MINGGU BIASA XXII-A, 30 Agustus 2020

HARI MINGGU BIASA XXII-A
Menghayati Hidup dalam Ekaristi/Menghayati Ekaristi dalam Hidup

Menurut kodratnya manusia selalu mencari pemecahan yang paling mudah. Ia tahu akan tugasnya, yang sering sulit dan mencekam dan ia mengenal pula kelemahannya. Namun secara spontan ia cendrung untuk setiap kali meninggalkannya. Tetapi akhirnya ia akan berhasil, kalau mau memberanikan diri mengurbankan kepastian-kepastian sekarang demi masa depan yang masih samar-samar. Dengan perjuangan dan penderitaan ia akan mengalami perkembangan dirinya yang sangat indah.
Untuk memperoleh hidup kita harus mengurbankannya. Dalam bentuk paradox ini Yesus menanyakan kepada para pengikut-Nya tentang arti sedalam-dalamnya hidup itu. Untuk siapakah kita hidup? Ia mewartakan suatu cara hidup yang baru, yaitu hidup yang diserahkan demi orang lain. Di sinilah letak nilai barunya. Penderitaan lalu penuh arti; ketaatan membebaskan; kematian membawa hidup.

Antifon Pembukaan –(Mzm 86:3,5)

Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Engkau baik hati, ya Tuhan, dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.

Pengantar

Meskipun ada orang yang tak pernah puas dengan apa yang telah dicapainya, namun ada pula yang merasa tak mampu menghadapi hidup. Nabi Yeremia adalah salah seorang di antara mereka yang terakhir itu. Ia dikuasai sepenuhnya oleh Tuhan, tetapi ia tidak mampu menghadapi masyarakat di sekitarnya, meskipun ada api yang menyala di dalam hatinya untuk mewartakan sabda Allah.
Yesus pun mengalami godaan untuk menghindari kesulitan-kesulitan. Tetapi Ia tidak membiarkan diri-Nya dikuasai oleh pertimbangan-pertimbangan insani, sebab panggilan-Nya adalah melaksanakan kehendak Allah.
Kita diundang ke perjamuan ini, diundang untuk mengikuti Kirstus, mengingkari diri dan mengangkat salib kita masing-masing. Maka kita akan dikuasai oleh kegilaan salib dan akan mewartakan bukan kata-kata kita, melainkan sabda Yesus.

Seruan Tobat

Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana Nabi Yeremia Engkau telah melaksanakan kehendak Bapa, sekalipun diejek dan dicemoohkan orang.
Tuhan, kasihanilah kami.

Seluruh hidup-Mu merupakan ibadat kepada Tuhan, suatu liturgi hidup, sebab Engkau telah mengurbankan diri kepada Bapa.
Kristus, kasihanilah kami.

Engkau telah menyatakan bahwa kehilangan hidup dengan ambisi dan egoismenya adalah suatu kemenangan.
Tuhan, kasihanilah kami.

Doa Pembukaan

Marilah bedoa:
Allah Yang Mahakuasa, Engkaulah sumber dan asal segala yang baik. Bangkitkanlah dalam diri kami kasih akan Dikau dan tambahkanlah iman kami. Semoga Engkau memupuk benih-benih yang baik dalam diri kami dan memeliharanya sampai menghasilkan buah. Dengan pengantaraan Yesus, Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin.

Bacaan Pertama – Yeremia 20:7-9
Beratnya tugas perutusan terkadang membuat seseorang mengeluh dan ingin lari dari tanggung jawabnya. Situasi ini pun dialami oleh Yeremia. Sebagai nabi pilihan, ia pun merasa berat dan berusaha memberontak dari tugas perutusannya itu. Tetapi, ia sudah terbelenggu oleh Allah dan tiadak dapat melarikan diri. Ia pun menyerah kepada Allah yang telah mengutusnya.

“Firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari”

Pembacaan dari Kitab Yeremia:
Kata Nabi Yeremia, “Engkau telah membujuk aku, ya Tuhan, dan aku telah membiarkan diriku Kaubujuk. Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semua orang mengolok-olokkan aku. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru, “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari. Tetapi apabila aku berpikir, ‘Aku tidak mau mengingat Tuhan, dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.

Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

Tanggapan – Mazmur 63:2.3-4.5-6.8-9; Ref: 2b,

Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan, ingin melihat wajah Allah.

Mazmur:
 1. Ya Allah Engkaulah Allahku, kucari-cari dan kudambakan Engkau jiwaku menghauskan Tuhanku laksana gurun gersang, tandus tanpa air.
 2. Semoga hamba boleh memandang Tuhanku melihat kemuliaan-Mu yang besar Cinta-Mu lebih berharga daripada hidup hendaknya mulutku memuji-Mu.
 3. Demikianlah sepanjang hidupku aku hendak menghormati Engkau. Jiwaku dikenyangkan dengan lemak dan sumsum, aku bersorak-sorai dan memuji-muji.
 4. Jiwaku melekat pada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku. Sungguh Engkau melulu yang menolong dan di bawah sayap-Mu sentosalah aku.

Bacaan Kedua – Roma 12:1-2
Tubuh adalah Bait Allah. Karenanya perlu dijaga kekudusannya. Dengan tegas, Paulus mengajak jemaat untuk “mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah”. Dengan menguduskan diri, maka jemaat akan semakin berkenan di hadapan Allah dan akan semakin mengerti kehendak Allah dalam setiap dimensi kehidupan.

“Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup.”

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah. Itulah ibadahmu yang sejati! Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, mana yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL

S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi mata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita.
U: Alleluya.

Bacaan Injil – Matius 16:21-27
Dengan tegas Yesus memberikan syarat untuk menjadi murid, “…menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikuti Aku”. Untuk sampai pada taraf ini, aa sebuah tantangan yaitu bagaiman belajar untuk sepikiran dengan Allah. Petrus jatuh bangun untuk mencapai taraf ini, mengapa? Sebab Petrus masih menggunakan pola dan keangka pikirnya sendiri. Pola dan kerangka pikir sendiri inilah yang menghalangi Petrus untuk melihat misteri rencana keselamatan Allah.

“Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Sekali peristiwa Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, katanya, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau!” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya. Pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya.”

Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus

Doa Umat

Tuhan Yesus bersabda, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku”. Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa kita dengan perantaraan Yesus, agar kita mampu selalu ikut serta-Nya dalam setiap langkah hidup kita.

Bagi para pemimpin Gereja.
Semoga Allah Bapa mendampingi dan menuntun langkah para pemimpin Gereja dalam bersaksi sebagai pengikut Yesus yang tulus dengan menyangkal diri dan memanggul salib.
Marilah kita mohon, …
Tuhan, Engkaulah tumpuan harapan dan keselamatan kami.

Bagi para pejabat pemerintahan.
Semoga Allah Bapa Yang Mahabijaksana meneguhkan dan menggerakkan para pejabat pemerintahan untuk selalu berjuang melayani masyarakat sesuai dengan kehendak-Mu.
Marilah kita mohon, …
Tuhan, Engkaulah tumpuan harapan dan keselamatan kami.

Bagi para penderita
Semoga Allah Bapa Mahakasih mendampingi para penderita untuk menerima ajakan Kristus dalam menyangkal diri dan memanggul salib, sehingga mereka menyadari bahwa penderitaan mereka pun menjadi bagian dari jalan untuk selalu setia kepada-Mu.
Marilah kita mohon, …
Tuhan, Engkaulah tumpuan harapan dan keselamatan kami.

Bagi kita semua di sini.
Semoga Allah Bapa Mahasetia membimbing kami semua dalam setiap langkah hidp kami sehingga semakin teguh dan setia dalam mengikuti Kristus dengan menyangkal diri dan memanggul salib kami masing-masing.
Marilah kita mohon, …
Tuhan, Engkaulah tumpuan harapan dan keselamatan kami.

Allah Bapa Yang Mahakuasa dan kekal, Engkaulah Tuhan yang penuh kasih dan setia. Dengarkanlah dan kabulkanlah doa-doa kami ini dan perkenankanlah kami semakin dijiwai oleh Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin.

Doa Persembahan

Ya Allah, kuduskanlah persembahan ini. Semoga karya penyelamatan yang terlaksana dalam sakramen ini, digenapi dalam hidup kami berkat kuasa-Mu. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
Amin

Antifon Komuni – Mazmur 31:20

Betapa berlimpahlah kebaikan-Mu, ya Tuhan, yang Engkau sediakan bagi orang yang takut akan Dikau.

Doa Sesudah Komuni

Marilah berdoa:
Ya Allah, kami telah Engkau segarkan dengan roti perjamuan surgawi. Kami mohon agar santapan cinta kasih ini meneguhkan hati kami dan mendorong kami untuk melayani
Dikau dalam diri saudara-saudara kami. Sebab, Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Amin

Tinggalkan Balasan