Ekaristi Selasa, 28 Agustus 2018: Santo Agustinus (uskup dan pujangga Gereja, 354-430)
Pernahkah kamu merasa telah melakukan sesuatu yang jahat sehingga kamu berpikir bahwa Tuhan tidak mau mengampunimu? Baiklah, kalau saja kamu tahu kehidupan St. Agustinus kamu akan menyadari bahwa tidak peduli seberapa jauh kamu berontak dan menyimpang dari Tuhan, Ia pasti akan membawamu kembali.
Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tagaste, Algeria, Afrika Utara. Ayahnya bernama Patrisius, seorang kafir. Ibunya ialah St. Monika, seorang Kristen yang saleh. St. Monika mendidik ketiga putera-puterinya dalam iman Kristen. Namun demikian, menginjak dewasa Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Pernah suatu ketika ia dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok “7 Penantang Tagaste” mencuri buah-buah pir yang siap dipanen milik Pak Tallus, seorang petani miskin, untuk dilemparkan kepada babi-babi.
Pada umur 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya, pergi ke Italia. Agustinus menjadi mahaguru terkenal di Milan. Sementara itu, hatinya merasa gelisah. Sama seperti kebanyakan dari kita di jaman sekarang, ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Sembilan tahun lamanya Agustinus menganut aliran Manikisme, yaitu bidaah yang menolak Allah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua buku-buku ilmu pengetahuan telah dibacanya, tapi ia tidak menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.
Sejak awal tak bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada Agustinus untuk membaca Kitab Suci di mana dapat ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran daripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus meremehkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu sederhana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun.
Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. Ambrosius, Uskup kota Milan. Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa. Agustinus merasa malu. “Apa ini yang kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!” Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat, “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.
Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agutinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.
Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung. Banyak orang tak percaya kembali ke gereja Katolik sementara orang-orang Katolik semakin diperteguh imannya. Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain, bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh dan berkembang pesat.
Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis dengan huruf-huruf yang besar: “Di sini kami tidak membicarakan yang buruk tentang siapa pun.” “Terlambat aku mencintai-Mu, Tuhan,” serunya kepada Tuhan suatu ketika. Agustinus menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai Tuhan dan membawa orang-orang lain untuk juga mencintai-Nya.
Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilik Santo Petrus. Kumpulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangannya, yang paling terkenal ialah “Pengakuan-Pengakuan” (di Indonesia diterbitkan bersama oleh Penerbit Kanisius dan BPK Gunung Mulia) dan “Kota Tuhan”. Santo Agustinus dikenang sebagai Uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan Santo pelindung para seminaris. Pestanya dirayakan setiap tanggal 28 Agustus.
Jadi tidak peduli berapa jauh kamu menyimpang dari Tuhan, Ia selalu siap untuk membawamu kembali. Sama seperti Agustinus, seorang kafir yang dipanggil menjadi seorang Uskup, kamu pun juga dapat bertumbuh dalam kasih dan kuasa Tuhan.
“Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku, dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam Dikau.”
————————
Antifon Pembukaan
Ia membuka mulutnya, Roh Kebijaksanaan dan pengetahuan dilimpahkan Tuhan ke dalam hatinya.
Ia dihias semarak kemuliaan.
PENGANTAR
Riwayat hidup Santo Agustinus mengisahkan hati gelisah yang akhirnya menemukan ketenangan pada Tuhan. Semula ia mengarahkan kepada kesesatan. Tanpa Tuhan dan iman hidup dianggapnya cukup mengasyikkan. Sesudah mengalami tahun-tahun petualangan, ia bertobat, menjadi imam dan kemudian uskup di Hippo, Afrika Utara. Pemikirannya yang cemerlang dan imannya yang mendalam, masih hidup terus pada teologi zaman sekarang. Tata biaranya dalam bentuk surat menjadi dasar tata biara banyak kongregasi yang kini masih hidup.
DOA PEMBUKAAN
Marilah berdoa:
Allah Bapa, cahaya kebenaran,
baharuilah kiranya di dalam Gereja-Mu semngat yang Kaucurahkan dalam diri Santo Agustinus. Semoga kami merindukan Dikau, sumber kebijaksanaan sejati, dan mencari Engkau, asal segala cinta ilahi.
Demi Yesus Kristus, …
Bacaan I – II Tesalonika 2:1-3a.13-16
Karena desas-desus, umat di Tesalonika mengira bahwa akhir zaman sudah dekat. Paulus berusaha menenangkan hati mereka. Mereka ditabahkan hatinya dan diajak memusatkan diri pada hal yang amat penting, yaitu mewartakan Injil, agar dapat mencapai kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
Berpeganglah pada ajaran-ajaran yang telah kalian terima dari kami.
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika:
Saudara-saudara, tentang kedatangan Tuhan kita Yesus kristus dan berkumpulnya kita dengan Dia, kami minta kepadamu, jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh kabar atau surat yang dikatakan berasal dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. Hendaknya kalian jangan sampai disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga.
Allah dari mulanya telah memilih kalian untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kalian dan dalam kebenaran yang kalian percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kalian lewat Injil yang kami wartakan, sehingga kalian dapat memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kalian terima dari kami baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Semoga Tuhan kita Yesus Kristus dan Allah, Bapa kita, menghibur dan memperkuat hatimu dalam segala karya dan tutur kata yang baik. Sebab Allah mengasihi kita, Ia memberi kita hiburan abadi dan harapan baik karena kasih karunianya.
Demikianlah sabda Tuhan.
Syukur kepada Allah.
Tanggapan – Mazmur 96:10.11-12.13
Ref: Tuhan akan datang menghakimi dunia dengan adil.
Mazmur:
Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan itu Raja! Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.”
Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biar gemuruhlah laut serta segala isinya;
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetianNya.
BAIT PENGANTAR INJIL Ibr 4:12
S: Alleluya. U: Alleluya.
S: Sabda Allah itu hidup dan penuh daya,
menguji segala pikiran dan maksud hati.
U: Alleluya.
Bacaan Injil – Matius 23:33-26
Yesus masih melanjutkan amarah-Nya kepada kaum Farisi. Diperingatkan-Nya agar dalam mematuhi hukum jangan sampai meninggalkan yang baku: keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Keyakinan batin lebih penting daripada tata lahiriah yang megah. Tanpa yang batiniah, segalanya hanya sia-sia.
Yang satu harus dilakukan, tetapi yang lain jangan diabaikan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Pada waktu itu Yesus bersabda, “Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kalian bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kalian abaikan, yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan tetapi yang lain jangan diabaikan. Hai kalian pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kalian tepiskan dari minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya, kalian telan.
Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kalian bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus
DOA PERSEMBAHAN
Allah Bapa yang mahamurah,
dengan sangat kami mohon kebaikan hati-Mu, sambil merayakan peristiwa penyelamatan-Mu.
Semoga sakramen belaskasih ini menjadi tanda persatuan dan ikatan cinta kasih.
Demi Kristus, …
ANTIFON KOMUNI
Tuhan bersabda, “Pemimpinmu hanya satu, yakni Kristus. Kalian ini saudara-saudara!”
DOA PENUTUP
Marilah berdoa:
Allah Bapa yang mahakudus,
berkat perjamuan suci ini kami menjadi anggota tubuh Kristus, Putera-Mu.
Sucikanlah kiranya kami ini, sehingga menjadi serupa pula dengan Dia, yang akami sambut dalam perayaan ini. Sebab Dialah …