur yang berunding dengan imam-imam kepala lalu menyatakan bahwa pada malam hari murid-murid datang mencuri Yesus.
Kesaksian Maria Magdalena dan Maria yang lain mendatangkan sukacita yang besar bagi mereka. Yesus pun memberi salam bagi mereka dalam perjalanan. Suatu rahmat pengalaman iman. Sementara hasil perundingan antara para penjaga kubur dengan imam-imam kepala menciptakan suatu kesaksian yang palsu, dusta. Para penjaga kubur berani bersaksi salah mengenai kebangkitan Yesus demi sejumlah uang yang diterima dari imam-imam kepala.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!
Dalam peziarahan hidup ini, kita dihadapkan pada begitu banyak realitas. Realitas yang varian. Secara signifikan dapat dibedakan antara realitas virtual, realitas digital dan realitas visual. Pada dasarnya dengan ciri makhluk sosial, manusia selalu berada dalam tataran realitas visual, kenyataan yang dapat diindera oleh segenap pengindera. Seluruh kenyataan dalam hidup ini dapat diindera oleh setiap panca indera, mata telinga, hidung dsb. Dalam kenyataan itu pula kita berusaha mengenali mana yang baik dan mana yang buruk. Kita juga berusaha mengenali sesuatu, apakah rahmat atau sesuatu yang jahat. Tatkala kita mengenali suatu rahmat dalam pengalaman hidup keseharian, entah perkataan atau perbuatan, maka di dalamnya pula kita memperoleh sukacita yang besar akan kasih Tuhan, kita memperoleh harapan yang teguh dan iman kita pun ditambahkan. Sebab perbuatan kita adalah benar. Namun apabila kita terarah ke dalam suasana perundingan, seperti penjaga kubur, tidak mengolah rahmat Tuhan dengan baik, maka perkataan dan perbuatan kita pun adalah buruk. Perbuatan macam itu adalah kesaksian yang salah. Maka mari saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, dalam mencermati setiap pengalaman hidup keseharian kita, hendaknya kita senantiasa mau mengenali rahmat Tuhan. Itulah titik berangkat kita untuk dapat bersaksi secara benar atau bersaksi secara salah. Sukacita yang besar hanya dapat diperoleh dalam dan melalui kesaksian yang benar melalui perkataan dan perbuatan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin

SENIN DALAM OKTAF PASKAH, 17 April 2017

Tinggalkan Balasan