Melayani Umat di Daerah Pelosok (Majalah Mekar, Edisi Maret 2016)
DOA BAGI PELAYAN UMAT DI DAERAH TERPENCIL
Teman-teman terkasih, edisi ini Mekar memuatkan kisah sahabatnya yang bernama Antonio. Semoga kita mau memberi hati dan cinta pada sesama, terutama bagi mereka di daerah terpencil, yang hidup terkebelakang dan susah. Yuk, simak kisah Antonio…
“Aku dan Pastor Agung mengunjungi umat di pedalaman Irian Jaya. Waktu itu masa Prapaskah tinggal hanya 2 minggu, dan kemudian kami merayakan Paskah bersama umat di sana. Seru sekali petualangan kami di daerah itu. Berbagai pengalaman mengerikan kami alami. Suatu ketika Pastor Agung diminta memberi Sakramen Perminyakan bagi umat yang sakit berat. Kami menempuh perjalanan dengan menggunakan kapal kayu berukuran kecil, melewati laut yang cukup besar ombaknya. Kami berangkat ditemani oleh pemuka umatnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, tiba-tiba di tengah laut, kapal kami dihantam ombak. Air laut pun masuk ke kapal. Baju dan peralatan yang dibawa Pastor Agung basah semua. Aku sangat ketakutan. Jika ombak tidak berhenti dan terus menghempaskan kapal, tentu kami tidak akan selamat. Kami terus berdoa mohon perlindungan dari Tuhan Yesus. Syukurlah kami selamat sampai di tujuan, dan Pastor Agung dapat memberi Sakramen Perminyakan pada warga yang sakit. Aku ingat kata-kata Pastor Agung, kemana pun diutus Tuhan, meski banyak bahaya menghadang, kita tetap harus kuat dan setia”.
Mari kita berdoa bagi semua tenaga pastoral dan pelayan umat terutama yang melayani daerah terpencil, semoga damai sejahtera tetap tinggal dalam hidup mereka. “Damai sejahtera bagi kamu. Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20: 21).
SANTO YOHANES A DEO
Santo Yohanes dilahirkan di Portugal 8 Maret 1495. Keadaan ekonomi orangtuanya susah dan miskin, tetapi mereka adalah orang Kristen yang taat. Yohanes seorang pemuda yang mempunyai banyak cita-cita. Karena itu ia pernah menjalani berbagai profesi dalam kehidupannya, misalnya: sebagai seorang gembala, tentara, bahkan penjaga toko.
Saat dewasa, ia bukanlah seorang yang religius. Ia dan teman-temannya tidak menyadari kehadiran Tuhan. Ketika berusia empatpuluh tahun, Yohanes mulai merasa hampa. Ia sedih karena merasa hidupnya telah sia-sia. Suatu ketika, ia ke gereja dan mendengar khotbah dari seorang misionaris yang kudus, Yohanes dari Avila. Misionaris itu memberikan pengaruh yang kuat kepada Yohanes dan membuatnya menangis. Hari-hari selanjutnya, St. Yohanes dari Avila membantu Yohanes untuk memulai hidupnya kembali dengan harapan dan keberanian.
Yohanes mulai mengubah hidupnya secara drastis. Ia berdoa serta melakukan mati raga setiap hari. Diceritakan bahwa seorang uskup memberinya nama a Deo (= dari Tuhan) karena ia secara total mengubah hidupnya. Dahulu hanya mementingkan diri sendiri, kini sepenuhnya menjadi manusia baru yang “dari Tuhan”. Perlahan-lahan Yohanes a Deo menyadari betapa hidup rakyat penuh dengan kemiskinan serta penderitaan. Ia mulai mempergunakan waktunya untuk merawat mereka yang sakit di rumah-rumah sakit dan di tempat-tempat penampungan. Ia pun menyadari betapa banyaknya orang-orang yang terlalu miskin untuk dapat memperoleh perawatan di rumah sakit. Siapakah yang mau merawat mereka? Yohanes bertekad, demi cintanya kepada Tuhan, ia mau melakukannya.
Ketika usianya empatpuluh lima tahun, Yohanes mendapatkan sebuah rumah untuk merawat para fakir miskin yang sakit. Rumah itu kemudian menjadi sebuah rumah sakit kecil di mana setiap orang yang membutuhkan pertolongan akan diterima dengan baik. Orang-orang yang datang membantu Yohanes mulai membentuk suatu ordo religius untuk mengabdikan diri bagi mereka yang miskin. Ordo mereka disebut Para Broeder St. Yohanes a Deo.
Orang-orang yang kurang beriman mulai bertanya-tanya, apakah Yohanes sungguh kudus seperti anggapan orang. Suatu ketika, seorang bangsawan menyamar sebagai seorang pengemis. Ia mengetuk pintu Yohanes untuk meminta-minta. Yohanes dengan murah hati memberikan semua yang ia miliki, yang jumlahnya hanya beberapa dolar saja. Bangsawan tersebut tidak membuka rahasianya saat itu, melainkan segera pergi dengan kesan mendalam. Keesokan harinya, seorang pesuruh tiba di depan pintu Yohanes dengan sepucuk surat penjelasan beserta uang dermanya yang dikembalikan. Sang bangsawan menyertakan 150 keping uang emas. Ia juga mengirimkan roti, daging serta telur setiap pagi ke rumah sakit, cukup untuk memberi makan segenap pasien dan para pekerja rumah sakit.
Setelah sepuluh tahun bekerja keras bagi rumah sakitnya, St. Yohanes sendiri akhirnya jatuh sakit. Ia wafat pada hari ulang tahunnya pada tahun 1550. Yohanes a Deo dinyatakan kudus oleh Beato Paus Inosensius XI pada tahun 1690. Hari pestanya diperingati Gereja setiap 8 Maret.
Adik-adik terkasih, “Jika kita rindu untuk menerima belas kasihan Tuhan, pastilah kita akan melakukan kebajikan selama kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Sebab, jika kita berbagi dengan mereka yang miskin, oleh karena kasih kita kepada Tuhan, apa pun yang Ia berikan kepada kita, kita akan menerimanya, sesuai dengan janji-Nya, seratus kali lipat dalam kebahagiaan abadi”, demikan dikatakan St.Yohanes a Deo.