Orang Muda Bersekutu dalam Pelayanan (Pertemuan OMK se-Rawil Riau)
Orang Muda Bersekutu dalam Pelayanan
Pelayanan Gereja bukanlah hanya dengan memberi seperti sepotong coklat saja, tetapi lebih untuk mengarahkan umat terutama Orang Muda Katolik (OMK) kepada Yesus, supaya berbuah limpah. Demikian disampaikan oleh Uskup Keuskupan Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap. dalam homili perayaan Ekaristi penutupan kegiatan pembinaan OMK se-Rawil Riau di Paroki Santo Yohanes Pembabtis Perawang, 23-26 Juni 2016. Pertemuan yang diikuti oleh sekitar 600an OMK dari 10 paroki sewilayah Riau daratan ini mengambil tema bersekutu dalam iman dan pelayanan.
Lebih jauh Bapa Uskup menyampaikan bahwa buah yang berlimpah itu berupa cinta yang akan menjadikan hidup kita lebih baik dan benar. Semuanya itu harus hadir melalui kesadaran dari dalam diri sendiri, tanpa paksaan dari siapapun. Sehingga akan menghasilkan pelayanan yang sungguh-sungguh seperti Yesus. “Maka OMK harus bisa memilih Yesus walau memiliki “salib” tersendiri, namun akan datang kebangkitan yang penuh damai sejahtera dan sukacita. Pelayanan yang penuh iman dalam pergaulan dan pekerjaan akan menghadirkan sukacita dan kegembiraan bagi sesama,” kata Bapa Uskup
Pertemuan OMK se-Rawil ini dikemas dalam bentuk pembinaan iman seperti Ibadat harian, perayaan ekaristi harian, sakramen tobat dan doa rosario, juga disampaikan pemaparan materi dan kegiatan outbound serta perlombaan-perlombaan. Sebagai pembicara pertama, ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Padang P. Riduan Fransiskus Naibaho Pr. memaparkan pengertian Allah yang mewahyukan diri-Nya, diterima oleh manusia yang beriman, dan juga menjelaskan OMK di dalam Gereja dan pelayanannya. “Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya, menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya dan bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya,”ungkap P. Riduan. Lebih lanjut Imam Diosesan Keuskupan Padang ini menjelaskan arti, sifat, dan nilai-nilai yang terkandung didalam Iman sebagai pengalaman hubungan dengan Allah.
Pada sesi selanjutnya P. Riduan lebih menekankan tentang apa dan siapa OMK serta bagaimana pengembangan diri OMK ditengah Gereja, hingga OMK bisa memiliki jiwa pelayanan Gerejawi yang sejati. Sebagaimana Gereja tidak (boleh) membanggakan pelayanannya, maka OMK juga harus mengakui dirinya sebagai “hamba tidak berguna”. Kerendahan hati ini pun bukan sesuatu yang amat istimewa, melainkan sikap realistis yang mengakui keterbatasan segala usaha manusia. “Rasa rendah diri, tidak memiliki otoritas, dan takut ditolak merupakan penghambat yang bisa membuat pelayanan dari dan untuk orang muda menjadi berhenti. Tetapi jika kita mengandalkan dan berserah kepada Allah maka semuanya akan dipermudah. Kita memang tidak mampu, tetapi Allah adalah kemampuan kita,” tutup P. Riduan.
Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Padang, P. Anton Konseng Pr. memaparkan mengenai persekutuan dalam keluarga sebagai suatu sukacita Injil. Sebagai OMK, kita harus menjadi bagian keluarga yang mencerminkan sukacita Injil, baik sekarang sebagai anak, ataupun ketika nanti bersatu menjadi keluarga baru. Semuanya itu bisa dilaksanakan dengan mencontoh keluarga Kudus Nazaret. Pada sesi ini, peserta lebih banyak sharing mengenai kehidupan keluarganya, bahkan ada seorang peserta yang sharing mengenai kehidupan keluarganya yang terpecah. Pada kesempatan ini juga, dr. Scholastica Sinta Buana, pembina OMK Santa Maria A Fatima Pekanbaru, juga berbagi mengenai bagaimana kehidupan keluarga ketika suaminya meninggal dunia. “Semua diserahkan kepada Allah, kita harus yakin bahwa segala sesuatu rencana Allah baik adanya. Hingga saya dan anak-anak bisa tegar menghadapinya,”ungkap dr. Sinta panggilan akrabnya. P. Anton juga memberikan masukan agar OMK tidak hanya berkutat disekitar altar dan pergaulan mereka saja, tetapi juga harus bisa masuk ke tengah masyarakat, baik dalam dunia politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Karena saat ini, terkesan hanya menjadi milik PMKRI dan Pemuda Katolik saja.
Ada beberapa perlombaan yang diadakan dalam kegiatan ini, seperti lomba paduan suara, lomba gerak dan lagu, voli putra dan putri, dan tarik tambang. Keluar sebagai pemenang lomba paduan suara OMK Paroki Santo Paulus Pekanbaru sebagai juara 1 dan dari OMK St. Yohanes Pembabtis Perawang juara 2, sebagai juara 3 OMK St. Maria A Fatima Pekanbaru. OMK St. Teresia Air Molek tampil sebagai juara pertama voli putra diikuti OMK St. Maria Ratu Rosari Bagan Batu dan OMK St. Yosef Duri sebagai juara kedua dan ketiga. Sedangkan pada voli putri dimenangkan oleh OMK St. Ignatius Pasir Pangarayan sebagai juara 1 dan OMK St. Paulus serta OMK St. Maria A Fatima Pekanbaru sebagai juara 2 dan 3. Pada Gerak lagu, juara pertama OMK St. Teresia Air Molek, juara kedua OMK St. Paulus Pekanbaru, juara ketiga OMK St. Yohanes Pembabtis Perawang. Lomba tarik tambang dimenangkan oleh OMK St. Paulus Pekanbaru sebagai juara 1, OMK St. Teresia Air Molek juara kedua dan juara ketiga OMK St. Maria A Fatima.
Pada malam terakhir pertemuan, OMK dari masing-masing paroki menampilkan pentas seni seperti vokal group, tarian modren, tarian kolosal, pantomim, drama musikal dan tarian daerah Rentak Bulian dari Suku Talang Mamak.