Siapa Tuhan Bagi Kita (Renungan Rabu, 29-Juni-2016 : Hari Raya St. Petrus & Paulus Oleh Fr. Madurut X. Nainggolan)

Siapa Tuhan Bagi Kita

Renungan Rabu, 29-Juni-2016 :
Hari Raya St. Petrus & Paulus
Kis. 12:1-11; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; 
Mat. 16:13-19

Dalam aritmetika kita belajar bahwa nol itu sangat penting dalam hubungannya dengan angka desimal. Semakin banyak angka nol yang memisahkannya dari angka satu, nilai angka satu itu akan semakin berkurang, bila nol-nol itu diletakkan di depan angka satu (00000,1). Tapi letakkanlah angka satu di depan, lalu tambahkanlah nol-nol itu, maka kebalikannya menunjukkan nilai yang besar (1.000.000). Selama Tuhan kita letakkan di depan suatu tindakan, di depan segala hal yang kita lakukan, maka nilai tindakan dan karya kita akan semakin bertambah. Bila Tuhan semakin jauh dari pihak kita, dari pikiran kita, dalam tindakan kita, maka nilai tindakan itu semakin kecil.

Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Injil hari ini berkisah mengenai pengakuan Petrus atas siapa diri Yesus. Terdapat dua tahapan pertanyaan yang diarahkan Yesus kepada para murid. Pertanyaan pertama hendak mengetahui siapa Yesus menurut orang banyak. Kemudian pada tahap berikutnya Yesus bertanya tentang siapa dirinya menurut para murid sendiri. Jawaban para murid atas pertanyaan pertama Yesus menyebutkan bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis, Elia dan Yeremia atau salah satu dari para nabi. Lalu Petrus menyebut Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Pernyataan atau jawaban Petrus bukan semata-mata berasal dari dirinya sendiri melainkan dari Allah bapa yang di surga. Dalam jawaban Petrus, Yesus adalah Mesias. Bagaimana dengan pribadi kita sebagai pengikut Kristus yang beriman kepada Putra Bapa? Apakah kita menyatakan Yesus seperti “apa kata orang” atau sungguh berasal dari dalam hati dan pikiran kita?

Saudara/i yang dikasihi Tuhan, ilustrasi di atas mengingatkan kita, sembari menegaskan bahwa tindakan kita yang menempatkan Tuhan dan menentukan pandangan seperti apa Tuhan yang kita yakini. Apabila Tuhan semakin jauh dari hati dan benak kita maka terdapat kepastian bahwa Tuhan tidak bernilai dalam realitas hidup kita. Namun apabila kita tetap setia dan percaya untuk menempatkan Tuhan dekat dalam segala tindakan maka kita menjadi tahu siapa Tuhan menurut konteks pribadi kita. Semoga kita sebagai para pengikut Kristus, orang beriman, mengakui iman akan Yesus secara benar melalui segala realitas hidup sehingga mencerminkan pengharapan kita dan menunjukkan cinta kita kepada-Nya. Amin. (Fr. Madurut X. Nainggolan)

Tinggalkan Balasan