Ekaristi Minggu 30 Desember 2018, Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf.

Menghayati hidup Ekaristi

Setiap orang dalam bermacam hal tergantung dari orang lain. Dalam mata rantai hubungan itu seorang individu lambat laun membentuk pribadinya. Tetapi tempat pembentukannya menjadi makhluk sosial itu adalah di dalam keluarga, kenakalan anak kerap kali terjadi di situ pula. Sebaliknya tidak benar pula bisa suatu keluarga tidak mendobrak pengasingannya sendiri. Sebab kebebasan warganya akan dibatasi. Hendaknya mereka membuka diri untuk hubungan-hubungan yang lebih luas. Tetapi hendaknya keluarga tetap merupakan pangkalan yang teraman, bila menghadapi pengalaman pahit dan keadaan yang menghimpit.

Antifon Pembukaan –Lukas 2:16

Para gembala bergegas pergi dan mereka menemukan Maria, Yusuf, dan Sang Bayi yang terbaring di palungan.

Kata Pengantar

Yesus tidak mau dilahirkan sebagai putera Raja, melainkan sebagai orang miskin. Ia mau hidup di dalam keluarga sederhana, keluarga Yosef dan Maria. Dan Ia menjadi pusat keluarga itu. Kita pun diciptakan di dalam keluarga dengan ayah dan ibu, sebuah rumah sebagai tempat tinggal dan gereja tempat kita beribadat pada hari Minggu. Yesuslah di mana-mana yang memegang tali persatuan. Yesuslah yang memberi kedamaian dan cinta kasih, kegembiraan, sehingga patutlah kita bersyukur kepada-Nya. Setiap keluarga, di mana anak-anak berkat cinta kasih orang tua mengenal Allah dan Yesus Putera-Nya, adalah sekelumit kebahagiaan di dunia, sebuah keluarga kudus.

Seruan Tobat

Tuhan Yesus Kristus,
Kehadiran-Mu di tengah keluarga menampakkan Allah-beserta kami dan berkat melimpah.
Tuhan, kasihanilah kami.

Kehadiran-Mu di tengah keluarga menampakkan cinta kasih, hiburan dan tanggung jawab masing-masing anggora.
Kristus, kasihanilah kami

Kehadiran-Mu di tengah keluarga menampakkan kedamaian dan kebahagiaan.
Tuhan, kasihanilah kami.

Doa Pembukaan

Marilah berdoa:
Allah Bapa kami, seumber kebahagiaan, Putera-Mu merasakan keramahan, kemesraan dan kerasan. Di situlah Engkau mengucapkan Sabda Kekal di duni dan menguduskan keluarga tempat Engkau tingga di antara kami. Curahkanlah berkat-Mu kepada setiap rumah. Dan semoga kami hidup damai dan rukun di situ dan saling membagi rejeki.
Demi Yesus Kristus,…

Bacaan Pertama –1 Sam 1:20-22.24-28
Samuel merupakan tokoh amat penting dalam sejarah Bangsa Israel. Ia menjadi imam, nabi, hakim, serta melantik Saul dan Daud menjadi raja. Kehebatannya ini melulu karena karunia Allah. Hana yang semula mandul, di usia tuanya hamil dan melahirkan Samuel. Karena kesadaran akan karunia Allah ini, Hana mempersembahkan Samuel kepada Allah. Sikan Hana ini mendorong setiap orang, lebih-lebih kaum perempuan, untuk mendidik anaknya menjadi “anak-anak Allah” dan rela memberikannya kepada Allah. Untuk itu, seperti Hana, mereka harus tekun mendidik anaknya menjadi sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak orang tuanya, dan bersedia menderita karenanya.

“Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan.”

Bacaan dari Kitab Pertama Samuel (1:20-22.24-28)
Setahun sesudah mempersembahkan kurban di Silo, mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberinya nama Samuel, sebab katanya, “Aku telah memintanya dari Tuhan.” Lalu Elkana, suami Hana, pergi dengan seisi rumahnya untuk mempersembahkan kurban sembelihan tahunan dan kurban nazar kepada Tuhan. Tetapi Hana tidak ikut pergi. Katanya kepada suaminya, “Nanti, apabila anak itu sudah cerai susu, aku akan mengantarkan dia; maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan, dan tinggal di sana seumur hidupnya.” Setelah Samuel disapih oleh ibunya, ia dihantar ke rumah Tuhan di Silo, dan bersama dia dibawalah: seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur. Waktu itu Samuel masih kecil betul. Setelah menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli. Lalu Hana berkata kepada Eli, “Mohon bicara, Tuanku! Demi Tuhanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini, dekat Tuanku, untuk berdoa kepada Tuhan. Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada Tuhan; seumur hidupnya terserahlah anak ini kepada Tuhan.” Lalu sujudlah mereka semua menyembah Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan

Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 84:2-3.5-6.9-10; Ul: 1)

1. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwaku dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.

2. Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Berbahagialah para peziarah yang mendapat kekuatan daripada-Mu, yang bertolak dengan penuh gairah.

3. Ya Tuhan, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga-Mu, ya Allah Yakub. Lihatlah kami, ya Allah perisai kami, pandanglah wajah orang yang Kauurapi!

Bacaan Kedua –1Yohanes 3:1-2.21-24
Banyak maksud yang terkandung di balik istilah “anak Allah”. Dalam surat 1Yohanes, orang-orang beriman disebut anak-anak Allah karena mereka telah dikasihi Allah. Tentu hal ini merupakan kebanggaan. Namun di sisi lain, gelar itu juga membawa konsekuensi, yaitu mereka akan dibenci oleh dunia. Orang-orang beriman pun diajak untuk hidup berdasarkan martabatnya yang luhur, yaitu sebagai anak Allah yang dengan menuruti segalan perintah-Nya. Perintah-Nya adalah supaya mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan saling mengasihi satu dengan yang lain seperti Kristus.

“Kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.”

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-2.21-24)
Saudara-saudaraku terkasih, lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Allah. Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata bagaimana keadaan kita kelak. Akan tetapi kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian penuh iman untuk mendekati Allah. Dan apa saja yang kita minta dari Allah, kita peroleh dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: yakni supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan beginilah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu dalam Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.

Ayat. (Kol 3:15a.16a)
Semoga damai Kristus melimpahi hatimu, semoga sabda Kristus berakar dalam dirimu.

Bacaan Injil –Lukas 2:41-52
Keluarga dalam kisah ini merupakan keluarga yang taat beragama dan saleh. Kendati demikian, banyak hal tetap merupakan misteri bagi Yusuf dan Maria. Yusuf dan Maria belum mengerti apa yang menjadi kehendak Yesus. Di hadapan ahli kitab Yahudi, Yesus memperkenalkan jati diri-Nya. Ia memiliki hikmat dan pengertian yang mendalam tentang Taurat. Sebagai Pribadi yang telah diserahkan kepada Bapa, Ia merasa harus tinggal di rumah Bapa-Nya. Ini semua membingungkan kedua orang tua-Nya. Walaupun demikian, Yusuf dan Maria tidak menolak misteri itu. Mereka mendengarkan dan mencari maknanya.

“Yesus ditemukan orang tua-Nya di tengah para ahli kitab.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas
Tiap-tiap tahun, pada hari raya Paskah, orangtua Yesus pergi ke Yerusalem. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Seusai hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah orangtua Yesus ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari, mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya. Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka. Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Lihatlah, Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Yesus makin bertambah besar, dan bertambah pula hikmat-Nya; Ia makin besar, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.

DOA UMAT

Allah Bapa Maha Pengasih dan Penyayang telah mempersatukan kita semua sebagai keluarga-Nya yang terkasih. Marilah kita panjatkan doa-doa dengan penuh iman, harapan, dan kasih kita sebagai putra-putri-Nya yang terkasih.

Bagi Gereja Kristus
Allah Bapa Mahabaik, tuntunlah Gereja-Mu agar semakin berkembang menjadi keluarga besar, yang mendasari perjuangan perutusannya dengan cinta kasih dan kesetiaan.
Marilah kita mohon,..

Bagi para bapak dan ibu.
Allah Bapa Mahabijaksana, sertailah selalu para bapak dan ibu agar mereka tetap tabah dan tetap penuh pengharapan dalam mengasihi dan mendampingi putra-putri mereka yang tengah tumbuh sesuai dengan kehendak-Mu.
Marilah kita mohon,…

Bagi kaum muda
Allah Bapa Mahasetia, dampingilah selalu kaum muda kami yang tengah mempersiapkan masa depan dunia sesuai dengan kehendak-Mu.
Marilah kita mohon,…

Bagi keluarga kita masing-masing.
Allah Bapa Mahakasih, berkatilah keluarga-keluarga kami dalam usah menciptakan suasana akrab terbuka dan penuh cinta kasih berdasarkan iman yang mendalam.
Marilah kita mohon,…

Allah Bapa Yang Mahabaik, demikianlah permohonan kami, sebagai ungkapan cita-cita kami akan dunia baru yang lebih baik. Dengarkanlah doa-doa kami ini dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami.
Amin

Doa Persembahan

Allah Bapa kami yang mahapengasih,
terimalah kini persembahan roti dan anggu, sebagai pembaharuan persembahan diri kami sewaktu dibaptis. Himpunlah kami dalam keluarga yang besar di sekitar meja altar-Mu ini.

Antifon Komuni –Bar 3:38

Allah kita tampak di dunia, Ia bergaul dengan manusia

Doa Penutup

Marilah berdoa:
Allah Bapa kami,
sumber kebahagiaan keluarga, sebagai anggota keluarga-Mu kami Kaukumpulkan di sini dan Kauperkenankan sabda Kristus, Putera-Mu, tinggal pada kami dengan segala kekayaan-Nya. Kami mohon, berilah kami kesabaran dan keramahan, agar kami dapat saling menerima dan memahami serta terkumpul sebagai umat-Mu berkat cinta kasih-Mu. Demi Kristus,..
Amin

Menghayati Ekaristi dalam hidup
Keluarga kristen janganlah kalah dengan keluarga lain, karena mengasingkan diri dan berpuas diri. Sebab ia terarah kepada Kristus dan diresapi oleh cinta kasih-Nya. Kesetiaan suami-istri, tanggung jawab orang tua dan kepatuhan anak-anak merupakan pantulah sinar persatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Apa yang ada pada keluarga biasa mengenai kekuatan dan jaminan, ada pula pada keluarga kristen, bahkan dengan nilai dan arti yang lebih luhur. Bukankah Kristus mulai menjadi manusia karena diterima dengan gembira oleh Bunda Maria?

Renungan: KEARIFAN KELUARGA NAZARET

PESTA KELUARGA Kudus hendaknya menjadi pesta yang meneguhkan keluarga-keluarga untuk mengungkapkan kasih, perhatian, dan dukungan satu sama lain. Keluarga adalah Gereja Misi. Di dalam keluarga gambar kasih Allah ditampakkan. Dalam setiap perkawinan  disempurnakan dalam keterbukaan kepada orang lain, kepada anak-anak yang dikirimkan Allah, saling menerima  dalam keramahan. Mempertahankan keutuhan perkawinan tidaklah gampang. Oleh karena itu sekarang ini ada banyak cara dan kemungkinan untuk mengamankan keutuhan keluarga.  Keluarga adalah tempat yang tepat untuk menyemaikan benih kebaikan.

Tinggalkan Balasan