SIAPAKAH YESUS BAGIKU? (Renungan Hari Minggu Biasa XII, 19 Juni 2016)

SIAPAKAH YESUS BAGIKU?
Hari Minggu Biasa XII (19 Juni 2016)
Za 12:10-11; Gal 3:26-29;
Luk 9:18-24

INJIL LUKAS hari ini mengisahkan amanat Tuhan Yesus bagi para murid-Nya, tentang makna salib bagi Kristus dan bagi para murid-Nya. Lukas menegaskan bahwa karya-karya Yesus di Galilea maupun perjalanan-Nya ke Yerusalem harus dimengerti dalam kaitannya dengan salib, dengan penderitaan-Nya sebagai Mesias Hamba Yahwe yang menderita demi keselamatan banyak orang. Yesus itu memang Mesias, tetapi bukan Mesias rajawi yang jaya dan dikagumi seperti Raja Daud. Yesus adalah Mesias hamba Yahwe yang dinubuatkan dalam bagian kedua dan ketiga dari kitab Yesaya. Untuk menggarisbawahi pentingnya amanat Yesus tentang Mesias Hamba Yahwe yang menderita itu, Lukas mengatakan bahwa amanat itu disampaikan pada waktu Yesus sedang berdoa sendirian. Berdoa artinya bersatu dengan Allah, Bapa-Nya. Maka amanat yang disampaikan dalam kesempatan seperti itu mempunyai nilai pewahyuan yang amat tinggi.

Amanat tentang Mesias Hamba Yahwe disampaikan oleh Yesus kepada para murid, setelah Ia mendapat jawaban dari Petrus, mewakili para murid lain, tentang pandangan orang mengenai diri-Nya. Dari jawaban para murid, ternyata pandangan orang tentang Yesus berbeda-beda. Mereka menganggap Yesus sebagai seorang nabi besar, seperti Yohanes Pembaptis, atau nabi-nabi yang lain. Mereka menilai, melalui Petrus sebagai juru bicara mereka adalah tepat karena ia menyatakan Yesus adalah Mesias dari Allah.

Yesus tampaknya kuatir penilaian para murid itu mudah menim­bulkan salah paham. Ia kuatir, mereka dan orang-orang lain mengharap, Yesus adalah Mesias Rajawi, seperti Daud yang akan mengusir penjajah Romawi dari tanah Palestina. Karena itu Ia melarang para murid untuk menyampaikan penilaian mereka kepada orang lain supaya salah paham seperti itu tidak terjadi. Untuk para murid, Yesus kemudian menyampaikan amanat penting tentang identitas diri-Nya, yakni bahwa Ia memang Mesias. Ia menyampaikan nubuat bahwa Mesias akan banyak menderita, ditolak, dibunuh, tetapi akan dibangkitkan. Kesem­patan itu sekaligus digunakan-Nya untuk mengingatkan bahwa para murid-Nya harus siap menderita, menyangkal diri­nya, dan memikul salib agar pantas menjadi murid-Nya.

Dengan menampilkan bacaan pertama dari kitab Zakharia, Gereja ingin menunjukkan bahwa amanat Yesus tentang dirin-Nya sebagai Mesias Hamba Yahwe itu sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama. Nubuat Zakharia meramalkan akan datangnya seorang tokoh semacam Mesias Hamba Yahwe, yang akan ditikam di Yerusalem. Orang-orang Yahudi yang akan kembali dari pembuangan Babilonia ke Yerusalem akan melihat penderitaan-Nya, dan meratapi nasib-Nya yang begitu buruk itu.

Sedangkan bacaan kedua dari Surat Paulus kepada umat di Galatia, mempunyai pesan lain. Tema pokoknya adalah iman, baptisan, dan buahnya yakni keputraan Ilahi. Menurut Paulus, orang menjadi anak Allah karena beriman kepada Yesus Kristus dan bersatu dengan-Nya. Keputraan Ilahi yang akan menda­tangkan keselamatan sejati. Pandangan ini dikemukakan oleh Paulus dengan tegas, karena ia menolak keyakinan orang-orang Farisi yang mengira bahwa orang akan selamat karena pema­hamannya akan Kitab Taurat. Menurut Paulus, keselamatan merupakan anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia sendiri. Menurut Paulus, iman kepada Yesus Kristus dan kesatuan dengan-Nya itu terungkap dalam pembaptisan. Karena itu ia berani menya­takan bahwa mereka yang dibaptis di dalam Kristus, telah mengenakan Kristus, sungguh-sungguh telah bersatu dengan Kristus. Selain itu, pembaptisan juga mempunyai buah persatuan yang erat dengan semua orang beriman. Karena itu persatuan antara umat beriman juga berarti persatuan mereka dengan bapa Abraham, yang mendapat janji keselamatan dari Allah.***

Tinggalkan Balasan