Orang Kaya yang Miskin (Renungan Pw. Ignasius dr Antiokhia, Senin 17 Oktober 2016 Oleh Fr. Marudut Xaverius Nainggolan)

Orang Kaya yang Miskin
Pw. Ignasius dr Antiokhia (Senin, 17-Oktober-2016)
Ef.2:1-10Mzm.100:2,3,4,5
Luk.12:13-21.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini Yesus menyapa kita lewat sebuah perumpamaan mengenai seorang kaya yang menimbun seluruh harta kekayaannya. Si orang kaya dalam perumpamaan  juga merasa diri sudah cukup dengan segala kelimpahan harta duniawi yang dimilikinya tersebut. Namun sebelum Yesus memberikan perumpamaan tentang si orang kaya telah lebih dahulu ditampilkan seseorang yang meminta bagian harta warisan saudaranya dengan maksud menjadikan Yesus sebagai perantara.

Terdapat dua sikap yang sama. Adalah ketamakan yang tampak dalam diri orang yang meminta bagain harta warisan saudaranya dan dalam perumpamaan si orang kaya. Harta dunia yang “dipersoalkan” orang pertama muncul dari sikap kikir yang dimilikinya, sikap kikir itu terbukti melalui permohonannya kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan degan aku”. Ada sikap yang sangat kuat untuk memiliki kekayaan saudaranya dalam diri orang tersebut, sampai-sampai ia pun secara tidak langsung menjadikan Yesus sebagai hakim atas perkara harta warisan dan kekayaan.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, sebagai pengikut Kristus kita dilimpahkan beragam rahmat. Melalui rahmat tersebut kita diundang untuk mampu hidup seturut dengan kehendakNya melalui setiap sabda yang dibagikanNya. Hidup sederhana dan sejahtera merupakan ajakan yang diserukan bagi kita. Akan menjadi salah apabila kita hidup dalam segala kelimpahan yang nyatanya mendekatkan diri pada sikap tamak dan kikir serta tidak menjanjikan suatu cara hidup yang seturut kehendak Allah.

Si orang kaya yang bodoh ternyata miskin di hadapan Allah. Mengapa ? Sebab ia telah membatasi jiwanya hanya untuk menikmati hal- hal yang duniawi. Ia lupa bahwa rahmat kehidupan yang dimilikinya berasal dan miliki Allah. Hendaknya sikap bersyukur dan rendah hati patut kita kembalikan kepada Allah yang telah memberikan kita rahmat untuk hidup dan rahmat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan sikap seperti itu kita telah mampu untuk memenuhi kebutuhan jiwa yang pantas untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Bagi Tuhan tidak penting perihal ukuran harta kekayaan yang kita miliki. Harta yang perlu kita kumpulkan yang penting bagi Tuhan ialah kesetiaan dan kemantaban jiwa kita dalam mengimani Tuhan, Yesus Kristus. (Fr. Marudut Xaverius Nainggolan)

Tinggalkan Balasan