Sesama Adalah Aku Yang Lain (Renungan SENIN BIASA XII, 20 JUNI 2016 oleh Fr Andress Salamamang)

Sesama Adalah Aku Yang Lain

Bacaan I         : 2 Raj 17:5-8,13-15a,18
Bacaan Injil   : Mat 7:1-5

Saudara-saudari yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini sangat menyentuh kehidupan aktual yang sering kali kita temukan dalam dinamika hidup kita. Dalam dunia interteiment sering kita melihat berita-berita yang disiarkan di televisi misalnya, program Gosip maupun silet dan beberapa siaran lainnya yang mengungkapkan dan membicarakan keburukan ataupun kehidupan pribadi seseorang terlebih kehidupan para artis. Injil hari ini secara khusus menegur sekaligus membuka cakrawala hati dan budi kita agar berupaya terlebih dahulu mengintrospeksi diri daripada melihat keburukan orang lain.

Sikap untuk saling menghakimi merupakan tindakan yang merugikan sesama. Bukan berarti Allah melarang pengahakiman sama sekali. Namun dalam konteks ini, Allah yang adalah Cinta mengutakan pengampunan daripada penghakiman dan balas dendam. Harus dimengerti bahwa dalam menghakimi, kita harus melihat dua unsur yang salig berkaitan yakni menghakimi dengan standar  yang adil dan menghakimi diri sendiri. Artinya, sebelum menghakimi orang lain, lebih baik lihat diri sendiri terlebih dahulu.

Saudara-saudari yang terkasih, Allah menghendaki dunia ini dipenuhi dengan cinta dan kedamaian. Relasi di antara kita hendaknya dibangun bukan atas dasar penghakiman maupun perselisihan melainkan atas dasar cinta, kepercayaan dan usaha saling membantu dalam menggapai hidup sejahterah. Namun sejujurnya, kita sebagai manusia paling mudah untuk melihat celah dan kelemahan orang lain daripada kelebihannya. Kebiasaan ini bahkan berlanjut secara berlebihan dengan mempermalukan sesama di depan umum. Melihat celah orang lain bukan berarti tidak boleh, setidaknya kita bisa bercermin dari pengalaman itu, akan tetapi sebaiknya itu dilakukan setelah kita melihat diri terlebih dahulu.

Saudara-saudari, pada dasarnya Allah mengharapkan manusia untuk saling membantu, bukan untuk menjatuhkan satu dengan yang lain. Merasa diri seolah-olah hebat, bijaksana, sombong merupakan salah satu bibit penghancur kedamaian diantara kita. Perlu kita sadari bahwa kesombongan termasuk dosa yang dibenci Allah, karena dengan sadar mengandalkan kemampuan sendiri ketimbang Allah. Padahal diri sendiri yang adalah terbatas dan berdosa sebenarnya tidak layak untuk diandalkan. Disinilah kita belajar bahwa ketika melihat kelemahan orang lain sebenarnya ada teguran Tuhan untuk kita agar kita lebih dahulu melihat diri. Maka sebenarnya Allah sedang menggunakan cara itu untuk menyadarkan kita bahwa sesungguhnya sesama itu adalah diriku yang lain. Dengan demikian hendaklah kita membenahi diri kita terlebih dahulu, baru kita melihat orang lain. (Fr Andress Salamamang)

Liturgi Hari ini: SENIN BIASA XII, 20 JUNI 2016…. Klik disini!!

Tinggalkan Balasan