“Memberi Arti” (Renungan 13 Juni 2017)

Selasa, 13 Juni 2017
Pw. St. Antonius dr Padua, ImPujG(P)
2Kor 1:18-22 ; Mat 5:13-16

Memberi Arti

Seorang gadis ingin bunuh diri dengan cara melompat dari atas jembatan dan terjun ke sungai. Ia merasa hampa dan kesepian sebab baginya, ia tidak memiliki arti lagi di dunia. Ketika hendak melaksanakan niatnya itu, seorang pria yang mengenalnya berusaha untuk menahannya dan menyuruhnya turun. Berbagai alasan coba untuk diungkapkannya agar si wanita mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

“Turunlah,” pinta si pria.
“Tidak! Aku tidak memiliki arti lagi di dunia ini. Tidak ada yang memperdulikanku lagi,” jawab si gadis.

“Mungkin bagi dunia kamu hanya lah seseorang saja. Namun, bagi seseorang, kamu adalah dunianya. Seseorang itu adalah diriku. Turunlah sebab dirimu sangat berarti untukku,” balas si pria.

Si gadis yang mendengar ungkapan terdalam dari pria itu kemudian turun dan memeluk si pria.

Saudara-i terkasih,
Injil hari ini berkisah tentang garam dan terang dunia. Pada zaman Yesus, garam tidak hanya berfungsi untuk memberi rasa saja. Garam juga berfungsi untuk mengawetkan daging atau ikan sebab pada zaman itu belum ada kulkas. Artinya, garam menjadi salah satu benda yang sangat penting, terutama di bidang konsumsi.

Sementara itu, satu-satunya lampu pada zaman Yesus adalah alat seperti piring kecil, dimana api dibiarkan menyala di atasnya. Lampu itu sebenarnya tidak terlalu memberi banyak sinar, tetapi itu sudah cukup untuk menjadi penerang sebab di zaman itu belum ada listrik.

Yesus mengibaratkan para murid harus menjadi garam dan terang bagi dunia. Para murid ditantang untuk memberi arti pada dunia dengan kehadiran mereka sebagaimana Yesus telah memberi arti bagi mereka. Dengan menjadi seperti garam, para murid mesti mampu memberi rasa dan mengawetkan hubungan persaudaraan yang terjalin di antara mereka. Dengan menjadi terang, para murid ditantang untuk menampakkan cahaya yang ada di dalam diri mereka untuk menerangi sesama.

Sebagai pengikut Kristus, kita juga ditantang untuk menjadi garam dan terang bagi dunia. Apalagi di masa sekarang ini, negara kita sedang dalam situasi persaudaraan yang tidak baik. Berbagai kasus mulai mencoreng kebhinekaan negara kita. Oleh karena itu, pada situasi seperti inilah kita mesti tampil dan memberikan arti bagi sekitar kita.

Yesus sudah memberikan arti cinta yang mendalam lewat peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Lewat peristiwa itu, iman kita diteguhkan dan kita ditantang untuk semakin berani memberikan arti yang sama kepada dunia, sebagai orang Kristini sejati. Marilah kita bagikan garam dan terang dunia itu kepada sesama agar dunia tidak menjadi hambar dan gelap. Mari memberi arti…

Tuhan Yesus Kristus, sertai lah kami selalu dalam memberikan arti di dunia ini, menjadi garam dan terang bagi sesama. Amin…(Fr. Komes)

Tinggalkan Balasan