Mendengarkan dan Melaksanakannya (Renungan KAMIS BIASA XXIX, 20 Oktober 2016 Oleh Fr. Fr. Jon Mezer Manullang)
Mendengarkan dan Melaksanakannya
Saudara-saudari terkasih setiap diantara kita selalu menginginkan atau mengharapkan rasa damai, rukun, dan tenteram. Rasa damai itu akan dapat dirasakan apabila tidak ada yang mengganggu, atau bahkan yang merusak kehidupan kita. baik dalam diri kita sendiri maupun bersama dengan yang lain. Kalau bisa kita harus menghindari ketegangan atau pertentangan atau permusuhan dengan yang lain, karena hal itu akan mengganggu diri dan pikran kita, rasa-rasanya jika ada suatu permasalahan sedapat mungkin harus diselesaikan atau dibicarakan dengan damai.
Saudara-saudari terkasih, kalau kita renungkan secara sekilas apa yang dikatakan Yesus dalam misiNya ke dunia untuk menyelamatkan manusia mungkin tidak masuk akal bagi kita ketika kita membaca dalam injilNya hari ini. Bagaimana mungkin, kehadiran Yesus ke dunia ini tidak membawa damai? Bukankah Ia adalah sumber kasih dan perdamaian? Tetapi kalau kita amati di ayat-ayat sebelumnya, Yesus datang melemparkan api ke bumi dan Dia mengharapkan agar api itu tetap menyala. Kata “api” dapat dilukiskan dengan kasih Allah terhadap dunia (lih Ul 4:24), dan kasih itu dibagikan juga kepada sesama. Dengan kasihNya, Ia menyerahkan nyawaNya bagi kita. Kita sebagai murid-murid Kristus diharapkan juga hidup dalam api Roh Kudus yakni, dengan mengasihi sesama kita seperti Kristus mengasihi kita.
Kedatangan Yesus ke dunia mendapat pertentangan dari kedua belah pihak. Ada yang menerima Dia dan ajaranNya, dan ada juga menentang Kristus dan ajaranNya. Pertentangan ini akibat dari tanggapan yang berbeda-beda akan ajaran Kristus. Seperti halnya yang kita alami sekarang ini, ada nilai-nilai yang berbeda yang diajarkan oleh Tuhan dan yang diajarkan oleh dunia. Misalnya, sabda Allah bukan lagi sebagai sabda Allah tetapi menjadi sebagai ‘sabda manusia’ yang dipahami dengan kekuatan pikiran diri sendiri saja tanpa harus memohon petunjuk dari Roh Kudus untuk mengarahkan pikirannya akan maksud dari sabda Allah tersebut. Sehingga yang terjadi ialah menjadi nabi-nabi palsu yang menyesatkan. Semoga kita tidak menjadi demikian tetapi, mendengarkan sabdaNya dan melaksanakannya. (Fr. Jon Mezer Manullang)
Ekaristi Hari ini: KAMIS BIASA XXIX, 20 Oktober 2016…. Klik di sini!!