Keselamatan Untuk Semua (Renungan Minggu Biasa XX, 20 Agustus 2017)

Keselamatan Tuhan Untuk Semua
Hari Minggu Biasa XX (20 Agustus 2017)
Yes 56:1,6-7; Rm 11:13-15,29-32; Mat 15:21-28

KETIGA BACAAN hari ini berbicara tentang kesela­matan universal (umum). Keselamatan itu tidak untuk umat Israel saja, tetapi terbuka bagi semua orang dari bangsa mana pun. Paham keselamatan universal didukung oleh penulis Kitab Yesaya yang menegaskan bahwa keselamatan dari Tuhan merangkul juga orang asing dan orang kebiri. Keselamatan seseorang tidak ditentukan oleh kebangsaan atau oleh keutuhan badannya, melainkan oleh ketaatannya pada hukum, terutama hukum Sabat. Asal menaati hukum dan menegakkan keadilan, baik orang asing maupun orang kebiri boleh menggabungkan diri kepada Tuhan. Karena keselamatan ter­buka untuk semua orang, maka rumah Tuhan juga terbuka bagi semua orang. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma secara khusus membahas peranan bangsa Israel dalam sejarah keselamatan. Menurut Paulus, bangsa Israel menolak Mesias karena tidak mempunyai pengertian yang benar tentang keselamatan. Karena tidak mengenal jalan keselamatan Allah, maka mereka menempuh jalan keselamatannya sendiri. Mereka menyangka bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan atau mentaati hukum Taurat saja (Rm 10:2). Mereka tidak tahu bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh dengan mentaati dan mengikuti Yesus Kristus (Rm 10:6-13).

Penolakan bangsa Israel sama sekali tidak mengubah rencana keselamatan Allah. Karena bangsa Israel tidak mau menerima Mesias, maka penolakan ini menjadi jalan bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima penyelamatan itu. Karena penolakan itu pulalah para rasul berpaling kepada bangsa-bangsa lain yang selanjutnya membuat cemburu bangsa Israel, sehingga mereka juga berusaha mengejar keselamatan dengan menerima Mesias. Dalam tradisi Perjanjian Lama, bangsa Kanaan adalah musuh besar bangsa Israel. Mereka adalah penduduk daerah Palestina di sebelah barat sungai Yordan. Akibat permusuhan masa lampau, pada zaman Yesus, bangsa Israel belum mau bergaul dengan bangsa Kanaan. Karena itu ketika seorang perempuan Kanaan berseru minta tolong kepada-Nya, Yesus tidak menjawab­nya. Yesus menolak, sebab Ia diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel; sehingga tidak patut berpaling kepada bangsa lain. Namun setelah perempuan Kanaan itu menunjukkan imannya yang besar, Yesus bersedia menolongnya. Iman perempuan Kanaan itu memang sangat besar karena mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Daud yang dapat menyelamatkannya. Perempuan itu terus berusaha meminta tolong kepada Yesus, sampai menyembah-Nya walaupun Yesus mendiamkannnya dan menganggapnya sebagai anjing. Perempuan Kanaan itu mengakui kedudukan istimewa bangsa Israel, sekaligus juga mengimani bahwa bangsa lain pun patut untuk diselamatkan. Iman inilah akhirnya meluluhkan hati Yesus, sehingga berkenan menyem­buhkan anaknya.

MINGGU BIASA XX-A, 20 Agustus 2017

Tinggalkan Balasan