Menjadi Pribadi Yang Bijaksana (Renungan SELASA 21 JUNI 2016: Peringatan Wajib Santo Alosius Gonzaga, biarawan, 1568-1591 Oleh Fr. Andreas Salamanang)

Menjadi Pribadi Yang Bijaksana

Bacaan I          : 2 Raj 19:9b-11,14-21,31-35a,36
Bacaan Injil   : Mat 7:6,12-14

Saudara-saudari, pengetahuan tidak dengan sendirinya membuat seseorang menjadi bijak. Kebijaksanaan itu tidak hanya sekedar tahu dan mengerti sesuatu. Namun lebih dari pada itu yakni bagaimana seorang pribadi mampu bersikap bijaksana ketika berhadapan dengan berbagai persoalan dan situasi hidup yang dialaminya. Semakin seseorang mengolah pengetahuannya dengan baik dalam tingkah laku yang baik, maka ia akan semakin bijak. Sebaliknya, pengetahuan yang baik tanpa diamalkan dalam tindakan yang baik, segalanya akan menjadi kurang berarti. Orang tahu mana yang baik namun dalam realitanya pengetahuan sering digunakan untuk mencari alasan guna membenarkan diri sendiri.

Dalam bacaan pertama sangat jelas dilukiskan bagaimana Allah membawa dan menyelamatkan bangsa Israel. Allah melindungi mereka ketika dalam situasi sulit bahkan menyelamatkan mereka terhadap berbagai persoalan hidup yang mereka hadapi. Sedangkan Injil berbicara bagaimana menjadi orang yang bijaksana. Bijaksana berarti mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. menjadi pribadi yang bijaksana sangat penting dalam kehidupan seorang Kristiani. Maka perlu menimba kebijaksanaan dari Allah yang adalah Kasih, agar kita mampu memuji Allah dengan selayaknya, menghargai sesama dan menghadapi kegetiran hidup dengan penuh keyakinan.

Hidup adalah pilihan dan setiap pilihan pasti ada tantangan dan konsekuensinya. Namun dalam situasi itulah kita justru semakin mampu melihat segala sesuatu dengan kaca mata iman kita. Dalam Injil dikatakan bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. Secara tidak langsung ayat ini berbicara mengenai cinta kasih. Setiap orang yang dipenuhi dengan cinta pasti bijaksana. Sebab seseorang tidak akan mungkin bijaksana jika tanpa adanya cinta. Dengan cinta seseorang mampu memaafkan kesalahan orang lain.

Menjadi pribadi yang bijaksana memang tidak mudah, akan tetapi bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Maka untuk mendapatkan segala sesuatu yang kita harapkan dari orang lain, hendaknya kita juga membuatnya terlebih dahulu. Realitas ini tidak bermaksud ingin mendapatkan balasan maupun imbalan dari tindakan kita kepada orang lain melainkan lebih pada bagaimana kita membangun suatu relasi yang harmoni. Hidup terasa lebih indah jika kita saling mengasihi satu dengan yang lain. (Fr. Andreas Salamanang)

Liturgi Hari ini: SELASA 21 JUNI 2016: Peringatan Wajib Santo Alosius Gonzaga (biarawan, 1568-1591)…. Klik disini!!

Tinggalkan Balasan