NATAL BERSAMA ORANG-ORANG KESAYANGAN YESUS (MEKAR EDISI DES 2017)

NATAL BERSAMA ORANG-ORANG KESAYANGAN YESUS

Piyung: Mekar, Cha, Gemil, apa yang kamu suka pada hari Natal?
Cha-Cha: Aku suka memakai pakaian dan topi Santa Klaus.
Mekar: Aku suka berfoto dekat gua dan pohon Natal.
Gemil: Aku sih suka dengan semua makanan yang disuguhi keluarga-keluarga di kring kita…ha..ha… semua enak dan bervariasi.
Piyung: Ah, kamu Mil, ketularan penyakit lamaku suka makan tuh!
Mekar: Apakah kita hanya suka pada hal-hal itu saja? Apakah tidak ada hal lain yang lebih berkesan pada saat Natal?
Cha-Cha: Andai saja Sr. Beata mendengar percakapan kita ini, pasti kita akan menjawab, saya bahagia karena Yesus Sang Juruselamat datang ke dunia dan menebus dosa manusia!
Gemil: Itu sudah pasti, Cha! Kita semua bahagia karena Yesus mencintai manusia dan rela menderita demi kebahagiaan manusia.
Mekar: Ya, Yesus rela meninggalkan kesenangan-Nya di Surga di rumah Bapa-Nya, dan berbagi hidup dengan kita. Ia mau merasakan penderitaan kita.
Piyung: Kalau begitu harusnya kita jangan merasakan kebahagiaan Natal itu sendiri, tetapi juga bersama sesama yang berke-susahan. Kita harus rela berbagi seperti Yesus.
Cha-Cha: Hebat kamu, Yung! Ayo kita merayakan Natal bersama orang-orang kesayangan Yesus, bersama keluarga, sahabat dan terutama bersama mereka yang miskin dan menderita.
Piyung, Mekar dan Gemil: Sipppp…. Cha!

NATAL, HARI ULANG TAHUN YESUS

Waktunya telah tiba bagi Putera Allah untuk menjadi manusia oleh karena kasih-Nya kepada kita. Bunda-Nya, Maria, dan St. Yusuf harus meninggalkan rumah mereka di Nazaret dan pergi ke Betlehem. Alasan perjalanan mereka itu ialah karena Kaisar Romawi telah memerintahkan untuk menghitung jumlah seluruh penduduknya.

Setiap keluarga Yahudi harus pergi ke kota asal leluhur mereka. Oleh karena Maria dan Yusuf termasuk keturunan keluarga Raja Daud, mereka harus pergi ke kota Daud yaitu Betlehem. Memang Kaisar yang mengeluarkan perintah, tetapi dengan demikian digenapilah rencana Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di kota Betlehem.

Suatu perjalanan yang panjang serta melelahkan bagi Bunda Maria karena perjalanan itu melewati daerah yang berbukit-bukit. Tetapi Maria tetap tenang dan damai. Ia tahu bahwa ia melaksanakan kehendak Tuhan. Ia bahagia memikirkan Putera Ilahinya yang akan segera lahir. Ketika Maria dan Yusuf tiba di Betlehem, mereka tidak menemukan tempat bagi mereka untuk menginap. Akhirnya, mereka menemukan tempat bernaung di sebuah gua. Di sana, di sebuah kandang yang buruk, Putera Allah dilahirkan pada Hari Natal. Bunda-Nya yang terberkati membungkus-Nya agar hangat serta membaringkan-Nya dalam palungan.

Yesus memilih untuk dilahirkan dalam kemiskinan seperti itu agar kita dapat belajar untuk tidak mengejar kekayaan serta kenikmatan. Pada malam Yesus dilahirkan, Tuhan mengutus para malaikat-Nya untuk mewartakan kelahiran-Nya. Para malaikat tidak diutus kepada Kaisar atau pun Raja. Mereka juga bahkan tidak diutus kepada para tabib terpelajar atau pun imam-imam kepala. Mereka diutus kepada para gembala yang miskin dan sederhana. Para gembala itu sedang menjaga kawanan dombanya di sebuah bukit dekat Betleham. Segera sesudah mereka mendengar kabar sukacita dari para malaikat, mereka bergegas datang untuk menyembah sang Juruselamat dunia. Kemudian mereka pulang sambil memuji serta memuliakan Tuhan.

Para nabi besar dalam Perjanjian Lama merasa berbahagia dengan janji Tuhan bahwa suatu hari kelak Juruselamat akan datang ke dunia. Sekarang Ia telah lahir di tengah-tengah kita. Kristus datang bagi kita semua. Kitab Suci mengatakan: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal”. Jika mereka yang hidup dengan pengharapan akan kedatangan-Nya merasa bahagia, betapa terlebih lagi kita harus bersukacita. Kita memiliki ajaran-ajaran-Nya, Gereja-Nya dan bahkan Yesus sendiri hadir di altar kita pada setiap Perayaan Ekaristi. Natal adalah saat di mana kita lebih menyadari dari sebelumnya, betapa Tuhan sungguh amat mengasihi kita.

Tinggalkan Balasan