Keyakinan Yang Besar (Renungan JUMAT BIASA VIII, 27 MEI 2016 Oleh Fr. John Mezer Manullang)

Keyakinan yang besar

Pada suatu saat saya pernah bertanya kepada seorang anak kelas 3SMP yang akan menghadapi UN (Ujian Nasional): “apakah kamu siap dan yakin untuk menghadapi UN?.” Dia pun menjawab dengan tenang: “ saya yakin kog kalau saya akan lulus, karena saya sudah berdoa kepada Tuhan dan belajar dengan maksimal. Dari perkataan tersebut, ia punya rasa percaya diri yang besar sehingga ia mendapatkan hasil yang memuaskan yang sesuai dengan harapannya.

Saudara-saudari terkasih, dari kisah di atas, hal yang sama juga terjadi di dalam bacaan Injil hari ini. Kita dapat mengamati bahwa para murid melihat Yesus mengutuk pohon ara hingga berujung dengan kekeringan. Mereka tidak percaya akan perkataan Yesus dan itu adalah hal yang aneh mengapa Yesus dengan teganya mengutuk pohon ara itu sampai akhirnya kering. Para murid berpikir bahwa pohon itu tidak akan bisa tumbuh, berkembang dan bahkan berbuah seperti sediakala. Tetapi yang terjadi ialah bahwa Yesus tahu apa yang mereka pikirkan, dan Yesus pun ingin menguji iman mereka dimana pada saar itu para murid hanya sampai pada pengalaman rasional saja yang hanya berpikir hal yang sudah terjadi tidak mungkin kembali seperti semula lagi. Mereka tidak memiliki suatu keyakinan bahwa segala sesuatu dapat terjadi jika memiliki iman dan keyakinan yang besar.

Pada saat kebingungan yang di alami para murid, Yesus hanya mengatakan: “percayalah kepada Allah.” Dari perkataan Yesus itu, Dia mau menunjukkan bahwa berkat iman dan doa kita akan dapat menerima apa yang kita minta dalam doa. Dari pengalaman para murid, kita dapat melihat kembali pengalaman iman kita berrsama dengan Yesus. Mungkin kita kerapkali mudah putus asa, mudah menyerah jika kita tidak dapat mencapai apa yang kita inginkan. Kita menjadi cepat mengambil keputusan. Kita belum percaya secara penuh akan Yesus yang ada di dalam dinamika hidup keseharian. Sehingga yang terjadi malah kita kurang percaya akan diri sendiri terlebih akan Dia yang mengutus kita. Takkala yang muncul dalam diri ialah hati yang bimbang.

Maka dalam perjalanan hidup yang sedang kita lalui, kita mau belajar pada Allah lewat dinamika hidup harian. Kita harus menanamkan di dalam diri sikap hati yang terbuka pada bimbingan Tuhan dengan mengikutsertakan Dia dalam perjalanan hidup yang kita jalani, lebih percaya pada diri sendiri bahwa I can do dengan percaya kepadaNya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. (Fr. John Mezer Manullang)

Liturgi hari ini: JUMAT BIASA VIII, 27 MEI 2016… Klik disini!!

Tinggalkan Balasan