Menebah Dada Tiga Kali
MENEBAH DADA TIGA KALI ketika mengucapkan, ‘saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa’ pada doa tobat ‘Saya mengaku…’ di awal Perayaan Ekaristi atau perayaan liturgy lainnya.
Dalam rangka liturgi, menebah dada adalah simbol penyesalan atas dosa. Menebah dada juga merupakan ungkapan penyesalan diri dan ketidakpantasan di hadapan Allah (bdk. Luk 18:13). Dari pengamatan sekilas, praktik yang terjadi cukup bervariasi: ada yang meletakkan telapak tangan di dada selama mengucapkan ‘Saya mengaku…’, ada yang menebah dada sekali saja ketika mengucapkan ‘saya berdosa’ pertama kali, ada yang menebah dada dua kali, selain sebagian besar umat yang sudah mempraktikkan menebah dada tiga kali ketika mengucapkan ‘saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa’.
Ditilik dari maknanya, menebah dada ternyata memiliki maksud yang luhur, yaitu ketidakpantasan di hadapan Allah dan penyesalan atas dosa. Praktik ini kita lakukan di awal Perayaan Ekaristi atau perayaan sakramen dan ibadat lainnya, sebagai ungkapan persiapan diri secara utuh agar pantas menghadap Tuhan, untuk bermadah dan bermohon kepada-Nya. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita melakukannya dengan sempurna, agar kebaktian kita berkenan pada Allah. Kesempurnaan itu antara lain diungkapkan dengan sikap batin yang sungguh, khusuk dan khidmat, serta ketika mengucapkan saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa diikuti dengan tindakan menebah dada sebanyak tiga kali.