“Tugas Kita Mendengarkan” (Renungan Minggu 6 Agustus 2017)

Tugas Kita Mendengarkan
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya (6 Agustus 2017)
Dan 7:9-10,13-14; 2Ptr 1:16-19; Mat 17:1-9

Mendapatkan teman sejati itu tidak gampang. Biasanya saat kita banyak uang atau lagi “naik daun”, teman pada datang, namun sebaliknya, saat kita kehilangan uang atau popularitas menurun, banyak teman melayang atau hengkang. Ketika seorang Dimas Kanjeng –pemilik sebuah Pondok Pesantren di pulau Jawa- sedang populer karena bisa menggandakan uang, banyak orang datang ke padepokannya untuk mendapatkan keuntungan. Namun ketika kebobrokan moralnya mulai terbongkar, para pengikutnya pun bubar.

Menjadi pengikut seorang tokoh atau pemimpin masyarakat yang sedang popular memang enak. Itulah sebabnya banyak orang mengikutinya atau bahkan memaklumkan diri sebagai teman, kawan, sahabat atau keluarga dari orang tersebut. Namun ketika orang itu kehilangan kedudukan atau jabatan, atau nama baiknya hancur, sebagian besar dari mereka mundur teratur, hilang satu per satu. Hanya seorang sahabat sejati yang akan tetap bertahan dalam situasi seperti itu.

Hari ini kita mendengar bacaan Injil yang berkisah tentang Yesus dimuliakan di atas gunung. Hari itu Yesus membawa ketiga orang murid-Nya naik ke atas gunung yang tinggi. Di sana Yesus berubah rupa di depan mata para murid itu, wajah-Nya bercahaya seperti mata hari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar. Di sana nampak Musa dan Elia sedang bercakap-cakap dengan Yesus. Ketika para murid menjadi lupa diri karena peristiwa tersebut, terdengarlah suara dari dalam awan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, dengarkanlah Dia!”.

Sering juga kita mengalami kejadian yang lama, kemudian baru kita ketahui maknanya. Demikian pula yang dialami rasul terpilih; Petrus, Yakobus, dan Yohanes di puncak gunung Tabor. Cahaya yang menyinari wajah Illahi Kristus menyilaukan, sehingga mereka terkesan oleh kejadaian itu. Kini mereka sudah sampai pada tujuan, mengapa harus dilanjutkan lagi? Tanpa derita Jumat Agung mereka mau merayakan Paskah. Di dalam lambang kebangkitan-Nya ini, kita diperkenankan memandang sekilas hari depan kekal kita dari belakang layar. Tetapi bersama Dia, kita masih harus menuju Yerusalem, jalan iman yang konsekuen sampai akhir.

Hari ini kita merayakan pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Sebagaimana dikisahkan dalam Injil, peristiwa penampakan kemuliaan Yesus terjadi secara menakjubkan dan membuat orang yang menyaksikannya terpesona. Dalam konteks itu kita dapat mengerti kata-kata Petrus “Tuhan, betapa bahagianya kami di tempat ini” (Mat 17:4). Yesus sudah memberitahu para murid tentang sengsara dan wafat-Nya. Tetapi para murid tak menangkap, bahwa perutusan-Nya harus disertai penderitaan, maka Bapa lalu memperlihatkan kemuliaan Putera-Nya. Wajahnya bersinar bagaikan Musa baru. Akan tetapi, bagi Yesus, peristiwa itu hanyalah bagian pendahuluan dari kemuliaan-Nya yang sesungguhnya. Petrus mau segera memegang erat-erat saat itu. Tetapi suara Bapa mengembalikan dia kepada kenyataan. Tugas seluruh hidupnya adalah mendengarkan Kristus. Juga ketika Dia menempuh jalan salib dengan penuh penderitaan. Dan akan mengagetkan para murid, termasuk kita, bahwa kemuliaan sesungguhnya itu baru akan dialami sesudah suatu penderitaan. Karena itu, Bapa memaklumkan sikap dasar yang perlu dimiliki oleh mereka yang ingin mengikuti Dia, yakni “dengarkanlah Dia!”

Jika kita senantiasa mendengarkan Tuhan, berusaha menemukan kehendak Tuhan di balik setiap peristiwa di dalam hidup kita, kita akan diperkenankan menikmati kemuliaan sejati dan mendapatkan kepenuhan kedamaian dan kasih sebagai seorang murid. Banyak orang kadang mempunyai pandangan picik mengenai beberapa ajaran iman. Mereka hanya memandang dari sudut insani kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mempunyai segi lain. Penampakan kemuliaan Kristus ini memaparkan keadaan yang dituju, maka mengajak kita melihat kejadian-kejadian itu dengan kacamata harapan itu. Pada akhir hidup kita, bila kita benar-benar hidup sebagai putera dan puteri Bapa, maka kita akan memandang Dia sebagaimana adanya.

Tinggalkan Balasan