MEMIKUL DIRI SENDIRI (Renungan Kamis sesudah Rabu Abu, 2 Maret 2017 Oleh Fr. Bonar Sinabariba)

Kamis, 2 Maret 2017
Kamis sesudah Rabu Abu
Ul 30:15-20; Luk 9:22-25.

MEMIKUL DIRI SENDIRI

“Ia harus memikul salib-Nya setiap hari”. Ungkapan memikul salib bukanlah ungkapan yang asing di telinga kita. Namun apa sebenarnya arti salib yang hendak dipikul itu? Selain berarti penderitaan, salah seorang penafsir menyatakan bahwa salib itu tak lain berarti diri kita sendiri, memuat yang bermacam ragam hasrat dan keinginan di setiap harinya.

Hasrat dan keinginan yang paling dominan ialah rasa enak. Kita ingin mengalami rasa enak dan kenikmatan tanpa harus bersusah-susah mendapatkannya. Rasa enak ini muncul dari dalam diri seseorang untuk memuaskan dirinya sendiri saja. Kenikmatan, rasa manja, kenyamanan, kemudahan, dan keenakan, jadi makanan sehari-hari bagi manusia di zaman kita. Tanpa sadar, sebagian manusia mempertaruhkan keselamatannya dalam segala kenikmatan yang ditawarkan itu.

Memikul diri sendiri itu tidaklah gampang. Semakin banyak keinginan akan kenikmatan, kenyamanan, kemudahan, dan keenakan, semakin berat pula salib itu akan terasa. Meletakkan salib, yang berarti menyerah pada hasrat akan kenikmatan, menjadi godaan terbesar bagi orang-orang yang hendak mengikut Kristus. Memikul diri sendiri, dengan melepaskan pelbagai keinginan dan hasrat, yang kerap bukanlah kebutuhan pokok kodrati, menjadi jalan yang kita pilih guna memperoleh keselamatan yang dijanjikan Kristus. (Fr. Bonar Sinabariba)

Ekaristi Hari ini: KAMIS SESUDAH RABU ABU, 2 Maret 2017…. Klik disini!!

Tinggalkan Balasan