Misi di Jantung Hati Iman Kristiani (Pesan Minggu Misi Sedunia 2017)
UNTUK HARI MINGGU MISI SEDUNIA 2017
“Misi di Jantung Hati Iman Kristiani”
Saudari-saudara terkasih,
Sekali lagi tahun ini, Hari Minggu Misi Sedunia menyatukan kita bersama di sekeliling pribadi Yesus, “Penginjil pertama dan terbesar” (Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi, 7), yang terus menerus mengutus kita untuk mewartakan Injil cinta Allah Bapa dalam kuasa Roh Kudus. Hari Minggu Misi ini mengundang kita untuk merenungkan kembali misi di jantung hati iman Kristiani. Gereja pada hakikatnya bersifat misioner; jika tidak demikian, ia tidak lagi Gereja Kristus, tetapi satu kelompok di antara sekian banyak yang lain yang segera berakhir maksud tujuan pelayanannya dan kemudian mati. Untuk itu, pentinglah bertanya pada diri kita sendiri tentang identitas iman Kristiani dan tanggung jawab kita sebagai umat beriman di dunia yang ditandai oleh kebingungan, ketidakpuasan dan frustrasi, serta tangisan karena banyaknya perang saudara yang menyasar orang-orang tidak berdosa secara tidak adil. Apa dasar misi kita? Apa pokok misi kita? Cara-cara seperti apa yang dibutuhkan untuk menjalankan misi kita?
Misi dan daya pembaruan Injil Kristus, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup
1. Misi Gereja, yang ditujukan kepada semua pria dan wanita yang berkehendak baik, didasarkan pada daya pembaruan Injil. Injil adalah Kabar Baik yang dipenuhi dengan sukacita yang mudah menjalar, karena memuat dan memberikan hidup baru: hidup Kristus yang bangkit yang, dengan mencurahkan Roh-Nya, menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup bagi kita (bdk. Yoh 14:6). Dia adalah Jalan yang mengundang kita untuk mengikuti-Nya dengan keyakinan dan keberanian. Sepanjang mengikuti Yesus sebagai Jalan, kita mengalami Kebenaran dan menerima Hidup-Nya, yang merupakan kepenuhan kesatuan dengan Allah Bapa dalam kuasa Roh Kudus. Hidup itu membebaskan kita dari segala bentuk keegoisan, dan merupakan sumber daya cipta dalam cinta.
2. Allah Bapa menghendaki pembaruan eksistensial dari anak-anak-Nya, sebuah pembaruan yang menemukan ungkapannya dalam penyembahan dalam roh dan kebenaran (bdk. Yoh 4:23-24), melalui hidup yang dibimbing oleh Roh Kudus dalam menyerupai Yesus Sang Putera kepada kemuliaan Allah Bapa. “Kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup” (Irenaeus, Adversus Haereses IV, 20, 7). Pewartaan Injil dengan demikian menjadi kata yang vital dan berdaya guna yang mengerjakan apa yang diwartakannya (bdk. Yes 55:10-11): Yesus Kristus, yang menjadi daging di setiap situasi kemanusiaan (bdk. Yoh 1:14).
Misi dan kairos Kristus
3. Misi Gereja bukan untuk menyebarluaskan ideologi religius, apalagi mengajukan suatu ajaran etis yang tinggi. Banyak gerakan di belahan dunia ini memberikan inspirasi cita-cita yang tinggi atau cara-cara untuk menghayati hidup yang bermakna. Melalui misi Gereja, Yesus Kristus sendiri terus menerus berevangelisasi dan bertindak; misinya dalam perjalanan sejarah menghadirkan kairos, waktu keselamatan yang tepat. Melalui pewartaan Injil, Yesus yang bangkit menjadi orang sejaman kita, sehingga orang-orang yang menerima-Nya dengan iman dan cinta dapat mengalami daya pembaruan Roh-Nya, yang membuat umat manusia dan seluruh ciptaan berbuah limpah, bahkan seperti hujan yang mengairi bumi. “Kebangkitan Kristus bukanlah suatu peristiwa masa lampau; peristiwa itu mengandung kekuatan vital yang telah meresapi dunia ini. Di mana segalanya tampak mati, tanda-tanda kebangkitan tiba-tiba muncul. Ini adalah daya kekuatan yang tidak dapat ditolak” (Evangelii Gaudium, 276).
4. Jangan pernah lupa bahwa “menjadi Kristiani bukan hasil dari sebuah pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seorang Pribadi, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan arah yang menentukan” (Benediktus XVI, Deus Caritas Est, 1). Injil adalah Pribadi yang terus menerus memberikan diri-Nya dan mengundang mereka yang menerima-Nya dengan iman dan kerendahan hati untuk membagikan hidup-Nya dengan ikut ambil bagian secara efektif dalam misteri Paskah wafat dan kebangkitan-Nya. Melalui Pembaptisan, Injil menjadi sumber hidup baru, pembebasan dari kuasa dosa, diterangi dan dibarui oleh Roh Kudus. Melalui Penguatan, Injil menjadi urapan yang menguatkan yang, melalui Roh yang sama, menunjukkan cara-cara dan strategi-strategi untuk kesaksian dan penyertaan. Melalui Ekaristi, Injil menjadi santapan bagi kehidupan baru, suatu “obat keabadian” (Ignatius dari Antiokhia, Ad Ephesios, 20, 2).
5. Dunia sangat membutuhkan Injil Yesus Kristus. Melalui Gereja, Kristus melanjutkan misi-Nya sebagai Orang Samaria yang baik hati, merawat luka-luka umat manusia yang berlumur darah, dan sebagai Gembala yang baik, terus-menerus mencari mereka yang berjalan di sepanjang jalan yang berliku-liku dan tak menentu. Syukur kepada Allah, banyak pengalaman bermakna terus memberikan kesaksian akan daya pembaruan Injil. Saya memikirkan tindakan murid Dinka yang memberikan nyawanya sendiri untuk melindungi seorang pelajar yang akan dibunuh dari kelompok musuh suku Nuer. Saya memikirkan perayaan Ekaristi di Kitgum, di Uganda Utara, di mana, setelah pembantaian brutal oleh sekelompok pemberontak, seorang misionaris membuat orang-orang mengulangi kata-kata Yesus di salib: “Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” sebagai ungkapan jeritan putus asa dari para saudari dan saudara Tuhan yang tersalib. Bagi umat tersebut, perayaan itu adalah sumber penghiburan dan keberanian yang luar biasa. Kita dapat memikirkan juga begitu banyak kesaksian iman yang tak terhitung jumlahnya tentang bagaimana Injil membantu mengatasi kesesakan, konflik, rasisme, kesukuan, dan mempromosikan perdamaian, persaudaraan dan tindakan berbagi di mana-mana dan di antara semua orang.
Misi mengilhami spiritualitas eksodus, peziarahan, dan pengasingan terus-menerus
6. Misi Gereja disemarakkan oleh spiritualitas eksodus yang terus-menerus. Kita diminta “untuk pergi keluar dari zona nyaman kita sendiri untuk menjangkau semua ‘pinggiran’ yang membutuhkan terang Injil” (Evangelii Gaudium, 20). Misi Gereja mendorong kita untuk melakukan peziarahan terus-menerus melintasi berbagai padang gurun kehidupan, melewati beragam pengalaman lapar dan haus akan kebenaran dan keadilan. Misi Gereja mengantar pada rasa keterasingan terus-menerus, untuk menyadarkan kita, dalam kehausan akan yang tidak terbatas, bahwa kita adalah orang-orang terasing yang sedang berjalan menuju rumah kediaman akhir kita, yang berada pada tegangan Kerajaan Surga antara “sudah” dan “belum”.
7. Misi mengingatkan Gereja bahwa ia bukanlah akhir dari dirinya sendiri, tetapi merupakan alat dan perantara sahaja dari Kerajaan Allah. Gereja yang mengarah pada dirinya sendiri, dengan ukuran kesuksesan duniawi, bukan lah Gereja Kristus, Tubuh-Nya yang tersalib dan mulia. Itulah mengapa kita seharusnya lebih menyukai “Gereja yang memar, terluka dan kotor karena pergi keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri” (Evangelii Gaudium, 49).
Kaum muda, harapan misi
8. Kaum muda adalah harapan misi. Pribadi Yesus Kristus dan Kabar Baik-Nya yang ia wartakan terus-menerus menarik banyak kaum muda. Mereka mencari cara-cara untuk menempatkan diri mereka sendiri dengan keberanian dan antusiasme pada pelayanan kemanusiaan. “Ada demikian banyak kaum muda yang memberikan bantuan dalam solidaritas untuk menghadapi masalah-masalah dunia dan melakukan berbagai bentuk kegiatan dan kerja sukarela… Betapa indahnya menyaksikan bahwa kaum muda adalah ‘pengkhotbah-pengkhotbah jalanan’, yang dengan sukacita membawa Yesus ke setiap jalan, setiap lapangan kota dan setiap sudut dunia!” (Evangelii Gaudium, 106). Sidang Umum Biasa Sinode Para Uskup yang akan diselenggarakan pada tahun 2018 dengan tema “Kaum Muda, Iman dan Kearifan Panggilan”, menyediakan kesempatan istimewa untuk melibatkan kaum muda dalam tanggung jawab misioner yang membutuhkan kekayaan daya imaginasi dan kreativitas mereka.
Pelayanan Serikat-serikat Karya Kepausan
9. Serikat-serikat Karya Kepausan adalah sarana berharga bagi setiap komunitas Kristiani untuk membangkitkan kesadaran dan hasrat melintasi batas dan kenyamanan diri sendiri untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa. Dalam diri serikat-serikat ini, berkat spiritualitas misioner yang mendalam, yang dipupuk setiap hari, dan berkat komitmen misioner yang teguh untuk membangkitkan kesadaran dan antusiasme misioner, kaum muda, dewasa, keluarga, imam, uskup serta kaum religius pria dan wanita bekerja untuk mengembangkan jiwa misioner dalam diri setiap orang. Hari Minggu Misi Sedunia, yang dipromosikan oleh Serikat Kepausan Pengembangan Iman, merupakan kesempatan bagus untuk memampukan jiwa misioner komunitas-komunitas Kristiani untuk kerjasama dalam doa, kesaksian hidup dan pengumpulan derma, dalam tanggung jawab pada kebutuhan evangelisasi yang luas serta penting dan mendesak
Menjalankan misi bersama Maria, Bunda Evangelisasi
10. Saudari-saudara terkasih, untuk menjalankan misi, marilah kita meneladan Maria, Bunda Evangelisasi. Dia digerakkan oleh Roh Kudus, menyambut Sang Sabda Kehidupan dalam kedalaman imannya yang bersahaja. Semoga Perawan Maria membantu kita untuk mengatakan “YA”, dengan sadar akan mendesaknya menggemakan Kabar Baik Yesus di zaman kita ini. Semoga Bunda Maria memberikan semangat baru untuk membawa kepada setiap orang Kabar Baik kehidupan yang menang atas kematian. Semoga melalui pengantaraannya, kita dapat memperoleh keberanian suci yang diperlukan untuk menemukan cara-cara baru membawa karunia keselamatan kepada semua orang pria dan wanita.
Vatikan, 4 Juni 2017
Hari Raya Pentakosta
Fransiskus
(sumber: KKI – Karya Kepausan Indonesia)