RAJA YANG RELA BERKURBAN (Renungan Hari Minggu Palma, 20 Maret 2016)
RAJA YANG RELA BERKURBAN
Hari Minggu Palma (20 Maret 2016)
Luk 19:28-40; Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Luk 22:14-23:56
Luk 23:1-49
SEJAK ZAMAN raja-raja dahulu hingga sekarang, perebutan kekuasaan terus terjadi. Bedanya, dulu diwarnai pertumpahan darah, tetapi sekarang tidak. Sekarang ini para elit politik dan penguasa tetap saja berebut kekuasaan, namun tidak lagi menggunakan pedang dan senjata tajam. Mereka tetap saja berebut kuasa dan pengaruh, bahkan terkesan menghalalkan cara; dengan gontok-gontokkan, sikut sana sikut sini, saling menyerang dan memojokkan. Suasana politik pun menjadi gaduh. Mereka sesungguhnya sudah saling membunuh. Namun tidak kasat mata, layaknya perang dengan pertumpahan darah. Kisah dalam dalam bacaan Minggu Palma hari berbeda dengan suasana perebutan kekuasaan para tokoh politik negeri ini. Yesus disambut sebagai seorang tokoh dan pemimpin bangsa. Yesus bukanlah seorang raja seperti raja umumnya. Yesus bukanlah raja yang penuh kuasa duniawi, dengan banyak prajurit, dikelilingi dan dilayani puteri-puteri cantik. Sebagai Raja, Yesus berbanding terbalik dengan gambaran duniawi itu. Yesus hanya mengendarai keledai, hewan pembawa barang untuk orang miskin. Rakyat hanya menyambutnya dengan lambaian daun palma dan hamparan pakaian mereka.
Peristiwa penyambutan Yesus memasuki kota Yerusalem ini tentulah bermakna simbolis. Kitab Suci ingin menyampaikan pesan bahwa Yesus inilah Sang Mesias dan Penyelamat yang dinantikan umat manusia. Yesus bukanlah Mesias yang penuh dengan kuasa duniawi. Yesus adalah Mesias yang menderita dan harus wafat di salib karena ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Yesus memang raja, tetapi raja yang menderita dan wafat untuk keselamatan umat manusia. Dalam kisah sengsara yang dibacakan hari ini, tampak jelas Yesus rela menderita, dianiaya, dikhianati; dan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri. Dengan peristiwa penderitaan dan sengsara-Nya itu, Yesus ingin menyampaikan pewahyuan penting bahwa diri-Nya pemimpin yang bukan mencari enaknya sendiri yang tidak berjuang demi kedudukan dan kekuasaan-Nya sendiri, tetapi rela kehilangan segalanya untuk kebaikan dan kepentingan rakyat-Nya, yaitu keselamatan dan penebusan dosa.
Sulit memang mencari pemimpin sekaliber Yesus pada zaman kini. Para pemimpin negara dan masyarakat kita umumnya sangat mengagungkan kekuasaan, jabatan, kedudukan, dan kehormatan. Para elit politik lebih banyak berkelahi dan berjuang demi kelompok dan golongannya sendiri daripada berjuang untuk semua rakyat. Sementara sebagian kelompok masyarakat sering juga ikut-ikutan memperjuangkan kepentingan sendiri dengan tetap menghidupkan tradisi suap dan sogok menyogok.
Di sisi lain, kita pun tak luput dari godaan untuk cari enaknya sendiri, kurang berempati dan bersimpati dengan orang lain. Banyak orang masih sulit untuk antri, suka main serobot dan saling mendahului tanpa memedulikan orang lain. Orang zaman kini, ada juga yang pelit untuk berkurban waktu, tenaga, dan hidupnya bagi orang lain. Ia hanya mau berjuang kalau untuk kepentingannya sendiri, keluarga, dan kelompoknya saja. Warta Injil hari ini mengajak sesuatu yang lain kepada kita. Kita diajak berkorban untuk kepentingan orang banyak, termasuk orang yang tidak kita kenal dan tidak kita kasihi. Kita ditantang bertindak tidak seperti kebanyakan orang itu.
Ekaristi Hari ini : Minggu Palma (20 Maret 2016) MENGENANG SENGASARA YESUS.