Perjanjian Baru Allah dan Manusia (Renungan Minggu, 13 Agustus 2017)
Perjanjian Baru Allah dan Manusia
Hari Raya St. Maria Diangkat Ke Surga (13 Agustus 2017)
Why 11:19a, 12:1,3-6a,10ab; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56
Bunda Maria diangkat ke surga merupakan sebuah pernyataan iman. Dalam pernyataan itu mau ditegaskan bahwa seluruh pribadi Bunda Maria sepenuhnya menikmati penyelamatan Yesus Kristus Putera-Nya. Hubungan ibu dan Putera lalu mencapai titik kesempurnaannya. Dengan demikian diyakini oleh Gereja bahwa Bunda Maria merupakan buah penebusan dan menjadi citra kehidupan Gereja. Kemuliaan Bunda Maria menandaskan bagaimana seluruh Gereja, yakni persekutuan jemaat beriman, harus berjuang menuju kemuliaan.
Dalam bacaan pertama dilukiskan seorang tokoh wanita yang berhiaskan sinar cemerlang, melahirkan seorang Putera yang istimewa dan lepas dari ancaman kekuatan dan kekuasaan kejahatan yang dilambangkan dalam penampilan seekor naga. Naga tersebut ekornya mampu menyeret bintang-bintang. Gambaran itu sekali lagi tidak terutama untuk dipahami, melainkan untuk dikagumi. Betapa kekuatan yang muncul dari lukisan mengerikan itu. Namun kekuatan yang dahsyat itu tidak mampu melawan anak yang dilahirkan. Karena anak yang baru dilahirkan itu dibawa ke takhta Allah. Ia menjadi anak kesayangan Allah untuk selamanya.
Dalam bacaan kedua ini dilukisakan bagaimana Yesus Kristus yang bangkit menjadi yang sulung bagi semua yang dibangkitkan dalam kekuatan Allah. Mereka yang dibangkitkan akan dibangkitkan oleh kekuatan Allah menurut pola yang ada pada Kristus Yesus tersebut. Bunda Maria mau tak mau juga termasuk dalam rangakaian mereka yang ditebus demikian.
Dalam kutipan itu ditegaskan bagaimana zaman baru dimulai dengan kebangkitan Yesus Kristus itu. Dalam zaman baru itu orang dibebaskan dari pelbadgai macam penyimpangan, yang bisa mengganggu perkembangan. Setelah kematian dikalahkan secara dasariah, dan setelah semua orang dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Yesus Kristus, maka pemerintahan Kristus akan menyatakan kekuatan dan kekuasaan Allah yang meraja.
Dari gambaran itu mau ditampilkan kehidupan seluruh Gereja yang masih dalam ketegangan. Gereja sudah merupakan perwujudan kekuatan dan kekuasaan Yesus Kristus, tetapi masih menantikan kesempurnaannya. Gambaran Gereja yang sudah merasakan sepenuhnya makna penebusan Yesus Kristus itu tercermin dalam diri Bunda Maria. Pesan dari kutipan ini ialah orang beriman diajak hidup dalam harapan. Harapan itu berdasarkan karya Allah yang sudah menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus dan Bunda-Nya. Orang yang beriman bisa berjuang, bisa gagal dan lemah. Namun melihat karya Allah yang sudah nyata dalam sejarah itu, orang beriman bisa mempercayakan diri kuat kuasa Allah yang mengagumkan itu.
Bunda Maria memang terpilih oleh Allah berkat kasih karunia Allah yang istimewa baginya. Pilihan itu menimbulkan kebanggaan dan kekaguman dalam dirinya atas kasih karunia Allah yang besar itu. Dengan demikian muncullah harapan besar yang bisa dihayati orang yang beriman kepada Allah.
Kisah mengenai Bunda Maria mengunjungi saudaranya Elisabeth ini mengingatkan orang beriman akan peristiwa pemindahan Tabut Perjanjian ke Bait Allah (2Sam 6:2-11). Perjalanan itu menimbulkan kegembiraan yang serupa, yakni tarian kudus seperti dilukiskan dalam lonjakan anak dalam kandungan Elisabeth. Kata sambutan Elisabeth, hampir serupa dengan kata-kata yang diucapkan Daud di hadapan Tabut Perjanjian. Sama dengan Tabut itu, yang akhrinya tinggal dalam bait Allah, demikian juga Bunda Maria tinggal dalam keluarga Elisabeth. Gambaran penginjil itu mau menegaskan bahwa yang terjadi pada dri Bunda Maria sebetulnya merupakan penggenapan apa yang dinyatakan dengan pewartaan Perjanjian Lama. Tabut memang merupakan lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat beriman. Demikian juga Bunda Maria merupakan Tabut baru yang menyatakan kehadiran karya Allah dalam diri Puteranya Yesus. Kini Allah tidak lagi tinggal dalam Tabut Perjanjian, melainkan hadir dalam diri manusia secara pribadi. Karya Allah yang besar itu nampak dalam diri Bunda Maria.
Bacaan Injil ini memberikan pesan yang khas dalam Perayaan Bunda Maria diangkat ke surga. Seluruh bacaan mengajak umat beriman merenungkan kenyataan iman itu sebagai peringatan, bahwa Allah mengikat perjanjian baru dengan umat-Nya bukan dengan perantaraan simbol-simbol lagi, melainkan dengan perantaraan diri manusia sendiri yang mestinya mengejawantahkan kasih karuia Allah itu sepenuhnya. Dalam diri Bunda Maria kenyataan itu bisa diyakini. Dan dalam diri kita, putera puteri Maria, kenyataan itu musti diperjuangkan di dalam hidup, sehingga kasih karunia Allah itu tidak menjadi sia-sia melainkan menampakkan kepenuhannya. Hanya dengan demikian peringatan Bunda Maria diangkat ke Surga mempunyai maknanya bagi perjuangan iman kita kini. (sw)
http://keuskupanpadang.org/minggu-13-agustus-2017-hr-bunda-maria-diangkat-ke-surga