Perkawinan Katolik: Panggilan dan Tantangannya

Perkawinan Katolik: Panggilan dan Tantangannya

ekar-1Sekitar 130-an Orang Muda Katolik kota Padang, yang terdiri dari karyawan-karyawati dan mahasiswa-i ini yang kebayakan berasal dari Paroki St. Fransiskus Asisi dan Paroki Bunda Yesus Tirtonadi, berkumpul bersama di wisma Bergamin – Padang untuk mengadakan acara paskah bersama. Paskah bersama ini, dengan tema: “Perkawinan Katolik: Panggilan dan Tantangannya”, dimulai pukul 8.00 Wib dalam Ekaristi Kudus bersama yang langsung dipimpin oleh P. Anton Konseng, Pr. Dalam homilinya, Paston Anton mensharingkan pengalamannya yang pernah menderita serangan jantung. Sharing tersebut dimaksud untuk mengajak seluruh peserta agar memaknai hidupnya selagi muda dan menjadi saksi kebangkitan Kristus melalui pengalaman hidup sehari-hari. Keistimewaan Ekaristi yang sungguh disiapkan tampak melalui koor yang dibawakan oleh PMKRI St. Anselmus Padang. pmkrikoor

Seusai perayaan Ekaristi dan pembagian snack, team Komkep yakni Bernadeth Felvi dan kawan-kawan kembali menghidupkan suasana melalui gerak dan lagu. Setelahnya, Pembawa Acara Agnes Meliana Sinaga, mempersilahkan nara sumber menuju tempat yang sudah disiapkan. Sesi pertama dimulai pukul 10.00-12.00 Wib. Dalam sesi ini Pastor Anton yang melayani sebagai ketua Komisi Keluarga Keuskupan Padang menyampaikan bahasan seputar pemilihan pasangan hingga mengambil keputusan untuk masuk ke jenjang perkawinan. Pembahasan cukup menarik bagi seluruh peserta.

Tepat team gerak dan lagupukul 12.00 sesi pertama selesai dan dilanjutkan dengan makan siang hingga pukul 12.45 Wib. Tepat pukul 12.45 ruangan kembali disemarakkan dengan lagu dan gerak “Bagaimana aku harus mengatakannya, perasaan yang ada di hatiku…”. Lagu ini menandakan bahwa sesi kedua dimulai. Dalam sesi ini, Pastor Anton membahas hakekat keluarga dan realitas yang dihadapi. “Keluarga bukan sutau tempat yang sudah “built ini”, yang sudah “jadi”. Tetapi harus “dibongkar-pasang”, dikembangkan terus menerus, agar menjadi sebuah tempat yang harmonis, yang menyenangkan, yang mensejahterakan dan menyelamatkan. Hal ini menjadi lebih menarik karena sesuai dengan perhatian Paus Fransiskus dan menjadi topik bahasan dalam sinode luar biasa tentang keluarga di Vatikan pada 15-19 Oktober 2014 dan akan dilanjutkan dalam sinode biasa Oktober 2015. Namun dalam berbagai kesempatan, juga di dalam anjuran apostoliknya yang pertama, Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus berulangkali mengangkat tema tentang keluarga.
Di bagian akhir acara tampil sepasang suami-istri, Samidi dan Sri, yang mensharingkan pengalaman mereka. Ibu Sri, demikian disapa peserta, menceritakan alasannya jatuh hati kepada Bapak Samidi karena “saleh, rajin berdoa, bertanggunggjawab dan juga ganteng. Ketika memutuskan untuk menikah dengan sayangku ini, saya sadar bahwa saya akan dikucilkan dari keluarga” demikian ungkap Ibu yang akhirnya menjadi Katolik setelah beberapa tahun menikah. Karena kesaksian hidup yang baik, “mereka pelan-pelan menerima kami kembali bahkan menjadikan kami menjadi rujukan dalam berbagai hal” tambahnya.
Bagaimanakan tanggapan peserta terhadap acara ini?
christianti

Christianti, seorang guru di yayasan Prayoga dan sudah mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan di parokinya St. Maria Bunda Yesus dan akan melangsungkan perkawinan di awal Mei 2015 mengungkapkan kesan dan usulnya: “Terima kasih untuk penerangan yang telah diberikan sehingga kami semakin mengerti bahwa perkawinan Katolik itu merupakan perkawinan spiritual yang menjadi perwujudan ilahi, satu tak terpisahkan, persekutuan seumur hidup & sakramental dan untuk mencapai semua itu perlu pengekrisnalan dan saling keterbukaan antara pribadi masing-masing pasangan, serta komitmen dalam menjawab panggilan dan tantangan untuk membentuk keluarga Katolik. Usul: Komisi kepemudaan Keuskupan Padang sering-sering mengadakan kegiatan seperti ini untuk meningkatkan keimanan pribadi muda/katolik kepada Tuhan, khususnya untuk muda/i yang berumur 25 tahun ke atas (terutama yang belum memiliki pasangan dalam memilih pasangan untuk menikah), Komisi Kepemudaan dapat menjadi wadah/mediato bagi muda/i Katolik untuk saling bertemu di tengah kesibukan dalam bekerja yang mengurangi kemampuan sosialisasi, selain untuk kegiatan seminar.

Hal senada juga disampaikan oleh Kris, mahasiswa, Paroki Santo Fransiskus Asisi Padang baru: “Sangat menarik karena banyak mendapat informasi dan pengetahuan tentang perkawinan Katolik yang ditampilkan dengan pengalaman yang sering terjadi, ilmu dan ajaran Gereja, sehingga bisa menjadi pegangan untuk kembali ke masyarakat yang mayoritas berbeda dan memantapkan arah hidup ke depannya untuk membangun keluarga dengan bertanggungjacrishyewab kepada Tuhan. Pemateri sangat pas karena seorang pastor dan banyak pengalaman dengan orang muda dan persoalan keluarga. Usul: Agar ada kegiatan rutin untuk OMK dan KKMK supaya tetap bisa berkumpul dan menjadi pegangan/kekuatan agar tetap di jalan Tuhan sesuai persoalan yang sering terjadi di orang muda seperti pernikahan beda agama, orang muda yang hidup di kelurga yang bermasalah.

Tidak jauh berbeda dengan Yesinta Simanjuntak, Perawat di RS. Yos Sudarso ini mengungkapkan kesan dan usulnya. Kesan: seminar perkawinan baik bagi pembelajaran sebelum menuju perkawinan. Seminar Perkawinan yang dibawa P. Anton sangat menarik dan mudah dimengerti. Usul: Seminar ini baiknya diadakan per paroki.
Chrisye FX Samosir dari paroki Bunda Yesus, berprofesi PNS (Pegawai Negeri Sipil) menuliskan demikian: Kesan saya acaranya bagus, materinya juga sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan/memulai hubungan. Juga membantu orang muda agar tidak salah kaprah dalam menilai ajaran Gereja tentang keluarga & perkawinan. Usul: Diadakan lagi, trus ada starter kitnya juga. Kalau boleh materinya dibagikan ke peserta.

peserta mejeng

Tinggalkan Balasan