Kesiapsediaan (Renungan 21 April 2017)
Jumat, 21 April 2017 (Bce: Kis 4:1-12; Luk 21:1-14)
Kesiapsediaan
Saudara-saudari terkasih, cinta itu membuka paradigma seseorang. Membuat hati lebih mudah mengenal kehadiran Allah di mana-mana.
Dalam bacaan Injil hari ini, mengisahkan tentang kesiap-sediaan, hati yang terbuka dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Dimana telah digambarkan para murid yang siap-sedia mendengarkan suara Tuhan. Awalnya para murid di bawah komando Petrus mengarahkan perahu ke tangah danau Tiberias untuk menangkap ikan, tetapi yang terjadi karena sudah semalam-malaman bekerja keras tapi tidak membuahkan hasil. Tak seekor ikan pun yang mereka tangkap atau mereka dapatkan. Mereka merasa kesal, kecewa hingga akhirnya mereka pun menepi di pinggir pantai. Mereka tidak ada harapan lagi.
Di tengah harapan yang tidak pasti karena tidak mendapatkan ikan yang mereka tangkap, Yesus hadir diantara mereka, dan Yesus berusaha untuk meyakinkan, membangkitkan semangat mereka kembali. Maka ketika Yesus mengajak mereka untuk menebarkan jalan mereka ke tengah danau awalnya mereka kurang percaya akan kata-kata Yesus untuk melakukan pekerjaan yang sama di tempat yang sama juga. Tapi karena Yesus yang menyuruh mereka, mereka pun menuruti apa yang dikatakan oleh Yesus. Dengan segera mereka pun melakukannya. Tanpa harus memikirkan sesuatu yang lain.
Hingga akhirnya mereka pun mendapatkan ikan yang banyak, sehingga sukacita meliputi hati mereka. Para murid memperoleh ikan yang banyak karena mereka percaya akan perkataan Yesus dan melakukannya. Dengan sikap percaya yang penuh kepada Yesus membawa kepada keselamatan.
Saudara-saudari terkasih, dari bacaan-bacaan hari ini, kita dapat belajar tentang suatu kesiap-sediaan di hadapan Tuhan. Bersikap jujur terhadap diri sendiri, berani untuk menanggalkan sikap ego diri. Lebih-lebih menghadirkan Tuhan dalam dinamika hidup yang kita jalani sebagai orang beriman kristiani. Kita diajak untuk membangun relasi dalam kasih, relasi yang kerap mudah dikatakan tapi sulit dipraktekkan. Kita mencoba membangun niat untuk selalu membangun relasi yang saling menumbuhkan bagi orang lain dengan tidak bersikap apatis.(Fr. John Mezer Manullang)