RIP Mgr. Julianus Kema Sunarko SJ (Uskup Emeretus Purwekorto)

Gereja Katolik Indonesia hari ini berduka. Uskup Emeritus Purwokerto, Mgr Julianus Kema Sunarka SJ* meninggal dunia pukul 13:50 WIB di RS Elisabeth Semarang, Jawa Tengah. Pemakaman jenazah Mgr Sunarka rencana akan digelar pada Sabtu, 27 Juni 2020 pukul 10:00 WIB di komplek pemakaman Girisonta, Unggaran, Jawa Tengah.

Mgr Sunarka lahir di Klepu, Yogyakarta, 25 Desember 1941.
Sejak purna tugas sebagai Uskup Purwokerto pada 29 Desember 2016, Mgr Sunarka memang tinggal di Wisma Emmaus Girisonta, tempat tinggal para imam Yesuit yang telah purnakarya.
Mgr Sunarka menjadi Uskup Purwokerto sejak 8 September 2000.

Selepas ditahbiskan sebagai imam Yesuit oleh Kardinal Justinus Darmojuwono pada 3 Desember 1975, ia ditugaskan sebagai imam di Paroki Weleri, Kendal, Jawa Tengah (1976-1977). Tahun 1978-1984, ia menjadi Sekretaris Keuskupan Agung Semarang (KAS) sekaligus merangkap sebagai ekonom. Bila sebagai sekretaris selesai pada tahun 1984, sebagai ekonom masih berlanjut hingga 1986.

Pada rentang tahun yang tidak terlalu berbeda, ia juga menjadi hakim tribunal. Selepas menyelesaikan tugas di Keuskupan Agung Semarang, imam yang piawai mencari titik sumber air bawah tanah ini dipasrahi Seminari Menengah St Paulus Yogyakarta, tempat pendidikan para calon imam. Romo Sunarka juga menjadi Rektor Seminari hingga 1990.

Ketika masih menjadi menjadi calon imam atau frater, Romo Sunarka sempat ditugasi mengelola Yayasan Kanisius yang menangani sekolah-sekolah Kanisius yang tersebar di Semarang, Surakarta, Yogyakarta dan sekitarnya (1969-1971). Ia juga terlibat di Yayasan Sanjoyo, Yayasan Driyarkara, Yayasan Loyola, Yayasaan Strada, Yayasan Bina Usaha Buruh Tani, Yayasan Tarakanita, Yayasan Melania, Bina Desa, Yayasan Bhumiksara, dan sebagainya.

Sebelum ditahbiskan sebagai Uskup Purwokerto, Romo Sunarka menjadi Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial (LPPS) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada periode 1997-2000. Lembaga ini mengelola program-program sosial.

Nah, sebelum menjalani pendidikan calon imam, Romo Sunarka ternyata pernah mengenyam pendidikan calon guru di Sekolah Guru B St Yusup Ambarawa.
Ia juga sempat mengajar TK/SD di Banyubiru, Ambarawa.

Setelah menjadi imam, ia mengajar di Fakultas Teologi Kepausan Wedabhakti Yogyakarta dan Universitas Soegijapranata Semarang. Dan ketika bertugas di Jakarta, ia juga mengajar di STF Driyarkara Jakarta.
Satu warisan berharga dari mendiang Mgr Sunarka adalah STIKOM Yos Sudarso Purwokerto. Lembaga pendidikan itu kini masih berdiri tegak di Jalan SMP 5 Karang Klesem, Purwokerto, Jawa Tengah.

Bentuk kecintaan Mgr Sunarka pada dunia pendidikan juga ia wujud nyatakan dalam gerak pastoral. Pada 2015, ia membuat gerakan kerasulan pendidikan. Dalam Surat Gembala Prapaskah 2015, ia menulis, “Bahwa pendidikan merupakan proses perjalanan seumur hidup dan perlu ditunaikan oleh keluarga, masyarakat, dan negara dalam berbagai jenjang pendidikan; dan bahwa pendidikan diharapkan mampu mengantar setiap pribadi menggapai pola hidup baru, yakni baru dalam cara berpikir, baru dalam cara mengambil keputusan, baru dalam bersikap dan bertindak.”

Selamat jalan, Mgr Sunarka! *non mea sed tua voluntas*.(yp)

Tinggalkan Balasan