Sakit, Derita dan Kelemahan Bukanlah Kesia-siaan (Perayaan Hari Orang Sakit Se-Dunia ke-24, Keuskupan Padang)
Kehadiran kita untuk saling mengunjungi satu sama lain dalam kasih bisa menjadi penghiburan, semangat dan penambah energi bagi kita semua disaat sesama lemah dan berbeban berat. Maka marilah datang dengan lebih khusus kepada mereka yang menderita, sakit dan lemah. Demikian disampaikan oleh Bapa Uskup Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap sebagai pembukaan homilinya pada misa perayaan Hari Orang Sakit se-Dunia (HOSD) ke-24, kamis, 11 februari 2016 sore. Pada HOSD 2016 ini Bapa Suci Paus Fransiskus menetapkan tema “Perbuatlah apa yang Ia katakan kepadamu” (Yoh 2:5). Dalam Misa yang diadakan di Gereja Santa Theresia Kanak-Kanak Yesus Katedral Padang, Bapa Uskup didampingi 6 orang imam konselebran, juga dilaksanakan pengurapan sekitar 60 orang sakit dan lanjut usia.
Lebih lanjut Bapa Uskup mengatakan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan begitu saja kelemahan dan penyakit menghantam dan mengobrak-abrik kehidupan kita. “Terlihat jelas dalam perkataan Yesus: Roh Tuhan ada pada-Ku, Ia mengurapi Aku. Ia mengutus Aku untuk menyembuhkan , untuk menguatkan yang lemah, untuk memberikan kekuatan kepada orang lumpuh berjalan mengikuti Aku. Terpancar juga dalam perjalanan hidup Yesus telah menyembuhkan begitu banyak penyakit.”ungkap Bapa Uskup. Perkataan dan perbuatan Yesus ini menegaskan bahwa sakit, kelemahan dan ketidakberdayaan kita, bukan hal yang direncanakan, diinginkan dan dibiarkan Tuhan untuk menghancurkan hidup kita.
Tuhan juga tidak begitu saja serta merta menghapus penyakit dan kelemahan kita secara menyeluruh, hal itu ditegaskan bagaimana Putra-Nya sendiri rela memanggul dan menderita di kayu salib. Disisi lain Yesus juga menguatkan kita dengan mengatakan bersama Aku, didalam Aku dan seperti Aku derita, penyakit dan kelemahan sebesar apapun bukan membinasakan manusia namun melalui berbagai derita tersebut Tuhan mengerjakan keselamatan dan kesempurnaan kita. Maka semua derita, penyakit dan kelemahan kita bukanlah suatu kesia-siaan bila kita terima dan kita hidupi di dalam dan dekat dengan Yesus.
Di akhir homilinya Bapa Uskup mengajak umat untuk tidak mencampakkan salib hidupnya, dengan bersungut-sungut dan mengutuk sebab itu pertanda bahwa kita tidak terbuka untuk diselamatkan dan dibebaskan oleh Tuhan. Rumah sakit, dokter, perawat dan Wisma Cinta Kasih hanya membantu kita, tetapi yang menyelamatkan kita sesungguh-sungguhnya adalah Allah kita, bila kita hidup memanggul salib seperti Putra-Nya Yesus Kristus. Setelah perayaan Ekaristi selesai, orang sakit dan lanjut usia dihibur dengan nyanyian dan disuguhi santapan ringan dihalaman depan Puri Dharma Katedral. Pada kesempatan ini Bapa Uskup kembali menyapa umatnya satu persatu.
Sebelumnya, pada pagi hari Kamis itu, panitia HOSD Keuskupan Padang membagikan paket orang sakit kepada semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Yos Sudarso dan kepada orang lanjut usia yang tinggal di rumah jompo Wisma Cinta Kasih (WCK). Tak lupa juga panitia yang membagikan, mendoakan agar pasien cepat mendapatkan kesembuhan. Terpancar kebahagiaan dan senyum dari mereka yang mendapatnya. Sama seperti kebahagiaan para lansia yang tinggal di WCK ketika dibawa berkeliling di sekitaran Pantai Padang dengan kereta wisata oleh panitia HOSD pada Sabtu 6/2 sore.
Bertindak Nyata Bagi Mereka yang Sakit dan Menderita
Minggu, 31 Januari 2016 lalu Panitia HOSD Keuskupan Padang juga mengadakan Penyuluhan Kesehatan dan pengobatan gratis bagi umat Katolik di Stasi Santo Stefanus Sungai Pisang, Paroki Santa Maria Bunda Yesus Tirtonadi Padang. Kegiatan inipun merupakan rangkaian kegiatan perayaan Hari Orang Sakit se-Dunia (HOSD) ke-24 di Keuskupan Padang. Dalam sambutannya ketua panitia, Aryo Darmono menyampaikan harapannya agar umat di wilayah stasi tersebut bisa memfaatkan kegiatan ini untuk menambah wawasan tentang kesehatan dan juga menjadi tempat bagi mereka yang sakit untuk bisa memeriksakan diri.
Stasi Sungai Pisang begitu stasi ini sering disebut, berjarak 30 km dari pusat kota Padang. Jalan yang rusak dan terjal membuat daerah ini agak terisolir. Ada 73 kepala keluarga katolik hidup disini umumnya bekerja diladang dan seluruhnya dari suku Nias. Pada pagi hari minggu itu, mereka berkumpul merayakan Perayaan Ekaristi bersama Pastor Agustinus Mujihartono, Pr., Pastor kepala Paroki Santa Maria Bunda Yesus. Setelah perayaan Ekaristi, orang tua dan dewasa berkumpul di dalam kapel untuk mendengarkan penyuluhan, sedangkan anak-anak dibina melalui permainan oleh OMK yang hadir di halaman depan kapel.
Sesi pertama penyuluhan diberikan oleh Maria Magdalena Trisnabasilih Harsiki, SKM, M.Kes yang lebih menyoroti masalah gizi pada seribu hari pertama kehidupan, mulai dari ibu hamil hingga umur bayi 2 tahun. Ibu kiki demikian panggilan akrabnya, mengatakan bahwa asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan sangat menentukan kecerdasan mansia itu kelak. “Ketika ibu hamil mengalami kekurangan gizi, biasanya anemia, dia akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yang beresiko anak tumbuh kurus dan pendek. Namun jika dikejar pertumbuhannya dengan gizi yang baik, anak bisa tumbuh dengan normal. Bahkan bayi yang lahir prematurpun bisa normal jika asupan gizi yang diberikan cukup baik.”ungkapnya.
Lebih lanjut Ibu Kiki menjelaskan bagaimana syarat agar tumbuh kembang anak lebih optimal. Pemberian Air Susu Ibu (ASI), makanan pendamping ASI, makanan yang bersih dan sehat, lingkungan sosial dan keluarga yang kondusif sangat memperngaruhi. Diakhir pemaparannya Ibu Kiki menyampaikan harapannya agar setiap ibu hamil bisa makan makanan yang beragam, memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama masa hamil, minum tablet tambah darah, dan bayi yang baru lahir segera diberi ASI, timbang bayi secara teratur, serta berikan imunisasi.
Selanjutnya Dr. Ananto Pratikno, SpOG, MARS memberikan penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB). Jenis, alat, cara dan efek KB dijelaskannya secara singkat dan padat. Ia juga memaparkan bagaimana agar bisa mendapatkan anak laki-laki atau anak perempuan. “Kalau ingin mendapatkan anak perempuan kita harus melakukan hubungan diawal masa kesuburan, sedangkan jika ingin anak laki-laki, kita melakukan hubungannya di puncak masa kesuburan.”ungkapnya. Tanda-tanda awal dan puncak masa kesuburan juga disampaikan diakhir pemaparannya.
Rosana La Rosa menjadi penerjemah selama penyuluhan, hal ini karena kurangnya pemahaman umat Stasi Sungai Pisang dalam berbahasa Indonesia. Sementara penyuluhan berlangsung, 3 dokter dibantu oleh beberapa perawat dari Rumah Sakit Yos Sudarso Padang memeriksa dan memberikan obat kepada umat di ruang belakang kapel. Ada 146 orang dewasa dan anak-anak yang diperiksa pada hari itu, dan 4 orang diantaranya dianjurkan untuk diperiksa lebih lanjut. (SIL)